Wajah David dan Mayleen memerah mengingat kejadian beberapa menit lalu. Terbayang bagaimana malunya David telanjang di depan wanita yang disukainya.
“Kau tidak melihatnya, kan?” tanya David dengan jantung berdebar.
“Apa?”
David mengeram kesal, haruskan David menjelaskannya lebih detail?
“Katakan saja kalau kau tidak melihatnya,” ucap David. Mayleen mengangguk kemudian mengatakan apa yang disuruh David.
“Aku tidak melihatnya.”
David merasa lega dengan ucapan Mayleen.
“Kenapa tidak tidur?”
David kembali mencairkan kecanggungan keduanya.
“Bagaimana aku bisa tidur jika kau terus bertanya,” sahut Mayleen.
David dan Mayleen saling berpandangan. Detak jantung keduanya semakin cepat membuat David dan Mayleen berbalik saling memunggungi satu sama lain. David mencoba memejamkan matanya walau sulit. Begitu pula dengan Mayleen yang mulai menutup matanya untuk menghilangkan kecanggungan.
***
Senandung kecil dilantunkan Manager Li saat memasuki rumah David. ia merasa rumah itu sudah seperti rumahnya sendiri. Beberapa kantung makanan ia bawa dan meletakkannya di dalam kulkas.
“Harusnya dia memberikan aku bonus karena setiap hari mengisi kulkasnya yang kosong,” gerutu Li sambil memasukkan bahan makanan. Manager Li mengalihkan perhatiannya dari barang belanjaannya ketika mendengar suara dari anak tangga. Pria itu keluar melihat David dan Mayleen turun bersama. Kedua tangannya terlipat di atas d**a.
“Ehem.”
David dan Mayleen menatap ke arah manager Li yang berdiri menyender di depan dapur. Pria itu membenarkan letak kaca matanya yang melorot. David dan Mayleen menatapnya dengan heran tidak biasanya Manager Li berpakaian santai seperti itu.
Mayleen menarik tangan David dan berbisik, “Dia kenapa?” David menggeleng melihat penampilan aneh dari managernya.
Jas yang selalu rapi kini tergantikan dengan kaos santai berwarna putih, celana hitam panjangnya kini berubah menjadi celana jeans hitam. David pikir ada hal yang aneh pada Li.
“Bagaimana penampilan baruku?” tanya Manager Li sambil mengelus dagunya. Berpose layaknya model iklan. Sesekali ia memutarkan badannya.
“Cukup keren,” ujar David membuat pria itu senang.
“Hei David, hari ini kau akan syuting sampai pagi jadi apa Mayleen akan di rumah?”
David menatap Mayleen yang berdiri di sampingnya. Bayangan kemarin malam membuatnya cukup malu, apalagi ia harus tidur satu kamar dengan Mayleen.
“Dia akan ikut,” jawab David membuat gadis itu berjingkrak senang.
Hampir saja Mayleen memeluknya jika David tidak melayangkan peringatan pada Mayleen. Ia tahu pasti David masih malu karena kejadian kemarin malam. Terlebih malam itu David memutuskan tidur membelakanginya.
David meneguk segelas air dingin yang ia ambil di dalam kulkas. Saat menutup pintu kulkas ia sedikit kaget dengan keberadaan Mayleen yang menatapnya. David menormalkan ekspresinya. Ia tidak mau terlihat konyol di depan gadis itu.
“Apa?’ ujarnya sambil meneguk sisa air dalam gelas.
“Bolehkah aku pinjam uangmu? Aku mau beli es krim,” ujar Mayleen dengan tatapan memohon.
Pria itu hanya diam memikirkan sesuatu. David menatap Mayleen dengan senyum tipis.
“Baik, aku akan membelikanmu es krim tapi dengan satu syarat.”
“Apa?” tanya gadis itu antusias.
“Kau harus menuruti semua permintaanku, apa pun itu.”
David tersenyum penuh kemenangan sedangkan Mayleen merasa ketidakadilan.
“Aku pinjam pada Tuan Li saja.”
David segera menarik tangan Mayleen. Gadis itu sudah bisa menolaknya.
“Kau tidak akan mendapatkannya dari Tuan Li,” ujar David melepaskan tangannya dari lengan Mayleen.
“Kenapa?” Gadis itu terlihat kebingungan.
“Aku yang melarangnya,” ujar David penuh percaya diri.
“Siapa bilang aku tidak akan membelikannya es krim.”
Manager Li yang berdiri di ambang pintu kemudian mendekat.
“Mayleen kau mau es krim?” tanya Li yang dibalas anggukan oleh Mayleen.
“Ayo kita beli.”
Manager Li menggandeng tangan Mayleen untuk membeli es krim. David yang melihat persekongkolan dua orang itu hanya bisa mendengkus kesal.
Mayleen menikmati satu mangkuk es krim coklat dan vanilla yang dihiasi dengan toping remahan coklat dan buah-buahan. David menatap Mayleen yang asik makan es krim yang dibelikannya. Tentu saja pria itu tidak benar-benar membiarkan Li mentraktir Mayleen. David menatap kesal, gadis itu bisa mendapatkan keinginannya tanpa harus mendapat syarat dari David.
“Jangan menatapnya seperti itu, nanti kau semakin cinta,” goda Manager Li yang kini menyeruput tehnya. David mengalihkan perhatiannya pada sarapan yang ia pesan. Pria itu sedikit kesal saat Mayleen mengabaikanya dan lebih memilih makan es krim.
“Hei, jangan teralu banyak makan es krim, nanti sakit perut,” tegur David membuat Mayleen menggeser duduknya menjauh, takut jika David akan mengambil sisa es krim dalam mangkoknya. Manager Li yang melihat kewaspadaan Mayleen mengacungkan dua jempolnya pada gadis itu.
David menarik napas dalam, managernya dan Mayleen terlihat kompak membuat ia kesal pagi ini. Aktor tampan itu kembali menikmati sarapannya walau risih menjadi perhatian para pengunjung kafe.
Sepotong roti dengan dua buah sosis serta bacon dan scramble egg menjadi pilihannya untuk menu breakfast. David menyodorkan satu buah sosis pada Mayleen dengan sumpitnya, awalnya gadis itu menolak tapi karena penasaran Mayleen mencoba sosis yang diberikan David.
Rasa yang enak membuat gadis itu melirik sarapan David, mengabaaikan sejenak es krimnya. tepat saat pria itu menuangkan teh ke dalam gelas, dengan cepat Mayleen menusuk sisa sosis yang ada di piring David dan memakannya dengan lahap. David mendelik melihat sosisnya raib tidak tersisa.
“Dasar pelit. Es krimnya tidak boleh di makan tapi dia sendiri makan sarapanku,” gerutu David melihat mulut Mayleen yang penuh dengan sosis.
Manager Li yang sejak tadi sibuk merekam adegan itu dengan handycam-nya hanya tersenyum geli. Ini akan menjadi moment yang tidak terlupakan bagi David. mendengar u*****n David di pagi hari sungguh sangat langka terjadi.
Setelah sarapan mereka bertiga pergi ke tempat syuting. Hari ini adalah syuting terakhir David, moment yang paling dinantinya untuk berpisah dengan mantan kekasih. Tiada hari yang lebih menyenangkan dari pada hari ini.
Mayleen terlihat sibuk mengambilkan David minuman, bukan hanya itu David juga menyuruhnya memijat bahu yang pegal saat break syuting tentunya dengan iming-iming memberikan apa yang gadis itu mau. Dengan penuh semangat Mayleen melakukannya.
“Lebih keras sedikit,” ujar David menikmati pijitan Mayleen di bahunya. Kaca mata hitam pria itu menutupi matanya yang terpejam saat Mayleen menyentuh bahunya.
“Apa kurang keras?’ ujar Mayleen.
“Lanjukan saja,” perintah David membuat Mayleen cemberut.
“Kau tidak suka es krim?” tanya Mayleen disela-sela pijatannya.
“Suka, kenapa? Kau mau membelikanku es krim?” David balik bertanya. Pria itu tidak peka jika Mayleen menginginkan es itu.
“Kau tidak mau membelinya?”
David tersenyum mendengar perkataan Mayleen. Ia seperti seorang anak yang merengek ingin dibelikan mainan.
“Tidak untuk hari ini. Es krim bisa membuat wajahmu jelek,” ujar David menakut-nakuti Mayleen.
Mayleen menghentikan pijatannya ketika Jia Li datang menghampiri. David membuka matanya saat tidak merasakan pijitan gadis itu. Di depannya Jia Li berdiri dengan angkuh, ia menatap David dan tersenyum tipis.
“Ada apa?” David menoleh sekilas pada Jia Li.
“Bolehkah kita bicara sebentar?”
“Bicara saja,” sahut David.
Jia Li menatap Mayleen yang masih berdiri di belakang David. Mengerti dengan tatapan tidak suka dari Jia Li membuat Mayleen memutuskan untuk pergi. Namun David mencegahnya, ia ingin Mayleen tetap bersamanya.
“Aku hanya ingin bicara berdua denganmu David,” kata wanita cantik itu. Jia Li mencondongkan tubuhnya dan berbisik di telinga David, “Ini tentang Mayleen.”
David menatap Jia Li dengan kening mengkerut, dengan berat hati pria itu meminta Mayleen pergi.
“Mayleen bisakah kau belikan aku es krim?”
Mayleen mengangguk lemas, walau sekarang ia enggan membeli es krim. David memberikan beberapa lembar yuan pada Mayleen sebelum pergi.
“Apa yang kau ketahui tentang Mayleen?” tanya David.
Jia Li duduk di samping David dengan kedua kaki yang saling bertumpu.
“Kau menyembunyikan fakta besar tentang Mayleen.”
David mengernyit mendegar ucapan Jia Li. “Aku tidak mengerti,” katanya. David mulai was-was. Apakah Jia Li tahu bahwa Mayleen itu…
“Dia adalah mermaid.”