My Girlfriend is a Mermaid

Benda bulat berwarna biru bergaris hitam itu menarik perhatian seorang putri duyung bernama Mayleen dan untuk pertama kali ia muncul ke permukaan. Dibawanya benda itu ke darat, dia yakin benda aneh itu adalah milik manusia yang tengah bermain di pesisir. Tiba-tiba ombak besar menghantam tubuh kecilnya. Menghempaskan tubuh Mayleen ke tepi pantai. Tubuh lemah itu membentur bebatuan besar. Mayleen merintih, ekornya tertimbun beberapa batu berukuran sedang hingga membuat ia kesakitan. Seorang bocah laki-laki  terlihat mencari sesuatu di antara bebatuan besar, mengabaikan angin yang meniup rambutnya yang sedikit panjang. Bola pantai miliknya  tersapu ombak. Beruntung bola itu tidak terbawa ke tengah laut, rupanya bola kesayangannya tersangkut di antara bebatuan. Bocah itu tersenyum memamerkan gigi depannya yang ompong. Bocah lelaki itu pun segera mengambil bola kesayangannya. Suara rintih kesakitan membuat bocah tampan berhidung mancung itu mengurungkan niat untuk kembali. Tanpa sengaja ia melihat sebuah ekor berwarna biru tertimbun bebatuan, anak itu pikir jika ada seekor ikan besar terperangkap di sana. Dengan keberaniannya anak berusia 13 tahun itu mendekat ke batu besar yang  membuatnya melihat Mayleen si putri duyung kecil. Bocah itu tertegun melihat gadis cantik dan manis adalah si pemilik ekor yang sangat indah. Gadis itu terlihat takut dan menyembunyikan wajahnya di belakang batu. Bocah laki-laki itu mengangkat batu-batu yang menindih ekor sang gadis. Ia  terlihat senang bisa membantu gadis cantik seperti Mayleen. “Kau sangat cantik,” pujinya sebelum pergi membawa bola.  Mayleen  menatap manusia yang menolongnya itu kini berlari menghampiri dua orang dewasa yang terlihat cemas. Mayleen bisa mendengar jika anak itu memberitahu seorang wanita dewasa bahwa ia bertemu dengan mermaid, namun wanita yang memiliki tubuh langsing itu tidak percaya dan menyuruhnya berhenti membual. Mayleen tersenyum saat pandangan mereka bertemu. Bocah itu ikut tersenyum dan melambaikan tangan pada Mayleen. Hati gadis itu berdesir, ternyata manusia tidak sejahat yang ia kira. Mayleen kembali berenang ke laut untuk bergabung bersama teman-temannya. Ikan-ikan kecil menemani sepanjang perjalananya, mengantarkan Mayleen kembali ke rumah mereka. Mayleen tidak sabar memberitahu teman-temannya jika ia telah ditolong seorang manusia. Namun sayang, teman-teman Mayleen tidak percaya pada cerita gadis itu, mereka menganggap manusia adalah makhluk jahat, sering merusak rumah mereka demi kepentingannya sendiri tanpa memikirkan makhluk lain.  Mayleen pergi meninggalkan temannya, ia berjanji akan selalu menolong manusia sebagai tanda balas budi. Selama lima belas tahun Mayleen selalu memerhatikan manusia-manusia dari tengah lautan. Sesekali ia mendekat ketika pantai terlihat lenggang, batu-batu yang ada di pesisir pantai membuat Mayleen dengan mudah bersembunyi. Gadis itu selalu mengintip dari balik batu-batu besar untuk melihat kehidupan mereka. Canda tawa selalu ia dengar ketika para manusia mencipratkan air ke tubuh masing-masing. Malam ini Mayleen kembali muncul ke permukaan. Beruntung pantai terlihat sepi sehingga Mayleen bisa mendekat ke bibir pantai tanpa takut dilihat manusia. Perhatian Mayleen teralihkan saat melihat seorang pria bertubuh kekar dan tegap menaiki sebuah perahu. Gelapnya malam menyulitkan pandangan Mayleen melihat  wajah pria itu . Mayleen hanya mengintip dari balik bebatuan, melihat pria itu berjalan ke tengah laut. Mayleen mengintipnya tanpa berani mendekat. Mayleen piker jika pria itu ingin berenang malam-malam. Namun dugaannya salah, pria itu tidak berenang, tapi ia cukup dalam ke tengah laut. Mayleen berenang mendekati pria itu ketika melihat tangannya berhenti melambai-lambai di tengah lautan. Mayleen menarik tangan pria itu dan membawanya berenang ke permukaan. Mayleen berhasil membawa pria itu ke tepi pantai. Dilihatnya wajah pria itu, sangat tampan. Mayleen kagum dengan instingnya bisa menebak pria tampan dengan akurat.  Mayleen meletakkan kepalanya di atas d**a bidang itu. Gadis itu tertegun saat menyadari tidak ada sesuatu yang berdetak di dalam sana, berbeda dengan orang-orang yang pernah ditolongnya. Mayleen menatap pria itu bingung. Mungkinkah dia sudah mati? batin Mayleen. Tanpa pikir panjang Mayleen membuka mulutnya dan mengeluarkan mutiara kehidupan dari tubuhnya. Mutiara ini akan mengembalikan kehidupannya. Duyung cantik itu memasukan mutiaranya ke dalam mulut sang pria. Mayleen bisa melihat tubuh pria itu bersinar sama seperti sinar mutiaranya. Pria itu mengejang membuat senyum Mayleen merekah. Ia berhasil—lagi-- menyelamatkan seorang manusia. Mayleen mengusap dahi lebar pria itu, ia pasti akan merindukannya setiap saat. Mayleen tersenyum, kemudian menarik kembali mutiaranya. Namun sayang sebelum mutiara itu sempat ia ambil kembali, beberapa orang datang ke tempatnya. Mayleen sangat takut jika mereka melihat wujudnya pun memutuskan menjauh. Dari kegelapan laut Mayleen melihat pria tampan yang ditolongnya dibawa pergi oleh orang-orang itu. Duyung cantik itu kembali ke rumah, ia menyadari tubuhnya mulai terasa aneh tanpa mutiaranya. Setelah peristiwa malam itu Mayleen sering merasakan kesulitan bernapas yang membuat gadis itu harus muncul ke permukaan hanya untuk bernapas. Hidup Mayleen tidak terasa nyaman, gadis itu memutuskan pergi menemui Rin—sahabatnya. Rin menjadi sedih setelah Mayleen menceritakan semuanya. “Kau akan mati Mayleen. Tanpa mutiara itu kau bukan putri duyung lagi,” ujar Rin lirih.  “Apa yang harus aku lakukan?” sahut Mayleen dengan kepala tertunduk. Rin memegang bahu Mayleen, menatap sahabat cantiknya penuh keyakinan. “Cari pemuda itu, dapatkan kembali mutiaramu.” Rin membelai rambut panjang Mayleen. “Aku akan menunggumu sampai kau kembali.”  Rin tersenyum meski perasaannya tidak baik-baik saja. “Bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengan pria itu?” Mayleen menatap Rin bingung. Gadis berekor merah itu menarik tangan Mayleen. Mereka berenang cukup jauh ke selatan, tempat terlarang di mana ada gas beracun menyelimuti tempat itu. Mayleen menatap Rin yang berada di sampingnya. Mereka telah sampai. “Pergilah. Itu satu-satunya cara agar kau bisa hidup normal,” ujar Rin. Mayleen sangat tahu apa yang dimaksud sahabatnya, ada sebuah cerita yang mengatakan di dalam palung itu tersimpan sebuah kerang ajaib yang bisa memberimu sepasang kaki, tapi masalahnya tempat itu diselimuti gas beracun, tekanan airnya pun lebih kuat. Rin melindungi Mayleen dengan kekuatannya, setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan agar mayleen terlindung dari gas beracun. Mayleen menatap Rin sebelum berenang ke dalam palung laut. Mayleen berenang lebih dalam, melawan tekanan air sekuat tenaga, tidak jarang tubuhnya terlempar berkali-kali. “Mayleen … yakinlah kalau kau bisa!” teriak Rin membuat tekad Mayleen semakin kuat. Mayleen berenang mengerahkan sekuat tenaga, sekelebat cahaya terlihat dari sela-sela terumbu karang. Mayleen yakin itulah kerang ajaib yang diceritakan para duyung. Mayleen mengambil benda itu dan membawanya ke tempat Rin. “Aku berhasil!” pekik Mayleen gembira. Kehidupan baru Mayleen baru dimulai.