23. Handuk

1550 Words
 “Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku?” pertengkaran tidak bisa mereka hindari, wanita itu terlihat kecewa dengan pria yang berdiri di depannya. “Maaf, kita tidak bisa bersama lagi. Kita harus akhiri,” ujar si pria dengan penuh penyesalan. Wanita itu tidak terima dengan pernyataan kekasihnya ia memukul pria itu dengan air mata yang bercucuran. Kekasihnya hanya diam tidak berkutik, ia tahu ini keputusan yang berat. Mereka harus berakhir di sini. Perasaan kecewa tergambar dari raut wajah keduanya. Pria itu menggenggam kedua tangan gadisnya dan membawanya ke dalam dekapan. Gadis itu menangis dan memeluk si pria seakan tidak ingin ditinggal oleh kekasihnya. “Cut,” teriak sutradara Zhang sebagai akhir dari syuting hari itu. David bisa bernapas lega,. Akhirnya ia bisa terlepas dari Jia Li. Di kejauhan terlihat Mayleen yang melamun. David harap gadis itu baik-baik. Jia Li menghampiri David yang bergegas untuk pergi. Wanita itu tidak berhenti untuk mendekatinya seharian ini dan itu membuat David jengkel. “Kau akan pulang?” tanya Jia Li membuat David menatapnya sekilas. “Kenapa?” Satu kata yang keluar dari mulut David membuat wanita itu tersenyum senang. Meski sikap dinginnya tidak berubah tapi Jia Li senang David lebih lunak dari biasanya. “Mobilku ada masalah jadi masih diperbaiki. Apa aku boleh pulang bersamamu?” ujar gadis itu membuat David menarik napas dalam.  Hari sudah larut malam dan sangat sulit menemukan taxi atau angkutan umum. David akhirnya mengangguk memberikan tumpangan pada mantan kekasihnya. Saat mereka hendak pergi Sean menghampiri David. Pria itu tersenyum melihat David dan Jia Li bersama. “Kalian sangat cocok,” ujar Wang Sean pada David. Jia Li tersenyum senang dan merengkul lengan David namun pria itu melepasnya dengan halus. “Terima kasih tapi aku harus pergi,” sahut David. Sean mencekal tangan David dan membisikkan sesuatu dekat telinganya. “Aku tidak main-main untuk mendekati Mayleen. Aku akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan gadis itu,” bisik Sean sambil melepaskan cekalannya.  Rahang David mengeras tatapan tajam dilayangkan pria itu pada rivalnya. “Apa maksudmu?” gumam David membuat Sean tersenyum miring. “Kami memiliki ketertarikan satu sama lain, jadi aku pikir tidak ada salahnya memulai suatu hubungan,” ujar Sean membuat David marah dan mencengkram kerah baju Sean. Rasa marah dan cemburu bercampur jadi satu. David tidak akan membiarkan Mayleen dekat dengan Sean. “Aku tidak akan membiarkannya,” balas David. Sean melepaskan tangan David dari kerah pakaiannya ia tersenyum pada temannya kemudian pergi menghampiri Mayleen. David berjalan cepat untuk mencegah agar Mayleen tidak pergi bersama pria b******k itu, namun tangannya ditarik oleh Jia Li. “Kau mau ke mana?” tanya Jia Li. “Maaf, aku harus menemui Mayleen.” David berjalan tergesa-gesa kemudian menarik tangan Mayleen dari genggaman Sean. “Mayleen kau pulang denganku,” ujar David. Mayleen menatap David bingung, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dua pria di depannya. “Mayleen akan pulang denganku.” Sean menggenggam satu tangan Mayleen yang lain. Mayleen hanya bisa diam menatap secara bergantian dua pria tampan itu. “Mayleen tinggal bersamaku.” David menarik Mayleen mendekat sampai gadis itu membentur d**a bidangnya. “Mayleen sudah berjanji akan pulang bersamaku.” Kini giliran Sean menarik tangan Mayleen. “Lepaskan!” Mayleen mengusap pergelangan tangannya yang memerah. David dan sean menggenggam tangannya dengan kuat membuat Mayleen meringis kesakitan. “Mayleen kau masih ingat dengan perjanjian kita?” Mayleen terdiam. Tentu ia masih ingat. Apa pun yang menjadi perintah Sean harus ia turuti tapi bagaimana dengan David. Jujur Mayleen mulai menyukai pria pemarah itu. Walau terkadang ia merasa sakit saat David berkata dingin dan cuek padanya. Jia Li melihat perseteruan Sean dan David hanya menatap bingung. Gadis itu hanya tahu Sean dan David saling membenci ketika kekasih Sean meninggal. Sean terlihat frustasi dan sejak saat itu pula ia membenci David. Meski pun pernah dekat dengan kekasih Sean tapi Jia Li tidak tahu fakta apa pun tentang hubungan ketiganya. Jia Li menghampiri mereka dan bergelayut manja pada lengan David. Tatapan tajam gadis itu layangkan pada Mayleen. “David, bisakah kita pergi sekarang?” David tidak bergeming ia masih menatap lekat pada Mayleen. “Mayleen berikan keputusanmu,” desak Wang Sean. Mayleen masih terdiam. Ia menatap David dan Jia Li bergantian. Mayleen merasa iri dengan keduanya. Entah kenapa dia tidak suka melihat kedekatan Jia Li dan David. “Aku akan pulang dengan… Sean,” ujar Mayleen. Hati David terasa seperti diremas mendengar keputusan Mayleen. Inikah yang gadis itu inginkan? Apa benar David tidak berarti sama sekali untuknya? Sean menyunggingkan senyum kemenangan. Dirangkulnya pundak Mayleen untuk segera pergi dari tempat itu. David mendesah kecewa, ia hanya bisa melihat punggung Sean dan Mayleen yang semakin menjauh. Meski Mayleen sempat menoleh kebelakang tidak membuat perasaan kecewanya menguap. David benar-benar merasa dihianati. “Ayo kita pergi.” Kali ini David menurut walau setengah hati. David menghentikan mobilnya di sebuah rumah bertingkat yang cukup luas. Tidak banyak yang mereka bicarakan selama diperjalanan. David lebih banyak diam dan sesekali menjawab pertanyaan Jia Li. Gadis itu membuka seatbelt-nya. Ditatapnya David yang duduk di belakang kemudi. “Terima kasih sudah mengantarkanku pulang,” ujar Jia Li. David menoleh dan menyunggingkan senyum tipsnya pada gadis itu. Jia Li mencondongkan tubuhnya dan mencium pipi David sebelum keluar dari mobil pria itu. David memegang pipinya, entah kenapa ia malah teringat dengan Mayleen. “Kenapa aku merasa seperti sedang selingkuh,” gumamnya kemudian pergi meninggalkan rumah Jia Li. *** David memarkirkan mobilnya di halaman rumah, saat yang bersamaan Sean datang mengantarkan Mayleen pulang. David menjulurkan tangannya untuk menghalau cahaya lampu mobil Sean. Setelah pengelihatannya normal David pun memerhatikan Mayleen. Gadis itu rupanya tertidur. David menghampiri Sean dan menarik bahu lelaki itu saat ingin menggendong Mayleen. David tidak akan membiarkan Sean menyentuh Mayleen lebih dari itu. “Apa yang kau lakukan?” tanya Sean marah. Pria itu tidak terima atas perlakuan David. Tanpa menghiraukan pertanyaan Sean, David pun menggendong Mayleen. “Terima kasih sudah mengatar wanitaku pulang. Lain kali aku pastikan kau tidak akan mengatarnya lagi.” Setelah mengatakan hal itu David beranjak masuk ke rumah besarnya meninggalkan Sean yang masih berdiri menatap kepergian keduanya. “Lihat saja nanti, David. Aku pastikan kau akan kehilangan semuanya.” Sean masuk ke dalam mobilnya dan melesat pergi. *** David membaringkan tubuh Mayleen dengan lembut. Mayleen mengerang perlahan matanya terbuka. “Aku sudah di rumah?” tanya Mayleen.  David menatap Mayleen sambil tersenyum. “Apa tidurmu nyenyak?” Mayleen mengangguk tiba-tiba ia merasa sangat lapar. Gadis itu memegangi perutnya membuat David sadar bahwa ia belum memberikan Mayleen makan. “Kau mau makan?” tanya David sambil berdiri. “Aku lapar,” ujar Mayleen. David beranjak ke dapur ia harap masih ada makanan di dalam kulkas. Mayleen mengikuti David  dan duduk manis di meja makan. David mengambil cheese cake di dalam kulkas. David tidak tahu kenapa managernya membelikan ia cheese cake. Biasanya Li hanya membelikan makanan instan dan beberapa daging yang bisa David masak sendiri. “Apa ini?” tanya Mayleen dengan tatapan lapar. Gadis itu menelan ludahnya saat David mulai memotong kue itu dan meletakkannya di atas piring. Mayleen segera menyantap kue yang David berikan, tekstur yang lembut membuat gadis itu menyukai makanan yang ia santap. Mayleen menyantapnya dengan rakus tidak peduli dengan sisa cake yang menempel di bibirnya. Dalam sekejap cake itu habis, ia menyodorkan piring kosong pada David. “Mau lagi?” Mayleen mengangguk. David memberikan sepotong kue untuk Mayleen. Bukannya menerima potongan kue dari David, gadis itu malah mengambil sisa kue yang lebih banyak dari pada yang dipotong David. Pria itu menghembuskan napasnya melihat cara makan Mayleen yang rakus. David mulai mencicipi sepotong kue yang tersisa. Benar saja gadis itu suka dengan cake yang ia berikan rasanya benar-benar lembut di mulut. Bahkan David tidak cukup dengan satu potong saja. David hanya bisa menelan ludahnya saat Mayleen menghabiskan kue itu sendiri. “Aku kenyang,” ujar Mayleen menepuk pelan perutnya. David segera membersihkan piring yag mereka gunakan. “Bersihkan bibirmu,” ujar David memberikan tisu pada Mayleen. Gadis itu menurut sambil membersihkan bibir yang belepotan karena krim. “Aku mandi dulu.” Mayleen mengangguk, gadis itu masih asik mengelap bibirnya. David meninggalkan Mayleen di dapur menuju kamarnya. Pria itu butuh mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Rasa hangat mengaliri sekujur tubuhnya. David membiarkan air mengalir membasahi rambut dan lekuk tubuhnya. Teriakan Mayleen menghentikan acara mandi David. Pria itu tergesa-gesa mengenakan handuk dan melilitkan dipinggangnya. Diabaikannya rambut hitam yang masih meneteskan air. David melihat Mayleen yang sedang menonton TV,. Wajah gadis itu melongo memandangi kotak persegi yang sedang menyala. “Kenapa kau berteriak?” tanya David khawatir. Kini Mayleen semakin membisu melihat David bertelanjang d**a, tetesan air masih mengalir di tubuh kekarnya. David berjalan mendekati Mayleen. “Itu,” tunjuk Mayleen pada tayangan   TV yang memperlihatkan puluhan ekor kucing yang berkeliaran di halaman rumah seseorang. David menghembuskan napas dalam. Ia ingin merebut remote tv yang dibawa gadis itu namun Mayleen menolaknya. Lantai yang licin di tambah air yang menetes dari tubuhnya membuat David terpeleset sehingga menindih tubuh Mayleen di atas sofa. Sejenak mereka terdiam saling bertatapan. Tangan Mayleen terjulur mengusap bahu telanjang David. Keduanya terdiam merasakan sentuhan kulit masing-masing. Mayleen meraba d**a bidang David membuat pria itu semakin kaku. David menggenggam tangan Mayleen dan menguncinya di atas kepala gadis itu. Kini Mayleen tidak bisa berkutik di bawah tubuh kekar itu. David mengusap pipi halus Mayleeen hingga ke leher. Mata gadis itu terpejam merasakan sentuhan tangan kekar David di atas kulitnya. Perlahan  wajah keduanya semakin dekat mengikis jarak yang tercipta. Hembusan napas menerpa kulit mulusnya. Mayleen merasakan bibirnya bergesekan dengan benda lembut. David menjauhkan tubuhnya setelah berhasil merebut remot TV yang disembunyikan Mayleen. Gadis itu membuka matanya dan mengerang kesal, ia masih ingin melihat benda persegi itu menyala tapi David malah mematikannya. “Ini sudah malam, cepat tidur,” suruh David membuat Mayleen memanyunkan bibirnya. “Berikan padaku,” sahut Mayleen mencoba merebut kembali remote TV yang dibawa David. Pria itu mengangkat tinggi-tinggi tangannya membuat Mayleenberdiri di atas sofa. David tidak mau kalah ia menyembunyikan benda itu di balik punggungnya. Mayleen berusaha menggapai benda itu tanpa sengaja tangannya menarik handuk yang David gunakan. Mata keduanya membulat sempurna saat handuk putih itu melorot ke lantai. Wajah Mayleen berubah merah begitu juga dengan David. “AAAAAA ...!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD