11. Janji

1322 Words
  Setelah David pergi Mayleen tidak menyianyiakan kesempatan untuk mendekati Sean. Sean menatapnya penuh tanya saat melihat Mayleen menghampirinya “Hai, namaku Mayleen,” ujar gadis itu sambil menjulurkan tangannya. “Aku sudah tahu,” sahut Sean membuat Mayleen cemberut. Gadis itu tidak kehabisan akal, ia duduk di samping Sean. Mayleen menata rambutnya sebelum menatap Sean. “Aku ingin berterima kasih padamu, saat kau membayar semua buah itu,” ujar Mayleen masih dengan senyum manis terpatri di wajahnya. Sean mengernyitkan dahinya sambil mengingat sesuatu. Sean mengangguk setelah tahu apa maksud Sean. “Sama-sama.” Mayleen lega, meski Sean menjawab singkat tapi gadis itu yakin ia bisa mendekati pria itu, tentu demi mutiara yang ada di dalam tubuh Sean. Pria itu sangat berharga untuknya. Sean berdiri meninggalkan Mayleen tanpa bicara sedikit pun. Mayleen terdiam memerhatikan Sean bergabung dengan pemain lainnya. Pria itu sangat sulit didekati. Gadis itu menopang dagunya, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mendekati Sean. Sebuah suara mengalihkan perhatian Mayleen. “Ya ampun aku lupa mengambil beberapa pakaiannya,” ujar wanita berpakaian hitam di samping Mayleen. “Apa kau butuh bantuan?” tanya Mayleen ramah. “Aku lupa membawa pakaian ganti untuk Sean, tapi aku tidak bisa pergi sebelum syuting berakhir,” ujarnya dengan wajah ketakutan. “Aku bisa membantumu.” Wanita itu menatap Mayleen dari atas sampai bawah. “Apakah kau bisa membantu Sean di sini sementara aku akan pergi mengambil pakaiannya?” ucap perempuan itu. Mayleen mengangguk antusias, inilah kesempatannya untuk berdekatan dengan Sean, segala cara akan dia lakukan demi tujuannya. “Terima kasih, er…. siapa namamu?” “Mayleen,” sahutnya sambil mengulurkan tangan. “Aku Jingmi, senang berkenalan denganmu Mayleen.” Jingmi memberikan sebuah tas pada Mayleen. “Setiap Sean selesai take tolong berikan air mineral ini padanya, jangan lupa kau harus mengipasinya.  Aku titip Sean sebentar,” jelas Jingmi kemudian pergi dari lokasi syuting. Mayleen senang bukan kepalang ia punya alasan untuk bisa dekat dengan Wang Sean. Sebentar lagi aku akan mendapatkannya, batinnya. Mayleen melakukan tugasnya seperti yang diperintahkan Jingmi. Dengan sigap gadis itu memberikan minum pada Sean tidak lupa kipas angin mini selalu ia bawa agar Sean tidak kepanasan. David memandang muak pada tingkah Mayleen yang berlebihan. Bisa-bisanya gadis itu mengabaikannya sejak tadi. “Bukankah mereka pasangan yang serasi?” David menoleh pada Jia Li, gadis itu terlihat bahagia saat mengatakannya. “Aku rasa tidak.” David melipat tangannya di depan d**a, pandangannya tidak luput dari gerak-gerik Mayleen. “Kenapa?” Jia Li berdiri di depan David, menghalangi pandangan pria itu untuk melihat Mayleen. “Karena aku tahu siapa Sean dan Mayleen,” sahut David sambil berlalu meninggalkan Jia Li. Berbeda dengan David yang tengah menahan kesal Mayleen justru terlihat bahagia. Meski Sean sudah melarangnya namun gadis itu keras kepala untuk tetap membantu Sean. “Terima kasih Mayleen atas bantuanmu, tapi aku bisa melakukannya sendiri,” ujar Sean. “Aku sangat senang bisa membantumu. Apakah kau sekarang mau menjadi temanku?” Merasa tidak enak hati akhirnya Sean mengangguk membuat Mayleen berjingkrak senang.Dalam hati  Sean mengutuk asistennya yang membuat ia harus terjebak dengan gadis aneh seperti Mayleen. Semua kru kembali bekerja setelah makan siang. David menyibukkan dirinya dengan naskah dialog. Melihat Mayleen mencari perhatian pada Wang Sean membuat hatinya panas. Bukan karena cemburu tapi David menganggap Myaleen tidak bisa berterima kasih padanya. Harusnya Davidlah yang mendaptkan perlakuan itu, bukan Sean. “Kalau cemburu katakan saja, jangan ditahan,” ujar Manager Li ketika duduk di samping David. Pria itu menutup kertas yang ada di tangannya dan meletakkan di atas meja. Ia tidak bisa fokus membaca setiap kata yang tertulis di kertas itu. Mood-nya hancur. David menyenderkan tubuhnya, memejamkan mata sejenak untuk menenangkan diri. Ia bahkan mengabaikan Manager Li yang sedari tadi berbicara. “Jangan tekan perasaanmu, katakan sejujurnya sebelum dia diambil orang.” Manager Li beranjak pergi. Nasihat singkat itu sukses membuat David membuka matanya, ia kembali mencerna apa yang pria tua itu katakan. “Apa aku mulai menyukai gadis aneh itu?” gumam David sambil berpikir. Banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya, namun David menggeleng mengenyahkan hal-hal aneh itu. “Aku sudah gila jika menyukainya.” *** Manager Li menghampiri Mayleen yang kini berdiri menatap laut. Wajah tenang gadis itu membuat Li tersenyum. “Kau merindukan keluargamu?” Manager Li menautkan tangannya ke belakang punggung. Angin laut menghantarkan kesejukan, ombak berlomba-loba menyentuh bibir pantai. Mayleen menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, sekilas ia menatap Li yang berada di sampingnya, tatapannya kini kembali pada hamparan air. “Aku sangat merindukan mereka,” ujar Mayleen sendu. Manager Li  menghadap Mayleen, gadis itu terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Itu berarti Mayleen akan segera pergi meninggalkan David. Manager Li menyentuh pundak Mayleen. Mereka saling berhadapan satu sama lain. “Aku punya satu permintaan padamu. Maukah kau melakukannya, Mayleen?” Mayleen mengernyit, untuk pertama kalinya Li meminta bantuannya. “Aku harap bisa melakukannya,” ujar Mayleen ragu. “Kau bisa melakukannya,” ujar Manager Li. “Tolong jangan tinggalkan David, dia membutuhkanmu.” Mayleen terdiam. Bagaimana mungkin seorang David yang galak memerlukan bantuannya. Pria itu bahkan sering bersikap acuh dan tidak peduli.Mayleen tidak yakin David akan menerima bantuan itu. “Percayalah Mayleen. David pria yang baik, dia hanya terluka dan trauma dengan masa lalunya. Hanya kau yang bisa menolong David,” jelas Manager Li membuat kerutan di kening Mayleen semakin bertambah. “Apa yang bisa aku lakukan?” “Sayangi dia sepenuh hatimu, jangan pernah pergi dari hiupnya. Hanya itu, apa kau bisa?” Li mengucapkannya penuh drama, berusaha meyakinkan Mayleen.  Mayleen terdiam, meski ia belum paham tentang arti menyayangi tapi sepertinya kata-kata itu tidak mudah untuk dilakukan. Mayleen meragu. Melihat kebisuan gadis di depannya membuat manager Li was-was. Apakah Mayleen akan menolakknya atau mungkin saja setelah ini dia akan pergi meninggalkan David. “Baiklah, aku tidak akan meninggalkan David.” Manager Li menautkan jari telingkingnya dan Mayleen sebagai tanda perjanjian terjalin di antara mereka. “Kau sudah berjanji.” *** * “Cut!!” teriak sang sutradara ketika adegan yang diinginkan tidak sesuai. “David bisakah kau lebih fokus, ini take terakhir dan kau terus melakukan kesalahan.” David mendesah frustasi, ia sudah mencoba fokus namun tetap ia tidak bisa mengendalikan amarahnya. Bayangan Mayleen selalu muncul dalam pikirannya. David mengeram kesal. Ia butuh ketenangan. “David.” Suara merdu itu mengalun di telinganya. David menggeleng mengenyahkan segala pikirannya tentang Mayleen. “David fokus, hanya untuk kali ini ini kau pasti bisa,” ujar David menyemangati dirinya sendiri. Sebuah tangan lembut menyentuh pundak David. pria itu berbalik dan membuka matanya. Mayleen tersenyum lembut, meski pencahayaan di tempatnya berada sangat minim tetapi David masih bisa melihat wajah cantik di depannya. Mayleen berjinjit kemudian mencium pipi David. Seketika tubuh pria itu membeku merasakan benda kenyal dan lembut menyentuh pipinya. David menatap Mayleen heran, satu tanganya menyentuh bekas ciuman. “Semangat!” ujar Mayleen sambil mengepalkan kedua tangannya. David tersenyum, kemudian menarik pinggang Mayleen. Tubuh keduanya menempel tanpa jarak, David menyisir rambut panjang Mayleen dengan tangannya. Wajah mereka semakin mendekat, kedua mata saling bertatapan penuh arti. “Jangan lakukan itu lagi, kau membuatku jantungan,” ujar David melepaskan pelukannya pada Mayleen. “Aku hanya memberimu semangat,” kata Mayleen membuat David mengulum senyumnya.  David mengacak rambut gadis itu sebelum pergi melanjutkan syutingnya. Manager Li yang sejak tadi memerhatikan mereka akhirnya bisa memvideokan moment kedekatan keduanya meski dari jarak yang cukup jauh. Adegan terakhir berjalan lancar, di mana David memeragakan adegan pembebasan sandra. David pingsan karena luka di tubuhnya menjadi akhir dari adegan itu. “Cut!” teriak sang sutradara dengan lantang. “Hari ini kita cukupkan dulu, kalian bisa beristirahat. Terima kasih untuk hari ini.” Mayleen segera menghampiri David ia cukup khawatir dengan keadaan pria itu. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Mayleen membuat David memalingkan wajahnya. Entah kenapa ia merasa malu pada Mayleen. “Aku baik. Ayo kita pulang,” ujarnya berlalu meninggalkan Mayleen. Gadis itu dengan setia mengekori David sampai di mobil mereka. “Kenapa kau duduk di belakang?” tanya Li saat David dan Mayleen duduk di jok belakang. “Aku lelah sekali, tidur di depan tidak nyaman,” ujar David. “Bilang saja kalau mau berduaan,” gumam Li mambuat David menatapnya tajam. “Baiklah Tuan dan Nyonya Chow kita akan pulang.”  David mendelik saat Li menyebut  Myaleen dengan panggilan Nyonya Chow. Beruntung gadis itu tidak terlalu peduli dengan kata-kata itu atau gadis itu tidak mengerti. Entahlah David tidak mau memikirkannya. Selama perjalanan  David memilih untuk tidur, sungguh pria itu lelah setelah seharian syuting dan berpanas-panasan. Mayleen tersenyum lembut, mendekatkan dirinya pada David. perlahan Mayleen meletakkan kepala David bersandar di pundaknya. David terlihat lebih tenang dan nyaman. Manager Li melirik keduanya dari kaca kecil di atasnya. Ia terkikik geli, akhirnya David menemukan seorang wanita yang benar-benar tulus menyayanginya. Wanita yang mampu membuatnya tersenyum kembali setelah sekian lama. Bongkahan es itu mencair seiring hangatnya sinar mentari. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD