10. Cemburu (?)

1638 Words
Seorang pria berkaca mata terlihat turun dari mobil berwarna putih. Pakaian rapi rambut klimis membuat penampilannya terlihat dewasa. Li Wenhua berjalan menaiki beberapa  undagan sebelum membuka pintu rumah besar itu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya itu berarti si pemilik rumah belum bangun. Melirik sekilas pada jam tangannya, Manager Li kemudian menaiki tangga menuju lantai dua, tempat di mana kamar David berada. Beberapa hari belakangan ini David selalu bangun kesiangan, belum lagi ia selalu terlambat.   Manager Li mencoba membuka kamar itu yang ternyata tidak dikunci. Dasar ceroboh. Dengan perlahan didorongnya pintu itu tanpa menimbulkan suara. Alangkah terkejutnya pria itu melihat sesuatu yang diluar dugaan. Mayleen dan David tidur bersama. David memeluk Mayleen yang terlelap di atas dadanya. Tidur mereka terlihat pulas dan saling menikmati kenyamanan satu sama lain. Perasaan pria itu menghangat, tidak pernah sekali pun David menerima wanita di sekitarnya dengan mudah. Pria itu kaku dan sangat dingin membuat wanita-wanita yang mendekatinya pergi begitu saja. Sejak bertemu dengan Mayleen pria itu sedikit berubah, hanya dalam waktu singkat gadis itu mampu membuat David berbagi tempat tidur. Tidak ingin melewatkan moment langka itu, Manager Li kemudian mengabadikannya dengan kamera ponsel. Ini akan menjadi senjatanya kelak jika David keras kepala. Manager Li menutup pintu kamar itu pelan, mengurungkan niatnya untuk membangunkan David. Perubahan besar akan terjadi pada pria muda itu. Li Wenhua meghidupkan tv sambil menunggu David, masih ada waktu sebelum mereka berangkat. Suara derap langkah dari tangga mengalihkan perhatian Li dari berita yang tayang di tv. David dengan wajah mengantuknya berjalan ke dapur mengambil minuman dingin dalam kulkas. Manager Li yang melihat David kehausan tersenyum lebar, ini moment yang baik untuk membuat David mati kutu. “Wah, kau sudah bangun?” sapa Manager Li sambil duduk di kursi dapur. David menoleh tanpa menjawab pertanyaan itu. “Sepertinya kau kelelahan,” kata Manager Li, kali ini David membalikkan badannya dan duduk di seberang pria itu. “Bagaimana tidurmu semalam? Pasti nyenyak.” Manager Li menatap David dengan senyum misterius. “Apa maksudmu?” “Bukankah tidur lebih nyenyak ketika berada di dekat wanita yang dicintai? Saling berbagi kehangatan dan kesenangan di malam yang dingin.” David menatap Manager Li dengan kening mengkerut, ia seperti sedang berpuisi. Manager Li memperlihatkan foto yang ia ambil beberapa saat lalu. Pria itu membulatkan matanya. David ingin merebut ponsel itu namun Manager Li segera menariknya. “Kami tidak sedekat itu. Cepat hapus fotonya!” perintah David namun diabaikan oleh Li. “Aku akan menghapusnya setelah kau selesai bersiap. Cepatlah kita bisa terlambat.” David terlihat kesal. Pria tampan itu menatap Manager Li horor. Bukannya takut pria tua itu malah tertawa lucu melihat kemarahan David. “Hei bocah, aku rasa ibumu akan senang kalau diberi cucu.” Manager Li tertawa puas mendengar hentakan kaki David saat menaiki tangga, pria itu pasti sedang menahan kesal. David selalu bercerita pada Li mengenai ibunya yang terus meminta cucu.  Jangankan cucu acar saja David tidak punya. Pria itu lebih mengutamakan karir, biarlah orang-orang menyebutnya workaholic. David segera bergegas masuk ke dalam mobil setelah selesai dengan rutinitas paginya, wangi segar citrus menguar dari tubunya. Aroma itu mampu  menenangkan hatinya yang kesal. Senandung kecil keluar dari bibirnya.  David memasangkan safety belt-nya segera sebelum mobil dijalankan. “Kau ingin  sarapan di restaurant atau di lokasi syuting?” ujar Manager Li sambil mengendarai mobil. “Terserah kau saja, aku tidak pernah mempersalahkan itu,” ujar David. “Bagaimana jika kita makan di restaurant?” David menengok ke belakang saat mendengar suara yang tidak ingin ia dengar. Mayleen dengan senyum lebarnya duduk manis di jok belakang. Gadis itu bahkan tidak merasa risih dengan tatapan intimidasi dari David. Kenapa David tidak melihatnya tadi? Kapan dia masuk? Piker David dengan kening mengernyit. “Kenapa makhluk ini ada di dalam mobil?” David menatap Manager Li penuh tanya. Laju mobil berhenti ketika lampu lalu lintas menyala merah. “Bukankah ini lebih baik.” Manager Li mencondongkan sedikit tubuhnya pada David dan berbisik, “Setidaknya kau tidak perlu merindukan Mayleen seharian.” Manager Li menepuk d**a David sambil tertawa melihat rona merah di wajah pria itu. David berdehem menormalkan kembali ekspresi wajahnya. Walau semburat tipis di pipinya tidak bisa ia hilangkan. “Dia akan membuat masalah lagi!” David menoleh lagi ke belakang berharap gadis itu hanya ilusi yang segera lenyap. Namun gadis itu nyata adanya. “Kenapa? Aku sudah mandi dan wangi. Aku berjanji tidak akan mempersulitmu,” ujar Mayleen menatap David  seperti anak kecil yang minta dibelikan es krim. David mendengus. Ia tidak yakin dengan janji Mayleen. Bukankah Mayleen sering melanggar janji yang ujung-ujungnya merepotkan David. Belum lagi gadis itu selalu mengejar Wang Sean yang merupakan aktor popular dikalangan ibu-ibu muda yang lebih berbahaya dari pada daun muda di luar sana. David tidak bisa membayangkan masalah apa yang akan Mayleen dapatkan nanti. Tapi yang jelas apa pun masalahnya David-lah yang  akan kena getahnya.  David melirik Mayleen dari kaca yang ada di atas mobilnya, wajah berseri dengan senyum merekah membuat mata indah Mayleen menyipit. Cantik.  Tanpa sadar pria itu memerhatikan Mayleen. Manager Li sekilas menatap David yang diam-diam memerhatikan Mayleen di kursi belakang. Lupakan lukamu David. Hiduplah tanpa bayang masa lalu, temukan masa depanmu bersama orang yang kau cintai. Manager Li teringat bagaimana saat pertama kali ia bertemu David. Pria kurus dengan tekad api yang selalu membuatnya iri. Semangat masa muda yang tidak pernah Li rasakan, kini ia menemukan harapan pada David untuk bisa menjadi orang yang lebih baik darinya. Saat daun tua berguguran akan ada daun baru yang siap menggantikan. *** Angin berhembus sepoi-sepoi menerbangkan helaian hitam milik David. Tatapannya tidak lepas dari gadis di depannya. Pria itu hanya bisa menggelang melihat tingkah kekanakan Mayleen, berlari sambil merentangkan tangan terkadang memutar-mutar tubuhnya yang tidak jarang membuat ia sempoyongan karena pusing sendiri.  Benar-benar kampungan, batin David berjalan santai menuju lokasi syuting. Manager Li hanya mengulum senyum selama perjalanan, bagaimana tidak David selalu memerhatikan Mayleen. Bahkan pria itu terang-terangan melarang Mayleen jauh-jauh dari pantauannya. Mananger Li baru tahu kalau David orang yang  sangat perhatian di balik sikap dingin dan kakunya. Namun sayang sepertinya perhatian David tidak mendapat respon yang baik dari Mayleen, wanita itu tidak peka pada perhatian David. “Bukankah dia sangat lucu?” Manager Li mulai membuka percakapan tanpa menatap pria di sampingnya. David tersenyum mendengar kata lucu, mungkin bukan kata itu yang cocok untuk Mayleen tapi norak, kekanakan, over, memalukan dan kata sejenisnya versi David. “Tidak ada manis-manisnya.” “Tapi kau selalu tersenyum saat menatap Mayleen,” ujar Manager Li membuat David ingin tertawa. Ia hanya melihat Mayleen karena tingkah gadis itu yang super konyol. Terutama ketika insiden parfume kemarin bisa-bisanya ia menyemprotkan parfume sebanyak itu ke tubuhnya sendiri. Mayleen pingsan mencium harum tubuhnya. “Karena dia aneh—“ Bhuug… Mayleen terjatuh ke arah tong sampah setelah berputar-putar beberapa kali. Tubuhnya oleng dan tidak bisa menjaga  keseimbangan. “--lihat benarkan apa yang aku katakan.” Manager Li mengedikan bahunya ketika David berlalu mendekati Mayleen. Sepertinya kepala gadis itu benar-benar pusing. David berjongkok melihat Mayleen terlentang di atas rerumputan, meski banyak orang yang sedang memerhatikan mereka tapi David tidak peduli. Ia enggan menolong Mayleen. “Sudah aku katakana padamu, bukan? Jangan membuat masalah,” tegas David membuat Mayleen cemberut. Gadis itu mendudukkan tubuhnya setelah kepalanya tidak pusing lagi. Celana jeans navy dan kaos putih lengan panjangnya kotor. Begitu juga dengan rambut gadis itu. David menjulurkan tangannya mengambil daun kering yang tersangkut di rambut Mayleen. Manager Li yang melihat kedekatan mereka semakin girang. David yang  menangkap senyum godaan dari managernya hanya bisa menggeleng kepala. “Kalian berdua sama saja,” ujar David kemudian berdiri dan meninggalkan Mayleen. Mayleen yang dicampakan berusaha mengejar David. Digandengnya tangan pria itu namun selalu ditepis oleh David. “Mereka seperti Tom & Jerry, terkadang akur dan kadang bermusuhan,” kata Manager Li mengekori dua orang di depannya. Semua kru mulai mempersiapkan keperluan syuting, semua sibuk ke sana ke mari dengan pekerjaannya. Mayleen hanya mematung melihat semua kru berjalan mondar-mandir. Kata David ia tidak boleh beranjak dari tempat ia berdiri selama David di make-up. Takut terkena hukuman Mayleen hanya diam seperti orang bodoh. Sesekali ia menatap David yang sibuk dengan kertas di tangannya. “Hei, kau Mayleen bukan?” Seorang wanita menyapanya. Wanita itu tersenyum semakin menambah kecantikannya. Mayleen mengangguk polos, ia ingat gadis itu adalah pemilik parfume yang ia habiskan kemarin. Mayleen merasa bersalah atas semua kejadian itu. Gadis itu menundukkan tubuhnya, ditatapnya wanita cantik bak bidadari itu. “Aku minta maaf atas kejadian kemarin. Aku hanya penasaran dengan bau cairan itu,” ujar Mayleen membuat wanita di depannya tertawa kecil. “Lupakan saja, aku bisa membelinya lagi. Aku Jia Li, bolehkah aku berteman dengamu?” Mayleen menatap uluran tangan dari wanita bernama Jia Li. Ia tersenyum dan menyambut uluran tangan itu. Namun sebuah tangan besar menggagalkan niatnya. David berdiri di samping Mayleen dan menarik gadis itu untuk bersembunyi di belakang tubuhnya. “Mayleen, bukankah aku sudah katakana padamu, jangan berbicara pada orang asing tanpa persetujuanku,” ujar David menatap Jia Li tajam. “Kami baru saja berteman,” sahut Jia Li dengan dengan senyum yang dibuat-buat. Melihat kedekatan dua orang di depannya membuat Jia Li mengepalkan kedua tangannya. David terang-terangan melindungi Mayleen darinya, seolah Jia Li ingin berbuat jahat pada  gadis itu. “Kalian tidak akan berteman. Ingat itu.” David menatap Jia Li tajam sebelum menyeret Mayleen pergi. Mayleen berusaha melepaskan tangannya dari genggaman David namun pria itu semakin erat menggengamnya. “Aw… sakit,” ringis Mayleen membuat David akhirnya melepaskan tangannya. “Jangan pernah mendekati wanita itu. Paham?” Mayleen mengangguk sambil mengelus tangannya yang sakit. David memeriksa tangan Mayleen karena ia menggenggam terlalu kuat membuat tangan itu memerah. David mengusap dengan lembut untuk mengurangi rasa sakitnya. Tanpa sengaja Mayleen melihat Wang Sean dari kejauhan, tubuh tegap altetis itu membuat Mayleen terpesona. Mayleen menarik tangannya dari David kemudian memperbaiki penampilannya. David mengernyit bingung dengan perubahan derastis gadis itu kemudian menoleh ke belakang. Hhmm… benar  saja, batin David ketika melihat Wang Sean bergabung dengan pemain yang lainnya. “Apa aku sudah cantik?” tanya Mayleen membuat David mengalihkan tatapannya dari Wang Sean. Mayleen mengedipkan matanya berkali-kali. Bukannya menjawab pertanyaan gadis itu David malah mencubit kedua pipi Mayleen hingga memerah. Gadis itu meringis dengan perlakuan kasar David pada pipi mulusnya. “Kau jelek sekali,” sahut David sambil mengacak rambut halus Mayleen. “Yak! Rambutku,” teriak Mayleen pada David yang berlalu meninggalkannya. Entah kenapa David merasa kesal ketika Mayleen lebih memperhatikan Sean. Apakah aku cemburu?” batin David. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD