Bugh..
“Aww!” jerit David sambil memegangi pinggannya.
Ia terjatuh dari tempat tidur. David mendudukkan tubuhnya, melirik ke arah di mana seorang perempuan terlelap. David mendengus melihat Mayleen tidur terlentang menghabiskan space tempat tidurnya.
“Sial gadis itu lagi,” gumam David dengan tatapan tajam.
Mayleen mengerang kemudian berbalik memunggungi David. Mata David memerah, bukan karena marah tapi pria itu kekurangan tidur. Tangan Mayleen sepanjang malam selalu mengganggunya. Andai tadi malam kepalanya tidak pusing mungkin ia sudah mengusir gadis itu.
David berdiri dari duduknya, dilihatnya jam weker di samping tempat tidur. Mata hitamnya membulat saat tahu ia sudah terlambat. David berdecih berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Dengan secepat kilat ia berganti pakaian, saat keluar dari walk in closet-nya ia menatap ke atas tempat tidur. Gadis itu sudah tidak ada di sana, mungkin sudah kembali ke kamarnya. Pikir David. ia tidak peduli pada Mayleen lagi. Suara ponselnya berdering, dilihatnya panggilan dari Manager Li. David mengabaikannya, ia bisa kena marah kalau mengangkat panggilan itu.
Pria itu tergesa-gesa mengenakan sepatu, setelah menyambar kunci mobil di atas meja ia pun pergi. David mengenakan kaca mata hitamnya sebelum menghidupkan mesin mobil. Pintu gerbang otomatis terbuka saat ia melintas. Pagi ini keadaan lalu lintas semakin padat, makian pun tidak bisa dihindarkan.
“Wah, indah sekali.”
David tiba-tiba menghentikan mobilnya ke pinggir. Pria itu berbalik ke belakang. “Kenapa kau ada di sini?” marah David.
“Aku hanya mengikutimu,” ujar Mayleen, mengedipkan matanya berkali-kali.
“Bisakah kau turun sekarang?” suruh David namun gadis itu meringkuk ke pojokan sambil menggeleng.
“Mayleen!”
Gadis itu tetap menggeleng dengan bibir dimanyunkan, tatapannya mengiba. David mendesah panjang, jika ia meladeni sifat keras kepala Myaleen bisa-bisa ia dicap tidak professional. David akhirnya mengizinkan Mayleen untuk ikut ke lokasi pemotretan. Mayleen menikmti pemandangan Sanya yang memesona. Senyumnya tidak pernah pudar sepanjang perjalanan, akhirnya ia bisa keluar tanpa harus kena hukuman.
David memarkirkan mobilnya di depan sebuah bangunan dengan tergesa-gesa pria itu keluar dan mengunci mobilnya. Mayleen yang masih di dalam pun tidak bisa keluar. David melambaikan tangan pada gadis itu sebelum berlari masuk ke dalam.
“Yak! David tunggu aku.” Teriak Mayleen berusaha untuk membuka pintu mobil. Namun sayang David tidak menghiraukannya.
David berpapasan dengan Manager Li, sepertinya pria itu marah padanya.
“Jangan keluarkan makianmu ini masih pagi,” ujar David sebelum Li Wenhua membuka suara. David melemparkan kunci mobilnya pada Manager Li sebelum masuk ke ruang make-up.
“Tolong keluarkan Mayleen dari mobil, aku menguncinya.”
“Yak! Kau sudah gila?” bentak Li membuat senyum David mengembang.
“Dia yang sudah membuat aku gila, ah satu lagi….”
“Apa lagi sakarang?”
“Tolong urus dia, Mayleen belum mandi.”
Manager Li mengeram kesal, David seenaknya saja menyuruh dirinya. Li pergi ke parkiran, dilihatnya Mayleen berusaha membuka pintu mobil itu. Dari tempatnya berdiri, Manager Li membuka kunci mobil itu dengan remot control sehingga Mayleen bisa keluar. Gadis itu segera menghampiri Manager Li yang berdiri di depan pintu masuk.
“Maafkan David, bocah tengik itu sangat keterlaluan padamu,” ujarnya penuh penyesalan,
“Di mana David?” Tanya Mayleen. Gadis itu sudah terbiasa dengan sifat David yang keterlaluan.
Manager Li mengantarkan Mayleen ke tempat pemotretan. Mata almond gadis itu membulat saat melihat langsung orang-orang yang sedang bekerja.
“Itu David.”
Manager Li menunjuk tiga orang yang sedang melakukan sesi pemotretan. Seorang wanita cantik berada di tengah-tengah. Mayleen mendekat, melihat Wang Sean yang begitu tampan. Kedua tangannya menyentuh pipi, ia terpesona pada ketampanan Wang Sean. Mengingat kebaikan yang pernah ia lakukan membuat Mayleen semakin berbunga. Dia pria tampan yang baik hati.
Berbeda dangan David yang pemarah, batin Mayleen dengan senyum-senyum sendiri.
“Jangan melihat David seperti itu nanti kau jatuh cinta,” goda manager Li membuat gadis itu cemberut.
Jika disuruh memilih Myaleen lebih menyukai Wang Sean daripada David. Pria itu terlihat lebih dewasa, tampan dan err… sexy.
“Sepertinya kau sudah gila,”ujar Li menatap Mayleen yang senyum-senyum sendiri.
“Apa Wang Sean sudah memiliki wanita?” celetuk Mayleen menggigit telunjuknya.
Manager Li membenahi letak kaca matanya, jadi sedari tadi Mayleen memerhatikan Wang Sean bukan David.
Wah, David punya saingan yang cukup berat.
“Sepertinya belum,” jawab Manager Li lemah.
Entah kenapa ia tidak menyukai Mayleen menyebut nama Wang Sean. Sesi pertama pemotretan selesai. Mananger Li meminta Mayleen memberikan David minuman. Dengan ragu gadis itu menerimanya. David tersenyum saat Mayleen mendekatinya, ia bisa gunakan kesempatan ini untuk membuat Jia Li cemburu dan menjauhinya.
Namun harapan pria itu harus pupus ketika Mayleen melewatinya. David mematung sebelum berbalik melihat Mayleen memberikan Wang Sean minuman. Rona bahagia terlihat jelas dari wajah gadis itu ketika Sean menerima minumannya.
“Aku Mayleen,” ujarnya memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan.
Sean melihat tangan itu sekilas kemudian beranjak pergi. “Terima kasih atas minumannya,” ujar pria itu tanpa menatap Mayleen.
David tertawasenang melihat Sean tidak menghiraukan Mayleen. Siapa suruh keganjenan, batin David. Mayleen menghentak kesal, Sean berbeda dari pikirannya.
“Kau tahu apa yang memuatnya pergi?” Mayleen menoleh ke belakang, menatap David penuh tanya. David menyeringai, ia berjalan mendekati Mayleen. Diendusnya bau tubuh Mayleen membuat wanita itu melakukan hal yang sama.
“Badanmu bau karena belum mandi. Makanya dia kabur,” ujar David sebelum pergi ke ruang ganti.
Sepeninggalan David Mayleen terus mencium pakaiannya.
“Masih wangi,” gumamnya.
Mayleen berjalan ke luar ruangan pemotretan. Ia ingin bertemu Sean dan mengobrol dengannya. Saat gadis itu sampai di sebuah ruangan yang penuh dengan cermin. Ada dua orang wanita di dalam sana.
Wanita itu bukannya yang bersama David tadi?
Mayleen mencoba mengingat-ingat. Gadis itu terus mengamati kedua wanita itu sampai wanita berambut pendek sebahu menyemprotkan sesuatu ke tubuh Jia Li. Harum semerbak tercium setelahnya. Jia Li dan assistennya beranjak keluar membuat Mayleen menyembunyikan diri.
Setelah ruang make-up kosong Mayleen pun masuk ke dalamnya. Benda berwarna emas itu masih berada di atas meja rias. Mayleen mengambilnya dan mencium bau harum yang dikeluarkan benda kecil itu. Mayleen menekan farfum itu hingga cairannya keluar. Mayleen menyemprotkan seluruh badannya dengan parfum. Rambut, sandal, dan celana tidak luput dari semprotannya.
Parfum yang tinggal setengah itu habis tak tersisa. Mayleen mengembalikan benda itu ke tempatnya. Kepalanya sedikit pusing dan perutnya tiba-tiba mual membuat Mayleen berjalan sempoyongan seperti orang mabuk. Dengan sisa kesadarannya gadis itu berjalan sambil memegangi tembok.
Kepalanya berdenyut, lantai-lantai terlihat bergoyang. Mayleen tiba-tiba melihat bintang-bintang betebaran di atasnya. Kesadarannya mulai berkurang.
Bugh..
Tubuh Mayleen ambruk tidak sadarkan diri. Sean yang baru saja keluar dari ruang ganti terkejut melihat seorang wanita tidur di atas lantai. Sean menghampiri Mayleen dan menepuk pipi gadis itu. “Dia pingsan,” ujarnya.
Sean membopong tubuh Mayleen ke sebuah ruangan. Diletakkannya Mayleen di atas sofa. Pria itu merogoh ponsel dan segera menghubungi dokter kepercayaannya.