8. Keracunan Parfume

1075 Words
Pintu ruangan itu tiba-tiba  dibuka dengan kasar, David menatap Sean tajam kemudian mengalihkan tatapannya pada Mayleen. Tanpa menanyakan apa pun David duduk di tepi sofa dan menepuk pelan pipi wanita itu. “Mayleen sadarlah,” kata David mengguncang  tubuh mungil itu. “Aku sudah menghubungi dokter, sebentar lagi dia akan datang.” David menatap tajam pada Sean membuat pria itu diam. Semua kru membisu melihat tingkah aneh David. Belum pernah mereka melihat David secemas itu. Manager Li mencoba mengulum senyumnya. Terlihat jelas wajah tidak suka David saat melihat Wang Sean bersama Mayleen. Li wnhua yakin pria bodoh itu tidak menyadari perasaannya. Ia harus mengajarkan David mengenai cinta. Seorang dokter memasuki ruangan itu dan memeriksa keadaan Mayleen. “Dia baik-baik saja,  sebentar lagi dia sadar,” ujar dokter itu sebelum pergi. Semua mata menata pada Mayleen yang masih tertidur. Jia Li menatap Mayleen tidak suka, tanganna terkepal sebelum pergi meninggalkan ruangan. Sesi pemotretan ditunda beberapa saat. Setelah David keluar dari ruangan mereka pun melanjutkannya. Jia Li menatap David dengan kesal, gadis itu menjauh dari orang-orang untuk menghubungi seseorang memalui ponselnya. “Cari tahu informasi mengenai gadis bernama Mayleen. Kabari aku secepatnya.” Jia Li menutup ponselnya setelah mendapat jawaban dari orang itu. Sama seperti Jia Li, Sean pun melakukan hal yang sama. Gadis misterius bernama Mayleen perlu diselidiki. Sean bisa melihat bagaimana David takut kehilangan wanita itu. “Kabari aku segera,” ujar Sean memutuskan panggilannya. Pemotretan berlangsung cukup lama, banyak hal yang terjadi hingga membuat kegiatan itu berakhir malam hari. Jia Li menghampiri David yang sedang duduk sendirian. David mendongkak, menatap Jia Li berdiri di depannya. Wanita itu pasti ingin menanyakan prihal hubungannya dengan Mayleen. Terkadang David berpikir Jia Li mirip sekali dengan reporter, mungkin bisa dikatakan dia reporter pribadi David yang selalu penasaran dengan kehidupannya. Seolah ia hidup dari berita-berita yang dibuatnya. Jia Li perempuan yang pantang menyerah, membuat David pusing sendiri bagaimana harus menjauh dari gadis itu. David meminum airnya, membasahi kerongkongan yang kering. “Siapa perempuan itu? Kalian sepertinya dekat sekali,” ujar Jia Li dengan tangan dilipat di depan d**a. David membuang wajahnya, ia enggan melihat wanita itu. Jika saja yang di depannya adalah seorang pria mungkin ia sudah maki-maki sejak tadi. Namun ia masih mengingat pesan ibu tercintanya untuk selalu menghargai wanita. Makhluk yang katanya lemah tapi kuat saat tersakiti. Begitulah yang David lihat selama ini, well kalau dia ingin lepas dari perempuan itu dia harus mencari cara halus. “Kenapa?” satu kata yang keluar dari bibir David membuat kerutan di wajah Jia Li. Ia paling tidak suka David berkata singkat. Pria itu terlihat enggan bicara padanya. Padahal Jia Li sudah berpenampilan yang cukup menggoda dengan rok mini sexy-nya. “Bisa kau jelaskan?” Jia Li kembali bertanya membuat David tertawa kecil. Pria itu berdiri, sedikit menunduk untuk menatap mantan kekasihnya. “Untuk apa? Aku rasa itu tidak perlu. Selamat malam, Nona Zhao.” David pergi meninggalkan Jia Li yang menghentak kesal. David berjalan ke sebuah ruangan tempat Mayleen istirahat. Sebelah alisnya terangkat setelah melihat ruangan itu kosong. Kemana perginya Mayleen? David keluar mencari gadis itu. Ia tidak mau Mayleen membuat ulah lagi, sudah cukup insiden keracunan parfum sore tadi. Mayleen menyembulkan kepalanya dari balik sofa saat merasakan David telah pergi. Ia sudah katakan pada Manager Li untuk pulang bersama. Mayleen tidak mau pulang bersama David yang ada pria itu akan memarahinya lagi dan lagi. Jujur saja Mayleen lelah mendengar nada keras dan suara dingin David. Pria tampan itu tidak ada manis-manisnya, bagaimana bisa ia punya begitu banyak fans. Mayleen mengkhayal jika hidup mereka tertukar, dia sebagai artis dan David sebagai mermaid. Mayleen tersenyum memikirkan hayalan konyol itu. “Jadi kau sembunyi di sini.” Suara bariton David membuyarkan hayalan Mayleen. Gadis itu mendongkak, menatap David yang melihatnya tajam. Mata indah itu terlihat menyeramkan jika sedang marah. Mayleen memanyunkan bibirnya, kenapa nasibnya sial sekali. Insting pria itu sangat tajam sampai tahu tempat persembunyiannya. “Aku bukan sembunyi, tapi mencari perlindungan,” ujar Mayleen memuat David mengacak rambut hitamnya. Gadis itu sudah pandai membuat alasan dengan kata-kata manis. David memerhatikan bibir manyun Mayleen entah kenapa pria itu ingin merasakannya lagi. Kelembutan  yang pernah ia rasakan masih terbayang, bibir penuh berwarna pink itu begitu menggoda. David menggeleng mengenyahkan segala pikiran kotornya. David memalingkan wajahnya untuk menormalkan kembali perasaannya. Sebentar lagi aku akan gila, batinnya seraya mengelus d**a.  Mayleen yang melihat David menatap ke arah lain tidak menyianyiakan kesempatan untuk kabur. Gadis itu merangkak perlahan agar pria itu tidak sadar akan kepergiannya. Namun sayang, tarikan kerah bagian belakangnya menghentikan aksi kabur Mayleen. Gadis itu berdiri dengan senyum kaku, kedua tangannya dicangkupkan di depan d**a. “Aku mohon, biarkan aku pergi,” ujar Mayleen. Entah kenapa akhir-akhir ini David senang mendnegar Mayleen merengek manja, apalagi saat memohon wajahnya sangat meggemaskan. David menormalkan kembali ekspresi bodohnya, ia harus terlihat berwibawa di depan gadis itu. “Mau ke mana?” tanya David membuat Mayleen menunduk. “Aku akan pulang dengan Tuan Li,” kata Mayleen. David menggeleng, membuat Mayleen meghentakkan kakinya kesal. Ia merasa seperti tawanan yang ingin bebas menghirup udara segar. “Kau pulang denganku, mengerti!” Pernyataan atau lebih tepatnya perintah yang keluar dari mulut tipis Davit tidak boleh dibantah, Mayleen tahu ia tidak akan berdaya terhadap pria di depannya. Ia begitu mendominasi, apalagi ketika mereka berciuman. Pipi Mayleen bersemu merah ketika mengingat bagaimana David menciumnya cukup lama. Ciuman penuh perasaan dan lembut tanpa menuntut membuat gadis itu terhanyut dalam nikmat sentuhannya. “Kenapa wajahmu memerah?” David memandang Mayleen curiga. “Tidak, aku tidak memikirkan apa pun,”sahutnya membuat David menyeringai. Pria itu melepas kerah belakang baju Mayleen, dengan perlahan David mendekat membuat gadis di depannya melangkah mundur sampai membentur tembok. David mengurung tubuh Mayleen perlahan wajahnya mendekat mengikis jarak di antara mereka. David tersenyum melihat Mayleen memejamkan mata. David menggesekkan hidung keduanya dengan s*****l memuat Mayleen memonyongkan bibirnya. Senyum David semakin lebar menatap bibir manis di depannya. Kau akan dapat hukumannya telah menghindar dariku, batin David. bukan sebuah kecupan lembut yang Mayleen rasakan tapi sebuah gigitan pada hidung mancungnya. Mayleen menjerit dan membuka matanya. Senyum iblis David terpancar lebar ketika rencanana berhasil menghukum Mayleen. Tanpa mereka berdua sadari seseorang melihat kedekatannya dengan tatapan cemburu. David menyeret tangan Mayleen untuk segera pulang, berlama-lama di tempat ini membuatnya tidak betah terutama karena kehadiran sang mantan membuat pria itu malas. Kalau saja ia tidak ingat akan makna professional mungkin saat ini David sedang menikmati waktunya untuk berlibur. Namun sayang itu hanya angan semata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD