Mayleen mengucek matanya yang masih mengantuk. Seluruh tubuhnya terasa pegal karena posisi tidur yang tidak bagus. Kerongkongan Mayleen terasa kering ia pun beranjak dari posisinya untuk pergi ke dapur.
“APA? KAU TIDAK SALAH?”
Teriakan Manager Li menarik perhatian Mayleen. Gadis itu mengurungkan diri ke dapur, ia lebih tertarik mendengar percakapan David dan Li Wenhua di sebuah ruangan. Mayleen meletakkan telinganya di pintu agar mendengar lebih jelas.
“Aku sangat yakin. Ceria ini menarik dan yang pasti Jia Li tidak akan sudi mengambil peran utama,” ujar David dengan tawa kecil.
David tidak bisa bayangkan bagaimana wajah Jia Li menjelma menjadi monyet. Pasti sangat cantik, pikir David. Manager Li memijit kepalanya pelan, dari sekian banyak tawaran yang masuk David menjatuhkan pilihannya pada sebuah film fantasi yang berjudul, “My love is a monkey,” yang menceritakan seorang wanita yang dikutuk menjadi monyet.
Banyak cerita menarik yang ditawarkan tapi menurut pria itu menghindari mantan adalah hal paling penting sebelum terjebak dalam jeratan yang sama. David pikir sudah mengambil keputusan yang benar.
Manager Li menatap David yang berdiri yang berjalan ke jendela. Sudah lama sejak ia memutuskan untuk menetap di Sanya, pria itu tidak pernah lagi ke luar negeri. Rasanya ia ingin bebas seperti orang biasa yang tentunya akan sangat leluasa bepergian tanpa sorotan lensa wartawan.
“Kau masih punya waktu satu bulan, apa kau mau jalan-jalan?” Manager Li berdiri si samping David dengan kedua tanggan dimasukkan ke saku celana. Pria berkaca mata itu selalu tahu apa yang ada dipikiran aktornya.
“Aku pikir seperti itu, tapi aku tidak bisa. Banyak hal yang harus aku kerjakan,” sahut David.
Udara segar dengan sinar terik matahari mengingatkan dirinya akan pantai Tianya Haijiao beach. Pantai penuh pesona yang selalu membuatnya nyaman. Di pantai itu untuk pertama kalinya membuat ia memutuskan tinggal di Sanya. Surga kecil Hainan yang membuat ia jatuh cinta.
“Mau ke pantai lagi? Tidak salahnya kita bermain air atau membuat rumah pasir,” ujar Manager Li mengenang masa kecil.
Jika kembali ke masa itu David tidak ingin menghabiskan waktunya di tempat teater berlatih sepanjang hari tanpa peduli dengan sekadar liburan. Mungkin jika diberi kesempatan ia ingin menghabiskan waktu kecilnya dengan bermain bersama teman dan berkunjung ke pantai sesering mungkin.
Ya, semua ada baik dan buruknya, meski masa kecilnya ia habiskan untuk berlatih tapi ia bisa merasakan manfaat dari kerja kerasnya ketika dewasa. Menjadi seorang aktor papan atas adalah mimpi kebanyakan orang dan ia beruntung bisa meraihnya.
“Aku ingin pergi ke Singapore,” celetuk David. “Suatu hari nanti, setelah semua pekerjaanku selesai.”
David melangkahkan kakinya ke arah pintu. Tanpa di duga seseorang menabrak dirinya. Mayleen menatap David dengan senyum lebar. Apa dia ketahuan menguping sejak tadi?
“Kau sedang apa di sini?” David melipat tangannya di d**a, pria itu menatap gadis di depannya dengan tajam.
“Aku hanya kebetulan lewat.” Mayleen menggerakkan bola matanya kesembarang arah, menghindari tatapan tajam David.
“Kalau sampai aku memergokimu menguping lagi, kau akan mendapat hukuman yang lebih berat,” ancam David membuat tubuh Mayleen tegang.
Manager Li yang mendengar gertakan aktornya hanya menggeleng, sifat kejam pria itu muncul lagi padahal ia pikir jika David sudah menerima Mayleen dalam hidupnya. Namun dugaannya salah, David tetaplah pria yang galak, ia tidak mudah berubah menjadi David yang manis.
David berjalan melewati Mayleen membuat gadis itu menggeserkan tubuhnya.
“Kalian berdua aneh,” ujar Mananger Li di depan Mayleen. Gadis itu memiringkan kepalanya tidak paham.
“Terkadang aku melihat kalian seperti diriku saat masih muda. Temperamental dan ego yang tinggi.” Manager Li menatap Mayleen iba. “Kau harus bersabar menghadapi David, ia seperti batu. Sangat keras.”
Manager Li berlau meninggalkan Mayleen yang kebingungan.
“Apa yang dia katakanya?” gumam Mayleen.
***
Perlu waktu 12 menit bagi Jia Li untuk sampai ke Sanya Bay dari Tianya Distric. Pemandangan yang sangat indah dengan banyak pohon kelapa di dekat pantai, orang-orang menyebutnya coconut dream corridor yang ada di sebelah timur yang menjadi salah satu bagian Sanya Bay. Inilah tempat syuting terbaru Jia Li, gadis itu tersenyum bagaimana suasana romantis ini akan membawa David padanya.
Berbicara tentang pria itu, Sutradara Zhou akan memastikan David yang akan menjadi pemeran utama dalam film selanjutnya. Mengingat antusias masyarakat yang mengiginkan mereka kembali bersama. Chemistry mereka di film sebelumnya membuat para fans saling menjodohkan David dan Jia Li. Tentu hal ini sangat menguntungkan perempuan cantik itu.
Keberuntungan berpihak pada Jia Li. Wanita itu tersenyum lebar, meski proses syuting akan dilakukan beberapa minggu lagi tapi Jia Li sudah berada di tempat lokasi. Tidak sabar rasanya ia bertemu David dan mereka dipasangkan kembali.
“Apa kau sedang berlibur?”
Jia Li menoleh ke belakang melihat seorang pria memakai jas hitam lengkap kini tengah menatapnya. Gadis itu mendengus. Tanpa menjawab pria itu Jia Li terus berjalan cepat untuk menghindar dari calon tunangannya.
“Sampai ke ujung dunia pun aku akan terus mengikutimu, Jia Li.”
Tangan gadis itu mengepal, Ia benci dengan pria itu. Sudah berkali-kali ia katakana jika ia tidak mau bertunangan tapi dia terus memaksa.
“Jangan dekati aku. Aku membencimu,” ujarnya sebelum masuk ke dalam mobil. Namun sayang, pria itu juga ikut masuk ke dalam mobilnya.
“Pergi!”
Pria itu tidak bergeming sedikit pun. Ia seperti orang tuli. Jia Li ingin membuka pintu mobilnya namun pria itu segera menarik tangannya dan mencium bibirnya. Jia Li memukul lengan pria itu mencoba melepaskan ciuman mereka namun pada akhirnya ia kalah dan menikmati setiap sentuhan yang diberikan pria itu.
***
Tumpukan dokumen berserakan di atas meja kerja Wang Sean. Pria itu terlihat sangat kacau dan kelelahan. Akhir-akhir ini ia gencar mencari cara untuk membuat rivalnya jatuh. Tidak cukup dengan rumor biasa, tentunya ia harus membuat sesuatu yang lebih menggemparkan. Diusapnya wajah tampannya dengan kedua tangan. Terbayang bagaimana dulu ia sangat bahagia dengan hidupnya, bersama sang kekasih yang mencintainya sepenuh hati.
Kebahagiaannya lenyap ketika belahan jiwanya pergi untuk selamanya dan itu semua gara-gara David. Pria itu harus membayar mahal kebahagiaannya yang telah hilang. Ia tidak akan melepaskan pria itu sedikit pun. Wang Sean menatap foto di atas mejanya, tiga anak muda mengenakan pakaian SMA terlihat sangat bahagia dengan senyum lebar. Satu perempuan dan dua pria itu terlihat sangat akrab. Sulit dimengerti ketiga orang itu kini menjalani hidup masing-masing tanpa senyum.
Sean tersenyum miring, mengingat bagaiman dekatnya mereka satu sama lain.
“Perlahan aku akan mengembalikan semuanya. Kau akan merasakan apa yang dulu pernah aku rasakan.” Sean meletakkan kembali foto lawas itu ke tempatnya.
***
Byurr ….
Mayleen menatap David kesal, bagaimana bisa pria itu menyuruhnya menonton saja? Ini tentu tidak adil. Gadis itu juga ingin merasakan air kolam, sudah lama ekornya tidak muncul. Ia merindukannya. Tapi sayang David melarang Mayleen mengeluarkan ekornya ketika bersentuhan dengan air.
David muncul ke permukaan dengan wajah puas. Berbeda dengan Myaleen yang menatapnya tidak suka. Seolah mengejek gadis itu, David bermain-main dengan air. Menyisir rambut basahnya dengan tangan membuat kesan sexy dan gentle melekat pada dirinya. Beruntungnya Mayleen dapat melihat pemandangan luar biasa itu. Banyak perempuan di luar sana mendambakan melihat tubuh sempurna David, sedangkan Mayleen dapat melihatnya langsung secara gratis.
Dengan cepat Mayleen memberikan handuk ketika David naik dari kolam renang. David tersenyum lebar saat gadis itu menurut untuk pertama kalinya.
“Terima kasih,” ujar David menerima handuk yang diberikan Mayleen.
Meski sebenarnya pria itu sedang menahan tawa melihat gadis itu cemberut dari tadi. Bahkan bibirnya terus dimajukan seperti ikan kekurangan napas. David menutup mulutnya dengan tangan, rasanya pegal menahan tawa sejak tadi.
“Kau boleh berenang sekarang,” ujarnya. Mayleen meloncat gembira David mengizinkan ia berenang. “Eit… tunggu dulu,” kata David membuat Mayleen mengurungkan niat untuk menceburkan diri ke dalam kolam. Gadis itu menatap David kesal.
“Jangan keluarkan ekormu, mengerti?”
Mayleen mengangguk membuat David pun pergi. Mayleen meloncat ke dalam kolam, bukan Myaleen namanya kalau tidak membangkang. Dengan gembira ia keluarkan ekor cantiknya. Jika para manusia menganggap rambut adalah mahkota maka para duyung akan menganggap ekor adalah harta yang paling berharga. Ekor yang cantik akan membuat mereka menjadi lebih percaya diri dan dihormati.
David mengancing kemejanya yang sedikit transparan, tiga kancing dibiarkan terbuka memamerkan d**a bidangnya. Kali ini ia akan makan malam dengan salah satu temannya di restaurant dekat pantai. Tentu mereka sudah lama tidak bertemu karena David sibuk dengan aktivitasnya sebagai aktor. David mengenakan kaca mata hitam untuk menyempurnakan penampilannya. Sungguh, siapa pun yang melihatnya saat ini akan langsung jatuh cinta.
David menurunkan kaca matanya untuk melihat Mayleen yang masih berenang di kolamnya. Pria itu mendengus kesal ketika tahu gadis itu kembali membangkang. Dasar keras kepala, gumamnya sambal menghampiri Mayleen.
“Bukankah aku sudah melarang untuk mengeluarkan ekormu!” bentak David, melipat kedua tanganya di depan d**a. Mayleen hanya bisa tersenyum tidak jelas, percuma membuat pembelaan. Gadis itu sudah jelas salah.
Gadis itu mentap David dengan wajah mengiba membuat pria itu tidak tega memarahinya.
“Aku akan pergi, kemungkinan akan pulang malam. Temanku mengadakan party dekat pantai jadi—“
“Aku ikut,” potong Mayleen. “Aku ingin ke pantai.”lanjutnya lagi.
“Tidak boleh, ini hukuman untukmu. Jaga rumah baik-baik dan jangan kabur,” ujar David tegas.
Mayleen berusaha menggapai tangan David namun pria itu segera menghindar kemudian pergi. Mayleen berteriak memanggil nama David setelah mendengar suara mobil keluar dari rumah. Ia benar-benar kesal pada pria itu.
***
Sepanjang perjalanan menuju tempat acara David tidak berhenti tertawa. Masih terbayang bagaimana gadis itu cemberut dan merengek minta ikut.
Dasar kekanakan, batinnya.
Suasana malam di pinggir pantai begitu ramai, suara musik beritme cepat menghentakkan setiap orang untuk bergoyang. David tersenyum saat seorang wanita tinggi berbikini kuning menghampirinya.
“Oh David, I miss you so much. Kau terlihat semakin tampan,” ujarnya memeluk David.David membalas pelukan wanita itu.
“Aku senang kita bisa bertemu lagi, Jane” ujar David.
Wanita itu melepas pelukannya dan mencium pipi David.
“Tentu. Mari kita habiskan malam ini dengan minum bersama.”
Jane memberikan satu gelas bir pada David namun pria itu menolaknya.
“Aku mengemudi. Aku tidak mau mabuk,” ujar David membuat wanita bule itu merengut manja.
“Kalau kau mabuk, kita bisa habiskan malam di tempatku,” ujar Jane menujuk sebuah penginapan. David menghela napas panjang, mengerti apa yang dimaksud gadis cantik itu.
Beberapa teman Jane menghampiri mereka dan berkenalan dengan David. Setelah mengobrol beberapa saat mereka pun kembali menari-nari dan meninggalkan David dan Jane berduaan.
“Tidak. Aku harus pulang malam ini. Besok ada pemotretan,” lanjut David.
Jane mengalungkan tangannya di leher David, jarak mereka begitu dekat. Jane membusungkan dadanya ingin menggoda David. “Satu gelas saja, bagaimana?” tawar Jane dengan suara mendesah. David tidak bisa menolak, wanita itu selalu bisa meruntuhkan pertahanannya.
“Baik satu gelas, tidak lebih.”
Jane melepaskan tangannya dari leher David dan pergi mengambil minuman. Gadis itu berjalan sambil mengerakan bokongnya sexy. David menggeleng, temannya satu ini tidak pernah berubah, selalu menggodanya setiap saat. Jane duduk di samping David, dan menuangkan bir ke dalam gelas.
“Kau jarang menghubungiku,” keluh Jane sembari memberikan David minuman. Pria itu menerimanya dan meneguk pelan-pelan. Rasa panas menjalari kerongkongannya.
“Aku sibuk dengan film baruku. Kau tahu, persaingan di sini sangat ketat. Banyak anak muda berbakat yang menjadi sainganku. Dan itu membuatku harus terus mengasah kemampuan.”
Jane menuangkan bir ke dalam gelasnya dan meminumnya dalam sekali teguk.
“Kau tahu aku kabur dari rumah,” curhat Jane membuat David menatapnya heran. Sudah sebesar ini masih main kabur-kaburan.
“Kenapa? Jangan bilang perjodohan,” tebak David membuat Jane menggeleng. Gadis itu menatap ke atas, membayangkan kejadian yang menimpanya.
“Dia kembali.”
David menatap Jane tidak percaya, mantan kekasih yang dulu mencampahkannya kembali hadir dalam hidup Jane. David bisa merasakan bagaimana hancurnya hati wanita itu.
“Apa yang akan kau lakukan?” ujar David.
“Aku akan menenangkan diri sebentar, setelah itu aku akan kembali.”
“Apa kau bisa?” david menatap jane khawatir,
“Hei, aku wanita yang kuat, apa kau lupa?”
David tersenyum , Jane baik-baik saja. Malam itu mereka habiskan untuk bercerita. Baik Jane dan David merasa senang bisa saling berbagi.
***
Mayleen menatap nanar pada pintu gerbang rumah besar itu. Sudah berjam-jam ia menunggu David, namun tak kunjung pulang. Dengan sabar ia duduk di sofa menunggu kepulangan sang pemilik rumah. Suara gerbang terbuka membuat gadis itu beranjak dari duduknya. Melalui gorden jendela, Mayleen melihat David turun dari mobilnya. Cara jalan pria itu sedikit aneh menurut Myaleen. David sedikit sempoyongan dengan penampilan yang acak-acakan.
Mayleen berlari dan duduk di tempat semula, ia akan berpura-pura membaca buku, meski ia tidak terlalu paham dengan benda itu. Pintu rumah terbuka, David mengganti sepatunya dengan sandal rumah. Sesekali David memegangi kepalanya yang terasa berdenyut.
Dengan sempoyongan pria itu menaiki tangga. Mayleen melihat David menaiki tangga segera mencegatnya.
“Apa?” ujar David dingin. Kepalanya sudah pusing, ia ingin istirahat di kamarnya.
“Kau baik-baik saja?” tanya Mayleen pura-pura perhatian. Ia ingin mengatakan sesuatu pada David.
“Katakan apa yang ingin kau tanyakan?”
Mayleen tersenyum, David tahu apa yang ia maksud.
“Itu… aku mau bicara tentang Wang hhmmp…”
Mayleen terdiam saat David menciumnya. Alcohol telah membuat pria itu kehilangan kendali. David merasakan tubuhnya panas saat mendengar suara Mayleen. Meski bibir keduanya hanya sekadar menempel. Mayleen ingin mendorong tubuh David tapi pria itu segera mengalungkan kedua tagannya di leher Mayleen. Gadis itu tidak bisa berkutik, ia hanya bisa membalas kecupan yang diberikan David. Ini kedua kalinya mereka berciuman dan perasaan itu kembali hadir. Jantung keduanya berdetak lebih kencang.
Mayleen melangkah mundur, menaiki setiap anak tangga yang ada. Begitu juga dengan David, melangkah maju tanpa melepaskan ciuman mereka. Pintu kamar David terbuka dengan lembut pria itu membaringkan tubuh Mayleen di atas ranjangnya. David berada di atas tubuh Mayleen, mereka berciuman dengan lembut. David menurunkan ciumannya, mengecup setiap inci leher Mayleen .