Hadiah untuk Blue

1016 Words
"Baiklah Jethro aku pulang dulu," ucap Nyonya Chloe pamit. Taksi pun melaju dengan kencang menuju rumah Nyonya Chloe yang letaknya tak jauh dari apartmen ku dulu. "Kenapa kau jadi pulang bersama dengannya?" tanya papa "Ya kan papa juga pergi sama Timothy, ya sudah lagipula aku ada teman mengobrol. Oiya… aku jadi, penasaran, memangnya Nyonya Chloe itu benar sahabat karib mama ya?" tanyaku penasaran "Hmm ya… saat masih gadis. Dia sahabat sejak kuliah sih lebih tepatnya," jawabnya "Hmm… papa, aku rindu mama, bolehkah aku pergi ke tempat nya?" pintaku. Jethro terkejut mendengar permintaan ku, sebab selama ini ia tak pernah pergi ke pusara Helena sejak aku dititipkan oleh Biksu Yen. "Maafkan aku sayang, tapi papa, tidak pernah pergi ke pusara mama mu lagi, jadi papa juga lupa letak pusaranya dimana." "Memangnya papa tidak pernah rindu pada mama?" tanyaku menyentil perasaan kalbunya "Tentu saja aku rindu pada mama. Hanya saja ketika aku rindu, cukup dengan memandangi foto mama saja, itu sudah mengobati rasa rinduku. Aku seperti merasa Helena selalu berada di samping ku." "Papa sudah makan malam belum?" tanyaku sambil menyiapkan bahan bahan untukku memasak. Jethro pergi mengambil beberapa tas belanja dengan tulisan toko gadget. Tanpa memberitahukan ku terlebih dahulu, langsung saja ia meletakkan tas belanjaan di kamarku,dan pergi ke bawah. Satu jam berlalu dan masakanku sudah siap di hidangkan. "Beres...tinggal panggil papa untuk makan malam bersama," gumamku. Ku mencari papa di ruang kerjanya,dan hampir saja aku berteriak memanggil papa, aku, sudah, melihatnya tertidur di sofa tepat di bawah foto mama. "Ah cantik sekali mama. Ia memiliki lesung pipi yang manis dan gigi gingsulnya semakin menambah cantik di wajahnya,"ucapku dalam hati. Terlintas dalam pikiranku untuk mencari beberapa foto kecil ku dan beberapa dokumen Akta lahirku di lemari dan meja kerja papa. "Ah...ketemu,"ucapku. Seluruh foto dan berkas dokumen milikku di simpan rapi oleh papa dalam sebuah file untuk menyimpan beberapa lembar kertas,diantaranya surat akta lahir, surat kematian mama, surat kepindahanku dan surat kelulusan ku dari taman kanak-kanak hingga kuliah. "Darimana papa mendapatkan ini semua? Ah… mungkin, ayah yang mengirim nya," gumamku. Cassandra Blue Leroy, sebuah nama yang terpampang dengan sangat jelas di sebuah lembar yang bertuliskan akta lahir dan dalam surat baptis. "Mengapa aku tidak pernah tahu akan nama Cassandra ya? Ayah tak pernah mengatakannya padaku," batinku kembali. Selain itu di dalam file juga terlihat banyaknya foto-foto saat ku kecil dengan berbagai gaya dan di gendong oleh Mama dan papa. "Senangnya saat itu, andai waktu dapat terulang kembali," batinku. "Hoamm."Jethro terbangun dan aku buru-buru merapikan semua isi file. Tiba-tiba sebuah surat yang dikumpulkan jadi satu di ikat dengan rapi dengan tali berwarna coklat, dan bertuliskan For my daughter terjatuh di lantai. "Apa ini? Surat untukku?" ucapku sambil ku pandangi tumpukan surat itu. "Blue…ada apa kau kemari?" tanya Papa dengan suara beratnya. "Makan malam sudah siap, tapi kalau kau mengantuk, ya sudahlah aku makan sendiri saja," ucapku sambil pergi menuju ruang makan. "Makan malam? Yah baiklah, aku akan makan masakanmu. Oh ya apa kau sudah lihat di kamarmu?" tanya papa "Lihat apa? Di kamarku? Belum… aku belum, ke sana… memangnya ada apa?" tanyaku. "Kau lihat saja sendiri, aku akan ke ruang makan!" titah papa Penasaran dengan ucapan papa, langsung ku belokan langkah kaki ku ke kamar tidurku di lantai dua. Sebuah tas belanja bertuliskan nama toko gadget terkenal. "Wow, apa ini?" ucapku tak percaya Aku kembali turun ke ruang makan sambil membawa tas belanja berwarna merah dan biru. "Papa, apa ini?" tanyaku kembali "Buka saja isinya," titah papa Perlahan ku buka bungkusan luar, terlihat sebuah kotak dari brand ternama bergambar apel. Ada Laptop, ponsel, jam tangan, hingga tabletnya. Dan tak tanggung - tanggung, ponsel itu keluaran terbaru dengan kapasitas penyimpanan paling besar. "Ini semua untuk siapa?" tanya ku "Untukmu. Timi bilang kalau gadget ku sudah tak bisa di pakai, jadi ku putuskan untuk membeli semuanya ini untukmu. Maaf ya aku baru memenuhinya saat ini," ucap Jethro. "Tapi… ini semua kan sangat mahal, kenapa tidak, membeli yang merk lain saja. Kualitas juga sama,"sanggahku. "Timy bilang, merk ini sangat bagus. Sudahlah Blue… kau pakai saja semua perangkat ini untuk bekerja, besok pagi minta Timy untuk menginstal dan mengajarimu cara menggunakan nya, ok." "Timy? Siapa itu?" tanyaku "Timothy… teman satu tim denganmu. Siapa lagi, baiklah mari kita makan malam saja. Oiya untuk nomer Ponselmu sudah ku simpan yang baru, jadi kemanapun kau pergi sudah terlacak dari ponselku dan ponsel ayahmu." "Ponsel Ayah? Benarkah itu?" tanyaku dengan penuh gembira "Tentu saja, kau bisa lihat dalam daftar kontak di ponsel mu," jawab papa. Langsung saja aku memeriksa daftar kontak dalam ponsel baru ku, dan benar saja sudah tercantum nama papa, ayah, Timy, Aaron dan tim ku yang lain. Tak sabar ingin mencoba ponsel baru, aku tekan nama ayah,dengan tombol Face time. "Blue,"sapa Ayah " Wah, benar… ayah… hallo.Apa kabarmu?" " Hahaha… baik, nak. Bagaimana kabarmu, sedikit kurus aku rasa, "jawabku. " Eh memangnya kau tak makan?" tanya ayah. "Makan… hanya saja aku rindu masakan ayah, dan rindu di ajari oleh ayah." "Pasti kau jarang berlatih ya?" tebak ayah "Kalau sempat aku pasti berlatih. Mmm ayah, aku ingin punya kayu seperti ayah untuk berlatih, bolehkah buatkan satu untukku," rengekku seperti anak kecil "Blue… jangan merepotkan ayahmu," ucap papa. "Tidak apa Jethro… Blue juga anakku, hahaha ya sudah nanti ayah buatkan satu untukmu ya," janji ayah padaku. "Hore… aku menunggu ya." "Iya baiklah, sudah dulu ya, Ayah mau istirahat," pamit ayah terlebih dulu untuk mengakhiri pembicaraan di ponsel. Setelah puas menghubungi ayah, ku lanjutkan waktu untuk makan malam dengan papa. "Papa… apa kau percaya dengan Nyonya Chloe?" tanyaku sambil memulai pembicaraan sedikit serius. "Hmmm percaya, karena dia tangan kananku yang membantu ku mengungkap bahwa Matthew adalah pengkhianat. Dia juga yang menolong mama mu ketika nyawa mama terancam. Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Kau meragukannya? " jawab Papa "Hmmm boleh saja kan aku tidak percaya dengan banyak orang sebelum memang aku mengetahui secara pasti." "Jadi maksud mu kau sama sekali tidak percaya dengannya? Ya boleh saja sih, itu hak mu memang. Tapi kalau kau tidak percaya dengan orang, ada baiknya kau sertakan juga dengan bukti kuat. Jangan asal tak percaya dengan orang lain, kau mengerti!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD