Surat untukku

1030 Words
Malam menjelang, perut kenyang, saat yang tepat untuk menunggu rasa kantuk ini muncul. Aku teringat sebuah binder dari Nyonya Chloe dan tumpukan surat dari Mama. Tergelitik rasa penasaran ingin membaca binder dan surat, aku pun mengurungkan untuk berbaring di kasur empuk. Dan kuputuskan untuk membaca surat terlebih dahulu. Terlihat ada 10 amplop yang tebal warna biru Navy dan ditujukan untukku, selain itu juga dalam amplop tersebut ada sebuah urutan yang tertulis sesuai dengan umurku, 10 tahu, 15 tahun, 20 tahun, 25 tahun, 30 tahun, dst. "Eh kenapa suratnya sesuai dengan umur, dan juga umurnya per 5 tahun, kira-kira apa isinya ya?"gumamku. Ku buka satu per satu amplop yang sesuai dengan tautan usiaku. Untuk surat pertama ku buka di usia 10 tahun,hanya berisi 2 lembar saja, dan isinya pun juga tidak begitu menarik. Menanyakan kabarku di usia 10 tahun, selain itu, kabar ku di sekolah, dan apakah aku betah tinggal bersama dengan Tuan Yen. "Wait… what? apa aku tidak salah membaca? Betah tinggal bersama dengan Biksu Yen? Teka-teki macam apa ini? Berarti sebelum mama meninggal, ia sudah tahu… kalau aku akan di titip kan bersama ayah. Hmm… pasti ada sesuatu yang aneh di sini, aku yakin itu." Ku baca lagi surat berumur 10 tahun untuk mengetahui lebih lanjut apa alasan aku di titipkan. Namun, tidak ada tanda-tanda kalau ada sebuah penjelasan di surat tersebut. Berlanjut lagi aku membaca surat untukku di umur yang ke-15 tahun. Dalam surat tersebut...Mama mulai bertanya apa saja yang sudah diajarkan untukku? Apakah aku sudah mulai lancar belajar ilmu bela diri nya? Dan bertanya apakah aku sudah mulai mengalami pubertas atau belum. Mama juga mengatakan kalau tidak bisa menemani ketika umurku 17 tahun. "Anakku… sebentar lagi kau berumur 17 tahun, pasti teman-teman mu susah banyak, dan pasti kau sudah sangat aneh dengan perubahan bentuk tubuhmu saat ini. Hahahaha… aku bisa membayangkan muka anehmu pasti sangat lucu, cantik dan mengemaskan sekali. Andai saja aku bisa mengajarimu bagaimana harus bersikap ketika kau mengalami menstruasi. " Begitu terharu aku membaca surat dari Mama. "Ah aku jadi rindu denganmu mama… andai saja aku bisa memiliki nomor ponselmu di surga sana, pasti aku akan sangat bahagia,"ucapku lirih sambil menangis. Tidak ada hal yang menarik ataupun penjelasan perihal aku di titipkan oleh Ayah. Meskipun aku mulai bisa menerka secara garis besarnya, yakni Papa takut kalau aku akan di bunuh oleh komplotan pembelot. Rasa penasaran dan kebingungan terus saja menghantui ku. Ku coba membuka surat lagi umur 20 tahun. Di amplop berwarna putih, cukup tebal beratnya. Mungkin ada 10 lembar surat pikirku. Lembaran surat yang dilipat tiga, sangat rapi serta ada sebuah kunci di dalamnya. "Kunci apa ini?" tanyaku pada diri sendiri. "Teruntuk gadis kecil mama yang kini sudah beranjak dewasa. Sayang ada beberapa hal yang harus mama beritahukan padamu. Ada sebuah kunci yang mama sematkan dalam amplop itu. Mama tahu, pasti kau kini banyak bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Mama berikan kunci ini agar kau tahu jawabannya. Bukalah sebuah kotak yang sengaja mama simpan di tempat semula kau temukan surat. Kotak besar yang sengaja Mama simpan, dan mama minta pada papa agar tidak membuangnya. Setelah kau bisa membuka kotak itu, maka lanjutkan lagi membaca surat dari Mama." "Kotak? Apa lagi ini? Kenapa penuh dengan teka-teki sekali surat dari Mama," batinku. Berdasarkan petunjuk yang diberikan oleh mama, aku pergi ke ruang bawah tanah, tempat ruang kerja papa. Ku genggam kunci berwarna perak di tangan kiriku. "kriyeett." suara decitan pintu ruang kerja ku buka begitu pelan. Perlahan ku turuni anak tangga dan langsung tertuju pada sebuah sofa bed kesayangan ayah berwarna coklat. Diam-diam Papa memergokiku sedang sibuk sendiri, mencari sebuah kotak dalam sofa bed. "Nah, ketemu," ucapku setelah bertemu sebuah kota kayu berukuran 150x200 dan ada ukiran nama di kotak itu. Kotak kayu berwarna hitam pekat dengan ukiran indah, dan cukup berat sekali. "Oh… jadi kau mencari kotak itu? Kotak yang di simpan mama mu untukmu katanya," ucap Papa mengagetkan ku. "Ya Tuhan. Aku pikir aku sendiri di sini," ucapku terkejut "Hahahaha… mukamu lucu sekali,"ledek papa "Ish…apaan sih, sempet - sempat nya papa bilang lucu. Kan kaget aku," jawabku kesal. "Oups ada yang marah, hahaha… iya maaf. Kamu mencari kotak itu, berarti kamu sudah menemukan surat yang mama tuliskan untuk mu?" tanya Papa "Iya… aku menemukannya terjatuh dari sofa ini sebelum makan malam, yaa...saat aku mau memanggil papa untuk makan malam." "Hmm… ya sudah, sana baca lagi surat dari mama," titah papa. "Iyaa… eh… kok papa belom tidur, papa bikin apa?" tanyaku. "Mmm papa sedang membuat sesuatu, semacam pernak-pernik dari kayu, sudah jadi setengah, tuh lihat saja. Badan kapal," ujar papa. "Mmm… eh kotak kayu, ini jangan jangan Papa yang bikin?" tanyaku "Hahaha…kenapa bisa berkata seperti itu?" "Jawab aja iya atau nggak?" tanyaku penasaran dan kesal. "Hmmm sudah sana kamu baca saja surat dari Mama, papa masih ingin berkonsentrasi membuat kapal ini, ok." Langsung saja ku tinggalkan papa dengan kerjaan sampingan nya, menuju kembali ke kamarku. Ceklek."kotak kayu sudah ku buka, sebelum ku lihat isi dari kotak tersebut, tadi mama mengatakan dalam isi surat itu, membaca suratnya lagi di halaman berikutnya. "Putriku, setelah kau membuka kotak kayu itu ku harap kau simpan baik baik. Di situ amma sudah siapkan tabungan masa depan untuk mu. Asuransi pendidikan dan asuransi kesehatan. Dan ada beberapa buku catatan, yang mungkin kelak berguna bagimu. Buku ini adalah sebuah catatan tentang kejadian tahun 1990,dimana ini adalah sebuah alasan kenapa kamu bisa bersama dengan Tuan Yen. Semoga ini sangat bermanfaat untukmu." Ku buka perlahan kotak kayu berwarna hitam yang penuh dengan ukiran secara perlahan, dan kemudian ku lihat di dalamnya terdapat sebuah buku tabungan atas namaku, kemudian ada beberapa lembar asuransi kesehatan dan asuransi pendidikan untukku. Selain itu juga terdapat sebuah buku catatan yang sangat unik. Dari cover nya tidak terlihat sama sekali dengan buku. Malah terlihat seperti sebuah kain selimut yang lembut. "Buku kejadian tahun 1990? Tunggu apakah buku ini juga sama isinya dengan yang Nyonya Chloe berikan padaku." batinku Langsung saja ku sambar tas ransel dan mencari buku yang tadi sore di berikan oleh Nyonya Chloe padaku. Dua buah buku yang sama-sama berkisar tentang tahun 1990. Tepatnya terjadinya sebuah pemberontakan oleh, kaum radikal pembelot yang diyakini sebagai awal mula terjadinya perpecahan di kota ini. "Baiklah aku siap membacanya," ujar ku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD