pilihan Shi fu

1137 Words
“Ka … kalian jangan seperti itu terhadap wanita, kau ingat kan kata Shifu, kalau kita harus melindungi wanita. Kalian tidka boleh berbuat kasar terhadap wanita,” ucap Dao Zhe. “Alah diam kau!” Mingzhe menghajar Dao zhe dengan jurus monyet yang ia kuasai. Dao zhe melihat ku yang terkulai lemah, saat itu juga ia langsung bangkit berdiri dan menghajar Dao zhe dengan tehnik wing chun yang sudah diajarkan. Suasana terlihat menegangkan, baik Dao Zhe dan Ming zhe menunjukkan kehebatannya. Dari jauh, ayah sudah bisa menilai, kelak siapa yang akan menjadi guru di pondok ini. Dan orang itu bukan Ming zhe, Xiao Min ataupun Xa Chou. Melainkan muridnya yang lain, yang tidak pernah ia sangka. Yang selama ini ia anggap biasa saja, dan tak memahami gerakan silat satupun. Keadaan semakin gawat, saat Dao Zhe merubuhkan Ming Zhe dengan pukulan terjitu, dan hampir sedikit lagi, Dao Zhe membunuh Ming Zhe. “Ayo bunuh aku sekarang!” tantang Ming Zhe Dao Zhe masih menahan emosinya dengan terus mengepalkan tangannya. “Kau tidak akan pernah berani memukulku, kau hanya seorang pecundang sejati!” ledek Ming Zhe “Aku tidak ingin mengotori tanganku dengan darahmu, lagipula kau tidak pantas mati di tanganku!” balas Dao Zhe “Uhm … menarik, aku juga tidak mau mati di tangan laki-laki cupu macam kau!” Ming Zhe masih terus saja meledek Dao zhe dengan sebutan laki-laki cupu. Dao zhe berdiri dan berbalik arah menuju kamarnya, akan tetapi Xiao Min kini menantang Dao Zhe untuk berkelahi dengannya. Kali ini Xiao min menggunakan tehnik drunken untuk melawan Dao Zhe. Dao Zhe menghindari Xiao Min dan terus berjalan. “Kalau kau tidak berkelahi denganku, maka kau sama saja dengan seorang wanita yang lemah seperti dia!” ucap Xiao min sambil menunjukku “Berkelahi itu bukan soal lemah atau tidaknya kita sebagai seorang pria, akan tetapi perlu atau tidaknya kita dalam berkelahi, jika bisa di selesaikan dengan akal dan pikiran, mengapa harus di selesaikan dengan kekuatan fisik! Kalau kau beranggapan aku sama seperti seorang wanita, itu terserah padamu saja, yang jelas aku tidak ingin melawanmu,” Balas Dao Zhe “Tangkap dia!” teriak Xiao Min Ming Zhe, dan Xa Chou langsung menangkap tangannya dan ini kesempatan bagi mereka untuk memukulnya bertubi-tubi, sambil megolok-olok dirinya. Saat mereka sedang asyik memukul Dao Zhe, tiba-tiba saja, tangan Dao Zhe menahan serangan pukulan silat mereka dengan menotok titik bagian tubuh untuk menghentikan aliran darah pada tubuh mereka. “Sudah ku katakana pada kalian, kalau aku enggan membalas serangan kalian. Tapi kalian masih saja memukulku bertubi-tubi! Dan juga sudah ku katakan, jangan pernah memukul seorang wanita, tapi kalian dengan kasarnya memukul seorang wanita! Apakah kalian tidak pernah diajari untuk menghormati dan menghargai seorang wanita kah?” tanya Dao Zhe “Tak usah kau mengajari dan menceramahiku, dasar pria aneh!” ledek Ming Zhe “Sudah cukup! Aku sudah melihat apa yang terjadi di sini!” teriak ayah “Shifu …”Ming Zhe, Xiao Min, dan Xa Chou terkejut melihat ayahku berdiri di belakang mereka. “Apa? Aku sungguh kecewa terhadap kalian bertiga. Sungguh di luar dugaan! Aku pikir aku bisa mewarisi tempat ini kepada salah satu dari kalian bertiga. Namun, aku salah! Aku tidak bisa mewariskan ilmu dan tempat ini untuk kalian bertiga! Kalian sungguh memalukan nama perguruanku! Kalau bukan atas ide putriku, aku tidak akan pernah melihat betapa bejatnya pikiran kalian terhadap seorang wanita!” Gertak Ayah. “Shifu, maafkan kami … kami tahu, kami telah bersalah!” balas mereka bertiga “Ayo nak, berdiri,” ucap Ayah sambil membantuku berdiri. Aku berdiri dan melepaskan penyamaranku. “Hallo,”sapaku kepada mereka semua “Apa kalian mengenalnya?” tanya ayahku Semuanya menggeleng, tanda bahwa mereka tidak mengenalku. “Memangnya dia siapa Shifu?” tanya Dao Zhe “Aku adalah Blue, apa kalian sudah lupa dengan wajahku? Coba perhatikan wajahku baik-baik!” aku mendekatkan wajahku  kepada tiga orang berandal, Dao Zhe dan beberapa murid wanita lainnya. “Blue, is that you?” tanya Dao Zhe “Hahahaha iya Dao Zhe ini aku.” “Kau cantik sekali, kau sungguh berbeda sekali dari pertemuan terakhir kita,” ucap Dao Zhe “Jelas saja berbeda, lagi pula pertemuan kita kan saat aku masih SMP, dan sekarang aku sudah lulus kuliah. Oiya Hallo semuanya, apa kabar? Senang rasanya bertemu dengan kalian semua. Maaf, kalau aku menyamar menjadi orang lain, karena aku ingin tahu bagaimana cara kalian menyambutku. Dan terlihat jelas ya, ada tiga orang yang sudah menyambutku dengan “hangat”,” ledekku Mereka bertiga tertunduk malu, atas apa yang telah mereka perbuat. Tak seharusnya mereka bertiga memperlakukan seorang wanita kasar. Dao Zhe benar, harusnya seorang wanita itu di lindungi, bukan di lecehkan atau di kasari. “Tapi ya sudahlah, aku memaafkan atas apa yang kalian perbuat padaku.” “Kau tidak ingin menghukum mereka?” tanya Ayah “Tidak, biarkan saja mereka berpikir, bahwa menyelesaikan sebuah masalah tidak harus dengan kekuatan! Tapi juga dengan otak, terlebih dengan seorang wanita. Jika kalian tidak menyukai wanita itu berjualan di sini, kalian bisa kan mengatakan atau mengajaknya ke tempat yang sekiranya ramai pembeli. Itu lebih bagus, daripada kalian memperlakukannya dengan kasar,” ucapku. “Kalian dengar itu? masalah ini tak hanya untuk kalian bertiga, tapi untuk semua murid di sini! Lagipula aku ingin bertanya pada kalian, apakah aku pernah berbuat kasar pada murid ku yang wanita?” tanya Ayah “Tidak pernah Shifu!” jawab mereka bertiga “Kalau begitu ada permasalahan yang sebenarnya kalian tutupi, dan aku ingin mengetahuinya sekarang! Cepat kalian berbicara, sebelum aku menghukum kalian semua!” ancam Ayah. Pada awalnya mereka tidak mau mengatakan yang sebenarnya terjadi kepada ayah. Namun, ayah terus saja mendesak dan mengancam mereka memberikan hukuman, jika mereka tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Akhirnya salah seorang murid wanita berbicara yang sebenarnya kepada Ayah. Murid wanita itu bernama Jiao Er. Menurut Jiao Er, mereka bertiga suka sekali membully dan merendahkan sesame murid di sini, tingkah laku mereka bak tangan kanan shifu. Semua murid di sini selalu di jadikan samsak bagi mereka bertiga. Mereka selalu merasa paling jago di sini, sebab mereka juga berkawan dengan preman di pasar. “Oh jadi begitu rupanya. Hmm … baiklah terima kasih Jiao Er atas informasinya. Kalau begitu dengan berat hati aku putuskan saja akan menutup tempat ini! Aku tidak mau nama perguruan ini tercemar hanya karena ulah kalian bertiga! Aku tidak pernah membeda-bedakan kalian semuanya, tapi mengapa kalian bertiga seperti ini! Tadinya aku memang ingin mewariskan tempat ini kepada salah seorang dari kalian. Namun, setelah mendengar pernyataan dari Jiao Er, ku urungkan saja mewariskan pondok ini. Lebih baik aku tutup saja! Apa kalian mengerti!” teriak Ayah. “Apa di tutup?” ucap semua murid yang terkejut atas keputusan ayah. Begitu juga denganku yang terkejut atas keputusannya. “Tapi Shifu …” “Tidak ada kata tapi!” ucap Ayah sambil berlalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD