"Fano jangan lupa Minggu depan datang ke acara ulang tahun Najwa di rumah Resti." teriak Bu Fransiska.
"Ya." Fano menjawab singkat.
Tanpa melihat ke belakang Fano dan ikha memasuki mobil lalu melaju menuju rumah mereka.
Sesampai di rumah Fano langsung menuju lemari tempat baju ikha berada, di angkut semua baju-baju tersebut lalu di bawa ke halaman belakang rumah, diambilnya solar dan korek api, kemudian di bakarnya baju-baju buluk ikha.
Pantas saja Mamanya selalu menghina ikha rupanya memang pakaian ikha tidak mencerminkan seorang istri pemilik showroom. baju yang dimiliki Ika lebih seperti kain lap, bahkan kain lap saja warnanya jauh lebih bagus dibanding baju yang di miliki oleh Ikha.
"Maafkan Mas, ya dek. mas kurang perhatian sama kamu, seharusnya sejak lama baju-baju kamu ini aku buang, semuanya sudah tidak layak pakai, tambalan di sana-sini, dan ini lihat di bagian ketiak, sudah robek juga." Fano berkata kepada Ikha.
"Apa sih mas, semuanya masih layak pakai tahu, harusnya jangan di bakar." protes Ikha. semula Ikha merasa kalau suaminya itu tengah marah kepadanya dan hendak mengusirnya dari rumah ini, ternyata dugaan Ikha salah, justru Fano ingin memperbaiki penampilannya.
"Kalau tidak mas bakar, mungkin esok akan kamu pakai lagi, lagian kalau mau ngasih ke orang juga itu sudah sangat tidak layak dek." jawab Fano.
"Ayo ikut aku, kita akan memenuhi isi lemarimu dengan baju yang layak pakai agar pantas bersanding denganku." ajak Fano kepada Ikha.
Tanpa membantah Ikha pun mengikuti ajakan suaminya untuk pergi ke mall terbesar di ibukota.
Saat sudah sampai Ikha di ajak ke sebuah baju khusus pakaian wanita muslim, meskipun pakaian Ikha syar'i tapi fano mengusahakan yang modern dan terlihat elegan. di belinya sampai 20 model baju setiap model ada 3 warna.
Ikha yang melihatnya hanya terbengong tak percaya dengan tingkah suaminya.
"Mas, ini terlalu berlebihan, kenapa sampai sebanyak ini, bagaimana nanti caranya aku memakainya? terus mana muat lemari pakaianku mas," protes Ikha.
"Kalau lemarinya nggak muat nanti akan mas belikan lagi, yang jelas mulai sekarang kamu harus modis agar tak lagi di hina oleh keluargaku terutama oleh Mama." tegas Fano.
"Ayo kita ke toko skincare dan make-up." ajak fano.
"Mbak tolong ajari istri saya caranya bersolek yang benar, tapi terlebih dulu tolong bersihkan wajahnya agar berseri." perintah Fano kepada salah satu mbak yang ada di gerai tersebut.
Saat memilih alat make-up Ikha bingung karena seumur-umur baru kali ini dia berbelanja alat-alat make-up, dia yang biasanya hanya menggunakan bedak bayi sebagai pupur muka, kini harus memilih berbagai jenis bedak, ada bedak tabur dan juga bedak padat. mbak yang jaga di stand itu pun mengajarkan cara pakai keduanya.
"Sudah kamu ambil saja semua jenisnya satu persatu, nanti kamu bisa coba saat di rumah, juga kamu pilih saja lipstik semua warna yang ada, di rumah nanti kamu bisa bergonta-ganti warnanya, tidak usah khawatir nanti setiap hari akan ada mbak-mbak ahli make-up yang akan mengajarimu berdandan cantik dan elegan." begitulah Fano berkata, dia tidak mau ribet karena dia sendiripun tak tahu apa-apa tentang semuanya.
Setelah selesai merekapun pulang untuk membereskan semua belanjaan mereka.
"Mak Ijah nanti tolong Ikha menyusun semua belanjaannya ya? dan kamu mang Anto, tolong turunkan semua belanjaan, tolong bawa langsung ke kamar saya." perintah Fano kepada kedua pembantunya.
Tanpa banyak tanya mereka pun melaksanakan yang menjadi perintah majikannya tadi. Keesokan harinya Ikha pun mencoba apa yang di perintahkan oleh Sang suami.
Dengan seorang penata rias dia di bantu caranya merias diri, tapi ada satu kegiatan yang dia sangat menentangnya yaitu mencukur alis, baginya alis pemberian Tuhan ini lebih indah dari pada alis bulan sabit hasil dari karya tangan manusia. Dengan telaten perias itu membimbing Ikha.
"Sudah seminggu ini kamu belajar bersolek, mas mau lihat apakah kamu benar-benar sudah bisa mengaplikasikan semua alat itu atau belum." tanya Fano ingin tahu.
Kemudian Ikha berdandan sesuai yang dia pelajari secara kilat seminggu belakangan. Fano yang menyaksikan sangat puas dengan hasil yang didapat dari usaha Ikha.
Make-up tipis dengan fariasi yang sangat natural membuat Fano terpesona.
"Perfect dek, sekarang kamu sudah siap untuk menjadi pendampingku. kita berangkat ke acara ulang tahun Najwa" ajak Fano kepada istrinya.
Fano ingin menunjukkan kecantikan Ikha itu kepada sang Mama. Sesampai di rumah Resti Fano pun turun dan mengajak Ikha untuk masuk ke dalam rumah Resti.
"Hai Mas, akhirnya kamu datang juga," Saat di dapatinya Ikha turut serta, tiba-tiba tanduknya muncul ,( andai orang tahu maksudnya).
"Kenapa sih harus selalu bawa dia" tanya Resti tak terima, awas saja bikin kacau acara ulang tahun anakku, aku gibeng nanti." kata Resti mengancam.
"Bawa apaan sih kamu?" Resti merampas Kado yang hendak di berikan kepada Najwa, dengan kasar di bukanya kado itu. Resti mengerjap tak percaya, kalung berlian yang limited edition dan hanya 2 pcs saja pembuatannya.
Kemudian dia mulai kembali ke mode awal mencibir Ikha.
"Hellleeeh, paling juga uang abangku, nggak usah bangga." cibir Resti.
"Kenapa sih kok ribut banget? Ada apa Res?" tanya Mama tiba-tiba.
"Ini nih Ma, mas Fano bawa istri dekilnya, udah di bilang suruh datang sendiri dan jangan bawa istrinya, eeh malah di ajak, mana di sulap pula," emosi Resti akan penampilan Ikha sang kakak ipar. Bu Fransiska yang tak menyadari bahwa sang menantu telah berada di hadapannya masih saja nyerocos tak jelas, bahkan dia tak mengenali perubahan dari menantunya.
"Hah kamu apakah istrimu ini? mana di pakaikan pakaian branded begini, yang namanya orang dari kampung itu ya kampungan aja, mau di poles seperti apapun tetap aja kampungan." hina Bu Fransiska kepada menantunya.
"Heh mbak, kamu jangan porotin uang kakakku ya? Kamu itu hanya orang luar, jangan seenaknya mengabiskan uang kakakku." teriak Resti menyita perhatian orang yang ada di sana.
Kemudian mata Bu Fransiska menangkap ada Bu Salma datang dengan Saskia. Bu Fransiska berencana untuk menyuruh Ikha ke dapur dan bantu-bantu pelayan di sana, agar Fano bisa leluasa di kenalkan kepada Saskia.
"Kha, kamu ke belakang gih, bantu-bantu sana, lagian kamu itu pantasnya memang di sana." perintah Bu Fransiska kepada Ikha.
Ikha yang polos hendak menuruti saja perintah Mertuanya tersebut. tapi saat dirinya hendak melangkah, tangannya tiba-tiba di cekal oleh Fano.
"Dek kamu disini saja, kamu di sini sebagai istriku bukan Babu, lagian di dapur sudah banyak orang, sudah tidak membutuhkan tenaga lagi." tegas Fano yang semakin membuat Bu Fransiska marah.
"Kamu kenapa sih Fano, itu memang tugas menantu, yaitu menjadi pembantu gratisan. itu cocok untuk Ikha yang dari kampung, tentu dia sudah terbiasa dengan semua itu." sengit Bu Fransiska.
"Ikha istriku Ma, bukan Babu." tolong ingat itu baik-baik. tegas Fano membela istrinya.