"Fano, Minggu depan kamu hadir di acara ulang tahun Najwa, ikha nggak usah bawa, Mama nggak mau acaranya jadi hancur kalau ikha kamu ajak." begitulah isi dari pesan WA yang di kirim oleh Bu Fransiska Mamanya fano. 2 bulan telah berlalu sejak kunjungan pertama ikha pasca mereka menikah, ikha belum pernah lagi mengunjungi ibu mertuanya, begitu pun Fano, tapi jatah bulanan yang di berikan kepada Mamanya tetap berjalan seperti biasa, bahkan uang sekolah dan uang jajan Riska pun masih tetap di berikan oleh Fano. Fano menyadari tanggung jawabnya sebagai anak laki-laki satu-satunya Bu Fransiska. tapi meskipun begitu dia pun tak mau mendzolimi sang istri tercinta.
"Dek Minggu depan ulang tahun Najwa, kita di undang ke pestanya, kita datang ya nanti, soal kado sudah aku persiapkan, kamu tinggal ikut saja." ajak Fano kepada istrinya.
"Tapi Mas, nanti Mama marah tidak jika seandainya aku ikut datang, meskipun acaranya bukan di rumah Mama tapi di rumah Resti." Najwa adalah anaknya Resti dan Resti adalah adiknya Fano yang pertama.
"Kamu tetap harus ikut, Dan jika kamu tidak mau, aku pun tak akan hadir, toh cuma acara ulang tahun, tidaklah penting-penting amat." jawab Fano. Esok paginya Fano mengajak Ikha untuk berkunjung ke rumah Mamanya.
"Dek hari ini kita ke rumah Mama ya? aku libur sehari, semoga sikap Mama bisa lebih baik dan mau menerimamu sebagai menantu." ajak Fano kepada istrinya.
"ya mas." Ika menjawab tanpa membantah perkataan suaminya sama sekali.
keesokan harinya, Ikha bangun subuh-subuh demi untuk memasak makanan untuk di bawa kerumah sang mertua sebagai oleh-oleh. di rumah memang ada Mak Ijah sebagi ART, tapi tak serta Merta membuat ikha berleha-leha dan tak membantu pekerjaan rumah, untuk urusan masak ikha selalu menghandle sendiri pekerjaan itu, baginya melayani suami dalam hal perut tidak bisa di wakilkan kepada ART karena di sana dia bisa memanen pahala, dari keridhoan suaminya dia mengharapkan keridhoan pula dari sang pemilik kehidupan.
"Sudah siap Mas, ayo kita berangkat." kata ikha kepada suaminya.
"Oh ya sudah, ayo berangkat mumpung masih pagi, banyak amat kamu bawa masakannya dek?" tanya Fano.
"Nggak papa mas, di sana kan nggak cuma ada Mama, ada Riska juga. apalagi ini hari libur pasti Riska ada di rumah. Biar nggak kurang makanannya Mas," jawab ikha.
Merekapun berangkat menuju ke rumah Bu Fransiska tak lupa mereka berpamitan kepada Mak Ijah, kali ini mereka tidak menggunakan jasa mang Anto, Fano lebih memilih menyupiri sendiri kendaraannya. tak berapa lama sampailah mereka ke rumah Bu Fransiska. Belum sempat Bagas mengetuk pintu, Bu Fransiska sudah pun membuka pintu rumahnya.
"Kamu datang sendiri kan Fano?" tanya Bu Fransiska Fano bertandang ke rumahnya tersebut.
"Nggak Ma, Fano datang bersama Ikha, dia masih mengambil rantang makanan untuk Mama dan Riska." jawab Fano datar.
"Ngapain kamu ajak dia sih, merusak mood dan pemandangan pagi harinya Mama saja, seharusnya nggak usah kamu bawa istri kampunganmu itu." Ketika Bu Fransiska mengatakan itu kepada Fano bersamaan saat ikha sampai di depan pintu, ikha mendengar perkataan Mama mertuanya dan hanya bisa mengelus d**a, dan beristighfar dalam hati.
"Assalamu'alaikum Ma," ikha hendak masuk dan mencium tangan Bu Fransiska, tapi segera di tepis oleh Bu Fransiska.
"Ngapain kamu ikut Fano kesini, aku sama sekali tak mengharapkanmu menginjak rumahku, jelek dekil kampungan bau lagi." kata-kata umpatan Bu Fransiska sangatlah kasar untuk menantunya tersebut. tapi lagi-lagi ikha menebalkan muka dan menepis rasa malu, di menerobos masuk menyusul suaminya yang tengah ada di dalam, dengan membawa rantang isi makanan yang telah di masaknya tadi dia duduk di sebelah Fano.
"Heh, ngapain kamu duduk di situ? bisa kotor sofa mahalku kamu duduki, dasar kampungan." maki Bu Fransiska lagi. saat ikha hendak berdiri tangannya di tahan oleh Fano.
"Duduk saja dek, kamu tidak kotor kok, kamu wangi kan tadi habis mandi bareng Mas," kata Fano kepada ikha untuk tetap di sampingnya.
"Kamu masih ingat kan Fano, kalau Minggu depan acara ulang tahun Najwa? dan Mama harap kamu tidak membawa istrimu yang jelek ini," ketuk Bu Fransiska. d**a ikha serasa sesak saat mertuanya mengatakan hal itu terang-terangan.
"Mama ingin mengenalkanmu dengan Saskia anak Tante Salma. Dia sangat cantik dan berpendidikan tinggi, bahkan Saskia sekarang sudah menjadi seorang bidan dan kini memiliki klinik sendiri. tidak seperti istrimu ini, pendidikan hanya SMA, penampilan sangat mirip dengan Ibu-ibu yasinan pakai gamis dan hijab lebar pula, udah kayak emak-emak saja, nggak modis sama sekali." sinis Bu Fransiska mengomentari penampilan ikha. kembali hati ikha serasa di remas-remas, sakit bukan main. dengan terang-terangan sang mertua hendak menjodohkan Fano kepada perempuan lain, padahal Fano sudah beristri.
"Bawa apaan ini, masakan sampah saja kamu bawa kesini, aku dan Riska nggak doyan masakan model beginian." sambil membuka rantang makanan yang di bawa ikha.
Bu Fransiska menghentikan kegiatannya dan membiarkan rantang pada tempatnya. tak berapa lama Riska sudah rapi dengan dandanannya yang menor, pakaian minim yang seperti kurang bahan melekat di tubuh rampingnya.
"Riska buang tuh makanan sampah yang dibawa ikha," perintah Bu Fransiska kepada anak bontotnya. Riska melirik tidak suka dengan ikha sang kakak ipar, tangannya hendak meraih rantang yang ada di meja. ikha yang menyaksikan itu hanya bisa diam, dadanya terasa sesak saat mengetahui hasil karyanya tak di hargai. tapi ternyata tangan Fano lebih cepat menyambar rantang tersebut.
"kalau tak ada yang mau, biar aku saja yang akan menghabiskannya, masakan Ikha terlalu enak kalau hanya menjadi penghuni tong sampah, masakan Ikha ini rasanya melebihi rasa masakan resto." kata Fano sambil melahap makanan yang di bawa ikha.
"Dek, mas nggak bisa menghabiskan semua masakanmu yang banyak ini, bawa pulang saja dek, nanti kita makan bareng sama Mak Ijah dan mang Anto seperti biasa, karyamu akan di hargai di tempat yang tepat, tapi bukan disini, penghuni disini matanya sedang tertutup dek." mendapat pembelaan dari sang suami ikha tersenyum sangat manis di hadapan suaminya tersebut. Beda dengan Bu Fransiska dirinya merasa tak terima saat Fano lebih membela ikha di banding dirinya yang ibu kandung.
"Ayo dek kita pulang," ajak Fano kepada istrinya. ditariknya tangan ikha agar mengikuti langkah Fano, ikha sengaja tak membawa rantang makanan yang di bawa, ikha tahu dari raut muka Bu Fransiska dirinya sangat menginginkan makanan yang di bawa ikha, cuma termakan gengsi.
"Fano jangan lupa Minggu depan datang ke acara ulang tahun Najwa di rumah Resti." teriak Bu Fransiska.
"Ya." Fano menjawab singkat.