Terjebak di lift

1228 Words
Bianca mengangkat kepalanya. Dua melirik sekilas wajah laki-laki di depannya. Dia memang tidak asing baginya tapi dia siapa juga dirinya lupa. "Lupa sama aku?" tanya laki-laki itu. Bianca menghela napasnya. Dia memejamkan matanya malas. Sembari menganggukan kepalanya. "Eh.. Bianca.. Kamu yang pemotretan hari ini?" tanyanya. Laki-laki itu berjalan mendekati Bianca. Membuat wanita yang di depannya gugup dan was-was. dengan seorang laki-laki yang baginya sedikit aneh. "Jangan takut. Aku yang akan menangani pemotretan kamu. Setelah itu, kamu datang ke studioku nanti sore. Hanya kamu yang aku kasih tahu. Karena aku merasa tidak pernah sama sekali bawa wanita keluar masuk sana. "Kenapa harus aku?" tanya Bianca. Mengerutkan wajahnya, tatapan matanyaBianca. terlihat bingung. "Kamu siapa?" tanya Laki-laki itu menarik kedua sudut bibirnya. "Aku Diego. Kamu bisa panggil aku apa saja. Igo, Mau panggil aku Didi. Panggil aku mas, atau sayang juga bisa." kata Diego sembari tersenyum menggoda. Bianca m3ncoba untuk tetap santai. Ternyata dirinya salah, ternyata dia adalah Ceo di perusahaan itu. "Maaf! Jadi untuk pemotretan?" tanya Bianca. "Maaf tadi aku telat, aku tidak bermaksud. Tari aku bangun kesiangan, terus jalanan macet, dan juga nunggu teman aku untuk mandi dan bersiap antar aku. Pokoknya aku ribet hari ini tadi " cerocos Bianca tiada hentinya. "Pakaian sudah aku tentukan." kata Diego. "Pakaian apa?" Bianca memicingkan matanya bingung. Dia tidak tahu jika semua pakaian sudah di sediakan nantinya. Karena kamu syuting iklan, dan sudah aku kontrak. Jadi tidak boleh kamu membatalkan kontrak. Manajer kamu dan kamu sudah tanda tangan kontrak. Jadi, harus siap untuk melakukan sesuatu perintahku." ucap Diego. "Baiklah! Maaf tadi aku telat." ucap Bianca lagi masih merasa bersalah. "Tidak masalah!" Diego tersenyum tipis. "Dimana teman kamu?" "Dia di luar sekarang." "Tunggu dia dulu. Atau, kamu masuk lebih dulu. Semua sudah menunggu." ucap Diego. "Aku masuk dulu saja. Maaf sudah banyak membuat kamu repot. Dan, makasih atas kerjasamanya." Bianca menarik dua sudut bibirnya. Mengulurkan sebuah senyuman tipis di wajahnya. "Perlu aku antar!" Bella hanya tersenyum, menganggukan kepalanya satu kali, dengan mata yang ikut mengecup satu kali. Dia terlihat sangat anggun. Dan, seperti biasanya. Wajahnya yang cantik mencuri banyak perhatian di sana. "Dia cantik!" "Bos dekat dengannya?" "Sepertinya dia juga akan jadi model iklan dj perusahaan kita. Dia kira masih melakukan pemotretan." "Oo.. Tapi tidak masalah dia memang cantik. Wajar jika Boss suka. Kalau seperti kita-kita tidak mungkin jika Boss suka." Suara desas-desus terdengar dari sana. Beberapa orang yang melihatnya. Tak luput untuk tidak membicarakan dia. Semua membicarakan dia. Semuanya terlihat begitu antusias sekali membicarakannya. Dengan wajah yank tak begitu menyakinkan dari mereka tentang Bianca. Bianca menghentikan langkahnya. Dia menoleh sesaat. Menatap ke arah orang yang membicarakannya. Dia menarik sudut bibirnya. Senyum tipis dan licik mulai terukir di bibirnya. "Ada apa?" tanya Diego. "Kamu dengar ucapan mereka?" "Dengar!" Diego merangkul pundak Bianca. Jangan khawatir. Tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Lagian mereka meja membicarakan kebaikanmu. Tidak perlu dihiraukan." Bianca menatap tangan Diego yang sejak kapan mulai kurang ajar dengannya. "Maaf! Apa aku boleh tanya. Kenapa tangan anda berada disini." tanya Bianca. Dia menepis tangan Diego dan segera pergi dari pundaknya. Bianca segera berjalan menuju ke lift. Disusul Diego berjalan di belakangnya. Saat Lift tertutup, Diego menatap sekilas ke arah Bianca. Lak-laki playboy itu terlihat sedikit kalem sekarang. Braakk! Suara aneh entah dari mana tiba-tiba. Lampu lift tiba-tiba mati. Dan, bahkan Lift juga berhenti. "Aaaa.." teriak Bianca. Bianca yang takut gelap. Dia spontan memeluk tubuh Diego. Diego tersenyum kegirangan dalam hatinya. Dia membalas pelukan Bianca. "Ada apa dengan lifnya." tanya Bianca, yang menyembunyikan wajahnya di d**a bidang Diego. Bianca merasakan detak jantung Deigo yang cepat. Semakin lama semakin cepat. Kedua mata Diego mulai melirik sekelilingnya. Dia hanya bisa menghela napasnya saja. "Kita kejebak berdua disini?" ucap Diego. "Apa?" Bianca mengangkat kepalanya. Menatap ke Diego yang sedikit lebih tinggi darinya. Hingga setengah jam kemudian. Mereka saling diam berada di dalam lift. "Apa yang kamu inginkan? Apa kamu sengaja melakukan ini?" tanya Bianca. Diego menggelengkan kepalanya. ini terjadi juga secara sengaja bukan aku yang melakukannya. Jangan pernah menuduhku " Diego memegang dagu Bianca. Pandangan mereka mulai terbiasa oleh suasana gelap di dalam lift. Diego menyentuh bibir tipis Bianca. Ibu jarinya menyentuh bibir mungil itu memutar. wajah yang begitu cantik meski di dalam kegelapan. Kecantikan tidak pudar sama sekali. Bianca terdiam tubuhnya seketika bergetar dengan sentuhan ibu jari Diego di bibirnya. Diego perlahan mendekatkan wajahnya. Bianca menakutkan kedua alisnya. Dia menarik tubuhnya ke belakang. Diego yang tak sabar lagi harus pura-pura baik. Padahal dia laki-laki yang bisa dikatakan pecinta wanita. Diego menndorong tubuh Bianca ke dinding Lift Bianca berusaha mendorong tubuh Diego. "Apa yang kamu lakukan." ucap Bianca. "Emm.. Lepaskan aku!" Diego menganggap kedua telapak tangan Bianca. Mengangkat sedikit ke atas menempelkan tangannya ke dinding Lift. Senyum sumringah terlihat di bibir Diego Wajah yang tampak kalem dj luar membuat Bianca tertipu dengan kepolosannya. Mereka yang semula saling diam tanpa katapun. Membuat Diego yang berdiri di sampingnya. Menarik tangan Bianca. Menyadarkan dirinya dari lamunannya yang sudah terlampau jauh. Dia menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menyakinkan jika itu tadi hanya lamunan pikirannya. "Apa yang aku pikirkan tadi. Gimana bisa aku membayangkan, Diego melakukan itu. Astaga.. Entah sejak kapan aku jadi gila karena laki-laki. Mungkin karena memang dia tampan. Sama seperti Giandra. Mereka satu teman." gerutu Bianca. Dia menoleh ke samping. "Kemana dia?" Bianca memutar tubuhnya mencoba mencari Diego. "Duduklah!" pinta Diego Bianca melirik ke bawah. Dia menghela napasnya lega. Dan, segera duduk di sampingnya. Kedua nata Bianca mulai tak bisa diajak kompromi lagi. Pekerjaan yang banyak. Membuat dirinya kelelahan. Bianca menyandarkan kepalanya di bahu Diego. "Maaf! Aku menumpang sebentar saja. Aku hanya ingin menyandarkan kepalaku bentar. Aku lelah!" ucap Bianca. Kemarin dia tidak tdiru seharian. Mengerjakan tugas skripsinya. "Iya, istirahatlah!" pinta Diego. "Aku akan coba hubungi terus staff aku." ucap Diego. Dia mengeluarkan ponselnya. Dan, benar saja tidak ada sinyal sama sekali di dalam ruangan itu. Mereka sudah terlihat mulai gerah berada di dalam. Apalagi Bianca yang menggunakan gaun yang melekat di tubuhmu saksinya. Gaun yang terlihat seksi. Tanpa lengan hanya seuntai tali yang menyandar di pundak Bianca. Dan, bagian tubuh atas yang terlihat jelas. Gaun dengan belahan yang begitu panjang sampai ke atas lututnya. Bianca yang kesusahan duduk membuat gaun itu sedikit ketarik. "Maaf, bentar!" ucap Diego menatap ke arah Bianca. Dia melihat belahan d**a Bianca yang menggoda. Tanpa sadar Bianca mencoba menepis tangan Diego. Bukanya marah, Setiap tetap saja mencoba membenarkan gaunnya. "Jangan selalu pakai gaun yang terbuka." ucap Diego. Dia mengusap lembut rambut Bianca yang masih menyandar lagu saat ada tamu sejenak. Bianca perlahan memejamkan kedua matanya. Diego tersenyum tipis melihat wanita itu tempat lelah, dia kembali menyentuh bibirnya. Perlahan mulai mendekatkan wajahnya, dan memberikan sebuah kecupan tipis di bibir Bianca. Seketika Bianca membuka kedua matanya. Kedua kelopak mata itu mulai melebar sempurna. Hampir saja kedua bola matanya lepas dari kerangkanya. Kedua mata mereka saling bertemu. Bianca memejamkan kedua matanya. Seolah membaurkan Diego mengecup dirinya. Diego menghukum bibir Bianca saat wanita itu mulai membuka mulutnya. Mereka saling memeluk, Entah apa yang merasuki pikiran Deigo hingga dia mencoba menyentuh pinggang Bianca. Perlahan kecupan itu turun ke bawah dagu dan berhenti di dadanya. Tanpa sadar lift perlahan terbuka. Dan, benar saja para wartawan sudah beradap di pintu lift. Mereka mengambil gambar saat Digo memberikan kecupan di bawah dagu Bianca. "Eh.. Bentar! Bukanya itu Bianca?" tanpa di sadari oleh mereka saat beberapa wartawan sudah berusia mencari berita. Beberapa foto sudah diambil. "Ternyata mereka diam-diam pacaran," tanya seseorang yang berada di pojokan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD