Pertanyaan aneh dari wartawan

1245 Words
"Sialan! Apa yang mereka katakan? Gimana bisa aku pacaran denganmu." gerutu Bianca. Dia merapikan sedikit rambutnya. Dan, segera pergi, tak lupa Bianca mengambil kaca mata hitam di dalam tas hitam yang ada di lengan tangannya. Dia memakai kacamata hitam itu. Tanpa pedulikan apa yang mereka katakan. Meski banyak yang bilang dia pacaran. Tetapi Bianca tidak terlalu menganggap berita itu serius. Dia bisa membolak balikkan faktanya. Bianca hanya menarik sudut bibirnya tipis. "Jangan cari kesempatan." kesal Bianca, melebarkan matanya menatap tajam kedua mata Diego. Sementara Diego hanya tersenyum tipis. Dia terlihat sangat santai menanggapi hal itu. Bagi dia itu kesempatan yang langka mendapatkan kecupan pertama darinya. Bianca mendekatkan wajahnya. Dia berbisik pelan. Meski dirinya tahu, para wartawan di depannya sibuk memotret setiap gerak gerik mereka. Namun mereka saling tidak peduli dan terlihat sangat santainya. Berbagai pertanyaan sudah siap dilontarkan para wartawan pada mereka. Namun, Bianca dan Diego masih berhadapan di dalam lift. Seakan dunia milik mereka berdua. "Jangan mengambil kesempatan." kesal Bianca. Menginjak keras kaki Diego. "Aw--" Rintih Diego mengangkat salah satu kakinya yang terinjak. "Apa yang kamu lakukan? Bukankah kamu juga mau?" tanya Diego, dia menarik kedua alisnya ke atas. Kelopak matanya ikut tertarik ke atas. "Shitt..." umpat kesal Bianca. Dia membalikkan badannya, mencoba melangkahkan kakinya pergi. Seketika langkah kakinya Terhenti saat sebuah tangan menyentuh pundaknya. Bianca menggerakkan kepalanya pelan, melirik ke arah pundak kanannya. Diego mendekatkan bibirnya tepat di telinga kanan Bianfa. Hembusan napas Diego berdesir di telinganya. Seketika tubuh Bianca terdiam kaku. Dia merasakan getaran yang berbeda. Tubuhnya mulai keringat dingin saat bibir Diego menyentuh ujung telinganya. Sembari berbisik pelan. "Dengarkan apa yang aku katakan, jangan pernah mencoba dekat denganku. Jika tidak mau terjadi hal seperti ini. Tapi, aku akui kamu lumayan jago juga dalam kecupan bibir. Aku tertarik akan hal itu. Lain waktu jika kamu ada waktu. Datanglah ke apartemenku. Kita lanjutkan lagi kecupan itu. Dan, ini akan terus berlanjut lebih jauh lagi." kata Diego. Dia menepuk pundak Bianca sembari tersenyum sumringah. Dan, segera pergi keluar lebih dulu dari Lift. Melangkahkan kakinya melewati beberapa wartawan yang sudah setia menunggu setiap adegan mesra mereka. Para wartawan mengikuti setiap langkah Diego. Memberikan pertanyaan padanya. Tapi, tidak satupun dijawab oleh Diego. Dia terus saja melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Sementara Bianca dia hanya diam saja. Tanpa sepatah kata keluar dari bibirnya. Dia merasa jantungnya sudah benar-benar tidak normal sekarang. "Dasar tidak waras." kesal Bianca. Memutar matanya malas. Saat beberapa wartawan dia berjalan cepat mengikuti setiap langkahnya. Ada yang memfoto dirinya. Ada beberapa bertanya kepadanya, dia dihujani pertanyaan oleh para wartawan. Bianca memakai kaca mata hitamnya. Dia berjalan bak model internasional. Melanggar lenggokan tubuhnya di atas lantai putih dengan penuh percaya diri. Beberapa wartawan berlari mendekatinya. Mereka menghujaninya dengan berbagai pertanyaan bertubi-tubi, seakan menyudutkan dirinya. "Nona Bianca, apa anda ada hubungan dengan pemilik perusahaan?" tanya salah satu wartawan. "Apa kalian pacaran?" "Atau, kalian sedang dekat?" "Apa anda sedang menjalani casting drama terbaru." "Apa sosok tuan muda Diego adalah type idaman anda?" "Sejak kapan anda pacaran?" "Apa kalian akan terlibat project bersama?" Berbagai pertanyaan itu membuat Bianca merasa sangat geram. Bianca menghentikan langkahnya. Dia menghela nafasnya kesal. Dia meletakkan kaca matanya di atas kepalanya. Bianca melirik ke samping kanan dan kiri bergantian. Sebari menggerakkan kepalanya pelan ke kanan dan ke kiri. Dia tersenyum tipis. "Apa yang kalian tanyakan. Kalian semua salah paham. Aku dan dia kejebak di lift bersama. Dan, kejadian tadi juga tidak sengaja." kata Bianca. Dia melayangkan senyuman tipis pada para wartawan di sana. "Tapi, anda terlihat sangat dekat. Bahkan sebelum keluar anda begitu mesra dengannya." Bianca terkekeh kecil. "Dia pemilik perusahaan ini. Mana mungkin aku dekat dengannya. Semua orang atau artis dia pasti mikir. Begitu mudahnya model biasa seperti aku dekat dengan seorang tuan muda pemilik perusahaan ini. Tidak! Aku sadar diri siapa aku." jelas Bianca dengan santainya. "Tapi, bagaimana jika tuan Diego suka dengan anda?" tanya salah satu wartawan. Bianca seketika terdiam, dia menggerakkan kepalanya pelan menoleh ke samping kanan. Melihat wartawan itu menatapnya menunggu jawaban darinya. Bianca mencoba untuk tetap tenang. Dia menghela napasnya. "Saya sudah punya orang yang sangat saya sukai. Dan, jika memang tuan Diego suka dengan saya itu hak dia. Saya juga tidak melarang perasaan seseorang terhadap saya. Semua orang berhak saling menyukai. Tanpa ada larangan. Jika kamu mencintai dia itu juga gak kamu. Jangan tanyakan itu pada saya. Cinta bisa menyatukan dia orang yang tidak saling mencintai jadi saling mencintai itu juga tergantung dengan dengan hati pasangan mereka. Jika hati berkata tidak, semua juga bisa luluh karena perjuangan. Jangan pikir aku melarang siapapun jatuh cinta padaku." Bianca mengambil napasnya dalam-dalam. Lalu mulai melanjutkan ucapannya lagi. "Jatuh cinta atau tidak tidak masalah. Terpenting sudah berjuang." kata Bianca. "Jadi tuan Diego sudah berjuang untuk anda?" tanya sang wartawan itu. "Jika kamu ingin tahu jawabannya. Tunggu satu tahun lagi. Atau, beberapa tahun lagi. Jika sampai aku bersama dengannya. Berarti dia bisa pulihkan hatiku." kata Bianca dengan penuh percaya dirinya. "Siapa orang yang anda sayangi." "Sudah jangan terlalu banyak tanya tentang kehidupan cintaku. Dan, kalian semua sama sekali tidak boleh tahu menahu. Aku ingin jangan permainan wanita." kata Bianca. Sebelum dia pergi meninggalkan mereka semuanya. Sementara Angel, dia hanya diam, menatap ke arah Bianca sambil menggelengkan kepalanya. Dan, tersenyum tipis padanya. Dengan kedua tangan yang dilipat di atas dadanya. Bianca berjalan melewati Angel. "Ayo, jalan!" Angel segera melangkahkan kakinya berjalan di belakang Bianca. "Sejak kapan kamu pandai sekali berbicara di awak berita itu," tanya Angel. "Sejak barusan!" kata Bianca. Seketika Dia bisa bernapas lega. Bebas dari para wartawan itu. Namun, pikirannya masih terbayang dengan hak tas. Gimana bisa kecupan itu membuat dirinya tidak bisa berkutik. "Arrggg.. " geram Bianca. Dia Menghentakkan kakinya kesal. "Kamu sudah ditunggu di ruang make up. Lebih baik masuk saja dulu. Jangan pikirkan sial tadi. Wartawan juga pasti akan tahu nantinya." "Bianca menggelengkan kepalanya." "Sudahlah! Aku juga mau pergi!" ucap Bianca. "Kepalaku terasa pusing sekarang" kata Bianca. Dia menghela nafasnya frustasi. Dan, segera pergi dari sana. Apa semuanya sudah menunggu?" tanya Bianca. "Masuklah! Pemotretan juga akan segera dimulai." ucap Angel. "Baiklah!" Bianca segera melanjutkan langkahnya. Dia berjalan dengan santainya. "Bianca.. Kamu baru datang?" tanya seseorang yang sudah menunggunya dari tadi. "Bukannya tadi kamu bersama dengan tuan Diego?" tanya Manajernya yang ternyata sudah berada di sana lebih dulu. "Diego pergi tadi." kata Bianca kesal. Sementara di sudut tempat duduk ruangan itu. Seorang laki-laki duduk di sofa. Pandangan matanya terlihat begitu sibuk dengan ponsel yang ada di genggaman tangannya. Kedua nata Bianca berkeliling melihat sekitarnya. Seketika kedua matanya menyipit saat melihat sosok Diego yang sudah duduk di sana. "Kenapa kamu ada disini?" tanya Bianca heran. Diego mengangkat kepalanya. Dia melayangkan senyuman manisnya pada Bianca. "Memangnya kenapa?" tanya Diego, menarik salah satu alisnya ke atas. Dengan tatapan menggoda darinya. "Kamu dan aku yang akan pemotretan nanti." kata Diego. Bianca menautkan kedua alisnya. Membuat keningnya ikut berkerut. Wajahnya terlihat bingung dengan apa yang Diego katakan. "Kita pemotretan berdua? Dan, aku harus pakai baju seksi di depan kamu?" tanya Bianca kesal. Diego terkekeh kecil. Dia bangkit dari duduknya. Berjalan pelan mendekati Bianca. "Iya, pastinya. Sesuai dengan tema. Ini adalah produk minuman dingin. Dan, sang klien juga sudah menyiapkan semuanya." "Kenapa aku harus dengan aku?" tanya Bianca. Tatapan matanya terlihat menantang tanpa rasa takut sama sekali. "Ini akan jadi berita heboh lagi nanti. Saat wartawan tahu kamu begitu dekat denganku." "Apa yang kamu inginkan?" tanya Bianca. Bibirnya mengerut menahan rasa kesalnya. Tatapan mata mulai menajam. "Aku hanya ingin dekat denganmu." ucap Diego. Dengan tatapan menggoda, sudut bibir kanan tertarik bersamaan dengan salah satu alisnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD