bc

Merelakan

book_age16+
467
FOLLOW
1.1K
READ
love-triangle
arrogant
CEO
drama
office/work place
betrayal
first love
love at the first sight
friends
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Jatuh cinta dengan orang yang sama dengan sahabat membuat Bianca harus memilih. Antara merelakan atau meneruskan. 

Dia memutuskan untuk mengalah. Merelakan laki-laki yang dicintainya untuk sahabatnya. Mereka mereka saling mencintai. Tetapi, Bianca tidak mau sahabatnya terluka. 

Tetapi? Akankah dia kuat melihat kemesraan sahabatnya dengan ornag yang dicintainya? 

Tidak, dia sangat tersiksa dengan hubungan itu. Meski harus berpura-pura bahagia di depan sahabatnya .

chap-preview
Free preview
Awal bertemu
Di hotel saut di pusat kota X. Sebuah pesta sangat meriah dari kalangan artis dan model yang diselenggarakan Ch Entertainment. Seorang wanita cantik baru saja keluar dari mobilnya. Dia berjalan masuk ke dalam hotel. Dengan gaun yang sangat pas membalut lekuk tubuhnya. Wajahnya yang cantik, dengan balutan make up tipis. Mengalihkan pandangan para laki-laki yang melintas di sampingnya. "Apa angel sudah berangkat!" ucap Bianca panik. Bianca wanita cantik, yang berprofesi sebagai model. Tubuhnya yang bagus. Tinggi, dan sangat seksi. Dia adalah model terkenal. Tetapi, anehnya. Meski dia cantik tidak ada laki-laki yang mau dekat dengannya. Entah apa karena dia minder dengan wajah cantiknya. Bianca mencoba menghubungi seseorang. Tetapi tidak diangkat olehnya. Merasa kesal, dia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Bianca mulai berjalan menuju ke sebuah lorong panjang. Langkah Nya yang terburu-buru. Tanpa sengaja menabrak seseorang yang tiba-tiba berdiri di depannya bersama dengan teman-temannya. Sepertinya mereka sedang berbincang. Tetapi, bianca tidak terlalu pedulikan apa yang engkau katakan. Wajahnya merah malu saat berhadapan mata dengan sosok laki-laki yang mengalihkan dunianya sekarang. Sangat tampan! Pikiran itu selalu memenuhi otaknya. Mata itu tidak berhenti menatap kagum. Tetapi, berbeda dengan laki-laki yang dia tabrak tadi. Pandangan matanya membuat bulu judulnya merinding. Tatapan itu seakan ingin sekali memakannya hidup-hidup. "Maaf!" ucap Bianca lirih. Menyatukan kedua tangannya, mengangkat tepat di depan dadànya. Bianca mengeluarkan senyum manis padanya. Wajah laki-laki itu terlihat datar. Membuat Bianca mengerutkan bibirnya kesal. Semua mata tertuju pada Bianca. Semakin membuat wanita itu kikuk. Apa yang mereka lihat? Apa aku sangat aneh? Atau bajuku yang terlalu seksi. Ah.. Luapan saja. Aku harus segera menemui, Angel. Bianca segera melanjutkan langkahku. Mencoba melihat bajuku dari ujung atas sampai bawah. Tidak ada yang aneh pada dirinya. Dengan cepat, Bianca mengeluarkan cermin dalam tas bermerek miliknya. Melihat bagaimana penampilannya. Tetap saja, tidak ada yang salah. Bianca masih terpoles make up tipis yang lumayan cantik menurutku. Bianca menghela napas lega, tidak ada yang aneh pada dirinya. Dia segera berjalan lebih cepat. Mengingat tatapan mereka yang ingin menerkamku membuatku bergidik ngeri. "Ih.. Tidak.. Sepertinya mereka psyikopat atau penculik wanita cantik? Atau mereka akan menjualku." Bianca menggelengkan kepala. Mencoba menghilangkan pikiran itu dari otaknya. "Tidak... Aku harus tenang.. Tapi, kalau di pikir..pikir.. Mereka tampan juga. Yang paling membuatku terpanah salah satu darinya. Begitu tampan, wajah yang sedikit bule. Wajah orang eropa dan indo. Sepertinya dia menggoda." pikir Bianca. Kau tersenyum tipis. Wajah tampan yang membuatnya merasa ingin sekali menatap lebih lama. Sampai di sebuah hotel. Bianca Mencoba memutar matanya. Melihat sekeliling. Semua sibuk dengan pasangan. Meski belum semuanya datang. Masih beberapa, dan tidak terlalu ramai. Wanita yang aku cari belum juga datang. Dia tidak ada di sana. Bianca berjalan menuju ke bar. sembari menunggu, Angel yang belum juga datang. "Mas.. Aku Wine satu gelas saja." ucapku, seperti aku memesan pada seorang bartender. "Baik, mbak.. Tunggu sebentar." "Mas.. Apa anda tahu angel?" tanya Bianca berharap dia tahu. Semoga saja dia tahu. "Tidak! Sepertinya dia belum datang." Bianca melebarkan matanya. Ternyata bartender itu kenal juga dengan Angel. Memang benar wanita itu sangat terkenal. Banyak laki-laki yang mengenalnya. Bahkan ingin sekali mengajaknya pacaran sampai menikah. Tetapi selalu ditolaknya. Dia sangat cantik, hidungnya begitu lancip. Seperti orang Rusia. Tapi dia juga berdarah indonesia. Siapa yang menatapnya. Mereka selalu terpana dengan kecantikannya. "Mas.. kenal Angel?" tanya Bianca penasaran. Aku mencoba membuka tas. Mencari ponsel di dalam tasnya. "Kenal mbak.. Dia itu sering sekali dulu di bar, tempatmu bekerja." "Sama siapa? Apa dia punya pacar?" tanya Bianca semakin penasaran dengan cerita laki-laki itu. "Dia sendiri. Aku belum pernah melihatnya dengan laki-laki. Apa dia tidak suka dengan laki-laki. Banyak yang akan dia kenapa tetapi selalu ditolak." cerita pegawai bar itu. Bianca menghela napasnya. Gimana bisa wanita itu tetap saja tidak mau kenalan dengan laki-laki. "Ini mbak... " pegawai bar itu memberikan satu gelas wine di belakangku. "Iya. . Makasih!" ucapnya tersenyum tipis. Kedua mataku tertuju pada seseorang yang kulihat tadi. Dia berjalan seperti orang kebingungan mencari seseorang. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Sambil memegang handphone. Tak lama langkah itu semakin mendekat padanya. Sepertinya dia berbicara dengan seseorang di balik telponnya. "Tuan... Dia sekarang ada di depanmu." suara dari balik telfon itu sangat keras. Terdengar samar sampai telinganya. Aku yang terdiam sedari tadi berdiri dengan kedua tangan di atas meja bar. Bianca menatap ke arahnya sekilas. Wajahku sedikit merah malu. Apa benar dia mencariku? Tapi, itu tidak mungkin. Aku biasa saja. Tidak mungkin dia mencariku. Pasti seleranya sangat tinggi. Bianca mencoba segera menyembunyikan wajahku. Seolah tidak mendengar apa yang mereka katakan. Tapi rasa penasaran pada diriku mulai bangkit. Sesekali aku melirik ke arahnya. Tubuh tegap, entah setelan jas dan celana hitam yang membungkus tubuh jenjang panjangnya. Dia sangat tinggi, mungkin sekitar 180 cm Wajah tampaknya terlihat sangat datar dan dingin. Melihatnya semakin berjalan mendekatiku tubuhnya mulai gugup. Mencoba menelan ludah dalam-dalam. Jemari tanganku masih menyentuh gelas yang berisi Wine di delamnya. Bianca memutarnya. Memainkan jemari tanganku di pinggiran gelas bulat itu. dengan gagang kecil dalam genggamanku. Apa yang akan dia lakukan? Pikirku tidak karuan. Melirik Ke arah laki-laki yang kini berdiri di sampingku. "Apa kamu artis?" suara berat dan sedikit serak itu membuat darahku mengalir dengan cepat. Aku mengangkat kepalaku menatap wajahnya kikuk. "Em... Aku?" Aku menunjuk diriku sendiri. "Iya.. Kamu, memangnya aku bicara dengan siapa selain kamu disini." ucapnya sedikit jutek. Sembari memegang ponselnya. Meletakkan di atas meja bar. "Em.. Bukan!" ucapnya gugup. "Hai..Boleh kenalan?" tanya seorang laki-laki yang baru saja menghampiri Bianca. Kedua matanya tertuju pada sumber suara itu. Seorang laki-laki tampan yang berbeda tegap, tak kalah tampan dari orang yang berdiri di sampingku. Dia tiba-tiba mengulurkan tangannya ke arahnya. Jantungnya berpacu lebih cepat. Menatap bingung kenapa tiba-tiba ada dua laki-laki tampan menghampiri Bianca. Bianca sempat terdiam, menatap wajah tampan laki-laki di depanku. Napasnya berburu sangat hebat. Gimana bisa, dia yang baru saja aku lihat tadi. Tiba-tiba datang datang padaku. "Hai juga" jawab Bianca mencoba ramah, dia mengeluarkan senyum semanis mungkin padanya. "Kamu model?" tanya laki-laki di sampingku. Aku mengerutkan kening dalam-dalam. Bianca merasa diapit dua pria tampan. Tubuh Bianca gemetar, Dia tidak bisa berdiri terlalu lama di depan laki-laki. Bianca Mencoba memegang tas di samping. Sekujur tubuhku salah tingkah di buatnya. Gimana bisa dia tahu jika aku model? Aku tidak pernah kenal dengannya sebelumnya. "Iya.." Tak lama ponsel berbunyi. Seorang menelponnya. Jemari tangan jamnya yang begitu kekar. Mulai menyentuh ponselnya. "Iya.." "Tuan, siapa namanya." "Kau tidak tahu.. Coba kamu cari tahu tentang dia." "Iya.. " "Tuan... Dia di depan anda." "Diego... Kamu juga tidak ingin kalah?" tanya laki-laki yang berdiri di samping Bianca. Diego? Oo.. Jadi namanya Diego? Bagus juga. Pikirnya tersenyum tipis. "Iya.. Aku tidak mau kalah dengan sosok, Giandra." jawabnya tak kalah kentus. Giandra tersenyum tipis. Dia membalikkan nadanya, dengan kedua siku tangan bersandar di meja bar. Menatap ke arah Diego. Bianca hanya diam, menatap mereka bergantian. Wajahnya terlihat seperti orang kebingungan. Menatap bergantian berkali-kali. "Bianca... " suara yang sangat familiar itu terdengar memanggilnya. Bianca segera menoleh. Seketika senyum tipis itu menyinggung di bibirku. "Angel.. Kenapa kamu lama sekali." teriaknya. Berjalan menghampiri Angel. Mengecil pipi kanan dan kirinya. Sudah lama sekali Bianca tidak pernah bertemu dengannya. Hampir 1 bulan. Karena kesibukan kita di dunia kita masing-masing. Kedua laki-laki itu menatap bersamaan ke arah Angel. Seperti yang aku duga. Laki-laki pasti akan terpikat menatap ke arahnya. Melihat kecantikannya. Banyak laki-laki yang tunduk padanya. Kedua mata laki-laki itu terus terpana melihat kecantikannya. "Mereka siapa? Teman kamu?" tanya Angel. "Em... Tidak! Aku tidak kenal mereka." "Kenalin, namaku Diego." ucap diego menyerobot langsung memegang paksa tangan Angel. Seolah dia begitu antusias berkenalan dengannya. Bianca mengerutkan bibirnya. Dia kira mereka tergoda denganku. Ternyata setelah ada Angel. Dia masih kalah cantik dengannya. Meski dalam hati Bianca sedikit kesal. Tetapi, wajar saja sih. Para laki-laki menatapnya karena cantik. "Aku Angel.." ucap Angel menarik tangan Diego. "Kamu cantik!" ucap datar Giandra, wajahnya sangat dingin. Tanpa menunjukkan senyuman di bibirnya. "Makasih!" jawab Angel. Angel menatap ke arah laki-laki itu. Sepertinya dia tertarik dengannya. Tetapi, aku yang lebih dulu tertarik pada laki-laki itu. Tapi, kalau memang Angel tertarik aku rela. Lagian dia tidak mau kenal laki-laki setelah di sakiti laki-laki 3 tahun lalu. "Oh, ya... Aku Giandra. Panggil saja aku Andra." Angel menganggukan kepalanya pelan. Senyum tipis menyinggung di bibirnya. "Bianca... Ayo kita pergi." ucap Angel. Menarik lengan tangan Bianca. Beranjak dari hadapan dua laki-laki itu. "Giandra. Tampan tidak menurut kamu?" tanya Angel. Kedua mataku terbelalak mendengar dia menyebut nama laki-laki. Baru kali ini dia membicarakan laki-laki. "Em... Lumayan sih." ucap Bianca. " Eh.. Jangan.. Jangan... Kamu." Aku menoleh cepat ke arah Angel. Wajah Angel masih memerah malu. "Apa kamu tertarik dengannya?" tanyaku. Angel menghentikan langkahnya. Wajahnya kembali datar. Dia menoleh ke arahnya. "Tidak.. Aku tidak tertarik dengannya." ucapnya begitu keras. Bianca menghela napas berat. Menggaruk kepala belakangku yang merasa tak begitu gatal. Bianca bingung dengan sikapnya. Tiba-tiba malu. Dan tiba-tiba wajahnya berubah datar dalam hitungan detik jika membahas lebih jauh tentang laki-laki.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
115.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook