Telat

1063 Words
"Angel... Kau mau berangkat dulu ada pemotretan mendadak di Jakarta pusat. Oh ya. Jika kamu mau makan atau makanan di dalam tidak selera. Kamu bisa turun ke bawah. Ada restoran enak di bawah." ucap Bianca. Dia terlihat sangat terburu-buru. Membenarkan tas miliknya, Bianca terdiam sejenak. Dia membuka matanya lebar saat teringat sesuatu ada yang ketinggalan. Angel berjalan pelan menuju ke dapur. Dia yang baru saja bangun. Merasa tenggorokannya sangat kering. Jemari tangannya mulai mengambil air. Dia meneguknya perlahan, sembari menatap Bianca yang terlihat heboh sendiri. Sepertinya memang sangat terburu-buru. "Ada apa lagi yang ketinggalan. Kamu ke biasa selalu saja ada yang ketinggalan." ucap Angel, menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Bianca yang masih saja sama seperti biasanya. Dia selalu lupa hal-hal sesuatu yang penting. Bahkan, dia lupa jika pergi tanpa membawa ponselnya. Sampai semua orang tim pemotretan bingung mencari dirinya. Termasuk manajer dan asistennya. "Manajer kamu dimana?" tanya Angel. "Entahlah! Aku bingung sekarang. Ada yang ketinggalan. Astaga, di kamar aku tadi." ucap Bianca. Yang terus menggerakkan tubuhnya. "Bentar! Bentar!" Bianca kembali menghentikan langkahnya. Dia membalikkan badannya. "Eh, iya. Bentar. Kemana manajer aku? Dan asistenku dimana. Kenapa dia tidak menyiapkan semua barangku." "Di ingat dulu." kata Angel, dia menelan minumnya perlahan. Bianca mengerutkan bibirnya. Dia berusia untuk menenangkan tubuhnya sejenak. "Astaga, aku baru ingat mereka berdua ijin untuk pergi. Kita bertemu di pemotretan." Bianca menggelengkan kepalanya yang terasa pusing. "Udah! Kepalaku pusing." Bianca mengangkat kedua tangannya ke atas. "Bentar aku mau ambil ponselku dulu." ucap Bianca. Dia berusaha untuk tetap santai. Berjalan pelan, masuk ke dalam kamarnya. Setelah selesai, Bianca kembali lagi keluar dari kamarnya. Dia terus menghela napasnya frustasi. Baru kali ini dia harus bangun sendiri dan menyiapkan semuanya sendiri. "Ca.. Kamu gak lihat kamu belum pakai high heelsmu?" tanya Angel, dia melipat tangan kirinya di ada perut tangan kanan memegang gelas minumnya. Dia menahan tawanya saat mulut penuh dengan air. "Astaga.. Naga.. Aku lupa, bentar.. Sekarang kamu bantu aku sana. Gak usah mandi. Kamu cuci muka. Ikut aku, aku gak bisa kalau gak ada orang yang mengingatkanku." kata Bianca dengan nada cepat Dan terburu-buru. Angel memicingkan matanya. Dia meletakkan gelas minumannya di atas meja. "Enggak! Aku mandi dulu. Gimana bisa aku gak mandi." "Bentar! Kenapa kamu tidak minta tolong laki-laki kemarin. Katanya dia menginap disini." Angel teringat laki-laki yang membantu Bianca kemari. Dia mencoba memberikan saran padanya. "Kenapa harus dia." tanya Bianca. "Aku bahkan tidak tahu dia di apartemen nomor berapa? Aku juga tidak tahu dia tinggal bersama siapa? Sapa tahu dia sudah punya istri. Gimana kalau istrinya marah." tanya Bianca. Dia meringis menunjukan gigi putihnya. Menarik kedua sisinya bersamaan naik turun. Dengan tatapan menggoda, Bianca membalikkan tubuh Angel. Dan, segera mendorong tubuh Angel perlahan masuk ke dalam kamar. "Mandilah! Aku tunggu, aku kasih waktu lima menit mandi." Bianca mengangkat tangannya, menatap jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangannya. "Emm.. total 10 menit mandi sama make up tipis saja. Jangan terlalu tebal. Kelamaan." cetus Bianca. Angel melirik ke belakang. Dia mengerutkan keningnya. "sebentar! Aku gak salah dengar tadi. Kamu gila mandi hanya 10 menit." "Tidak ada penolakan. Angel, cantik kamu baik, kan." Bianca menguntupkan bibirnya. Wajah ceritanya berubah menjadi wajah memelas sembari memegang tangan Angel, Bianca memohon padanya. "Kamu kan sudah cantik. Jadi tidak usah makup juga sudah cantik. Aku melihat kamu itu bagaikan bagaikan dewi. Tanpa polesan, wajah kamu sudah bersinar." "Jangan bercanda." Angel menutup wajah Bianca dengan telapak tangannya beberapa menit. Lalu, segera beranjak pergi. "Baiklah, aku akan bantu kamu Sekali saja, karena aku capek jadi asisten kamu yang harus pergi ke sana kemari.." Gerutu Angel. Dia melanjutkan langkahnya lagi. "Tapi aku gak bercanda Angel." teriak Bianca. Angel sudah perlahan berjalan menuju ke kamarnya. "Aku mau mandi dulu, kamu tunggu aku di luar. Jangan berisik. Dan jangan protes. Aku tidak akan bantu kamu jika protes." jawab Angel mengeraskan suaranya. "Yes... " Bianca terlihat sangat senang dia menarik tangan dari atas ke bawah. Menunjukan rasa sayangnya. Dengan ekspresi gembiranya. "Makasih, Angel. Kamu cantik, deh." teriak Bianca. "Basi.. Jangan merayuku lagi." balas Angel berteriak dari dalam kamarnya ** Beberapa menit kemudian, Bianca terlihat sangat gundah, dia terus Menghentakkan kakinya. Sembari melirik ke arah kamar. Melihat Angel belum juga keluar. Bianca terus menatap jam tangan berwarna coklat miliknya. Sudah 10 menit dia belum juga keluar. Kemana dia? Apa dia pergi? Atau, dia tidur lagi." Gerutu Bianca. Tak lama Angel keluar, dia sudah terlihat begitu rapi dengan gaun cantiknya. Dia tersenyum sangat anggun, wajahnya yang begitu kelam membuat semua hati yang melihatnya semakin tentram. "Kenapa kamu lama sekali Angel." ucap Bianca. "Aku sudah telat setengah jam. Perjalanan lima belas menit. Total telat hampir satu jam. Semoga dia tidak marah." ucap Bianca. Dia mengambil tas miliknya, merapikan sedikit rambut panjangnya yang sudah di carly. "Sudah rapi! Ayo berangkat." kata Angel. Dia memegang lengan Bianca. "Bentar!" Bianca menghentikan langkahnya. beberapa panggilan tertera di layar ponselnya." mereka mencarimu. Aku kabari mereka jika aku kena macet." kata Bianca. Setelah mengirimkan chat. Bianca segera berjalan dengan langkah ceoat Dan terburu-buru. Sementara angel masih jalan jauh di belakangnya. Dia menutup pintu lebih dulu, sebelum berlari mengejar Bianca. "Gimana? Apa kamu sudah siap?" tanya Angel. "Siap apa?" Mereka berdua masuk ke dalam mobil, kali ini Angel yang akan mengemudi mobilnya. "Kamu bisa naik mobil?" tanya Bianca. "Di coba. Aku baru belajar. Mungkin aku bisa." ucap Angel, sembari tertawa kecil. Wajah Bianca terlihat pucat. Dia melirik ke arah Angel. "Angel, kamu jangan bercanda. Aku tidak main-main. Aku masih mau hidup. Biarkan aku saja yang mengemudi." "Enggak! Aku tidak biarkan kamu mengemudi. Kali kamu telat kamu selalu mengemudi dengan kecepatan tinggi. Emang kamu mau membunuhku." Gerutu Angel. Angel segera mengemudi mobilnya, mengeluarkan dari parkiran. Dan, segera melaju ke jalan. Angel mengemudi dengan santainya. Tepat lima belas menit kemudian. Dia sampai di sebuah kantor yang akan dituju oleh Bianca. Setelah itu menuju ke hotel suit. Melakukan pemotretan di sana juga. Dan, banyak lagi selanjutnya. Membuat jadwal Angel ikut padat. Dia harus menyiapkan beberapa baju. Membantu Bianca make up. Dan, harus menyiapkan high heels yang dia pakai. Perhiasan yang dipakainya. Dan lainya. Semuanya harus dia kerjakan nantinya. Angel bahkan tidak bisa membayangkan hal itu. "Sudah sampai!" ucap Angel. Bianca dengan segera membuka mobilnya. Dia melangkah keluar, mengambil tas wajahnya sudah terlihat panik sudah telat satu jam. "Angel, aku tunggu kamu di dalam." ucap Bianca. Angel menghela napasnya. Dia tersenyum tipis. "Kebiasaan Bianca lagi. Dia selalu terburu-buru. Ca.. Ca.. Emang ya. Gak bisa berubah kamu itu." Gerutu Angel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD