Mulai Mendekat

1306 Words
Setelah bekerja selama beberapa bulan dalam satu instansi yang sama, membuat dr. Rama lebih semangat dalam menjalani hari-harinya. Ada saja alasannya untuk tinggal lebih lama di rumah sakit. Semua itu dilakukan karna sang pujaan hati bekerja ditempat yang sama meskipun dalam ruangan yang berbeda. "Kamu pulang telat lagi Ram? Apa gak capek? Pulang kerja harusnya istirahat dirumah, ini malah terdampar disini, diruanganku." Tanya dr. Saka yang sudah mulai bosan dengan kebiasaan dr. Rama yang selalu mampir ke ruangannya setelah jam prakteknya habis sampai dia pulang. "Gak papa, yang penting aku bisa ngeliat wajahnya lebih lama lagi" balas dr. Rama yang membuat dr. Saka geleng-geleng kepala, sambil menjawab "Ngeliat lebih lama gimana ceritanya? Ruanganku sama ruangan bu Rania itu beda lantai, gimana caranya kamu bisa ngeliat dia? "Yang penting masih satu gedung, kemungkinan untuk bertemu masih ada setiap waktunya" dr. Saka dibuat melongo setelah mendengar jawaban dr. Rama yang nyeleneh. "Orang jatuh cinta emang beda" dr. Saka masih mempertahankan geleng-geleng kepalanya. "Aku penasaran sama kamu Sak?" "Penasaran kenapa? Sahut dr. Saka cepat "Apa kamu gak pernah jatuh cinta?" dr. Saka hanya bisa melongo mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut dr. Rama. "Kenapa reaksimu berlebihan sekali?" Terang dr. Rama yang semakin membuat dr. Saka melongo. "Berlebihan?? Kamu bilang reaksiku berlebihan? Apa gak kebalik Sak? Justru sikapmu yang terlalu berlebihan, terlalu mencintai orang yang belum tentu mencintai kamu, bahkan ingat nama kamu saja belum tentu. Aku gak yakin bu Rania masih ingat sama kamu Sak." dr. Rama tidak menanggapi perkataan dr. Saka. "Kenapa diam? Kamu sadar sekarang kalau kamu gak dianggap sama bu Rania?" dr. Saka rupanya masih penasaran dengan sikap dr. Rama yang hanya diam seperti tidak berniat untuk membalas perkataannya. "Rama dengerin omonganku apa enggak sih sebenernya? Dia udah beneran sadar? Atau jangan-jangan dia lagi mikirin bu Rania? Ya benar, dia pasti lagi mikirin bu Rania. Ck.. ck.. Bodohnya aku yang berfikir kalau Rama udah sadar." Batin dr. Saka sambil geleng-geleng kepala. "Kamu benar Sak" celetuk dr. Rama secara tiba-tiba yang tentunya menambah kebingungan diwajah dr. Saka, tapi sedetik kemudian senyuman mengembang dibibir dr. Saka. "Akhirnya kamu sadar juga Ram, aku bukannya gak setuju kamu sama bu Rania, tapi kalau kamu gak ada pergerakan terus cuman ngeliatin dia aja setiap harinya ya mana bisa kamu berjodoh sama dia" terang dr. Saka panjang lebar. "Sekali lagi kamu benar Sak, aku emang gak boleh diam aja seperti ini. Seperti kata kamu, aku harus mulai melakukan pergerakan." Ucap dr. Rama sambil berdiri dari tempat duduknya. "Eh.. eh.. kamu mau kemana? dr. Saka semakin heran dengan tingkah dr. Rama yang semakin aneh, mulanya dia berfikir dr. Rama sudah sadar tapi sepertinya malah semakin menjadi-jadi. "Katamu aku harus melakukan pergerakan? Ini aku mau pulang sekaligus melakukan pergerakan." dan dr. Saka hanya diam tanpa bisa berkata-kata lagi. "Orang jatuh cinta apa seaneh itu ya? Ehh mana aku tahu, kan bener kata Rama aku belum pernah jatuh cinta apalagi pacaran." dr. Saka meringis sambil meratapi nasib yang ternyata sama saja dengan dr. Rama, sama-sama jomblo abadi dan belum menemukan tambatan hati. "Semoga kamu berhasil mendapatkan hati bu Rania Ram, biar kelakuan mu gak semakin aneh. Tapi kalau Rama berhasil mendapatkan hati bu Rania, itu artinya tinggal aku yang jomblo." Batin dr. Saka dengan bibir yang semakin meringis. Dan sepertinya sekarang bukan hanya dr. Rama yang memiliki sifat aneh karena kebucinan nya terhadap Rania tapi juga dr. Saka yang berkelakuan aneh karena status kejombloannya. * "Ya pa, ini Nia udah sampai lobi. Tinggal nyari taksi aja" Nia berbicara ditelfon dengan Bimo, papanya. "Atau papa suruh supir jemput kamu aja ya?" "Enggak usah pa, nanti malah kelamaan. Keburu tutup nanti toko bunganya" "Yaudah terserah kamu aja, kalau papa nitip bakso langganan kita bisa sayang? Papa lagi kepingin makan bakso ini.' "Iya bisa pa, nanti aku beliin. Udah dulu ya pa, aku mau keluar dulu dari lobi, mau nyari taksi diluar aja biar cepet dapet." "Iya papa tunggu dirumah, kamu pulangnya hati-hati ya sayang." "Iya pa, siap." Nia mematikan telfonnya dan memasukkan ponselnya kedalam tas, setelah itu Nia berjalan keluar dari lobi menuju jalan raya untuk menunggu taksi yang lewat. Sebuah mobil berhenti didepan Rania yang membuat Rania mengerutkan dahi bingung. "Bu Rania" panggil seseorang dari dalam mobil sambil menurunkan kaca mobil yang membuat Rania akhirnya tahu siapa siapa orang yang berada dibalik kemudi tersebut. "dr. Rama ya?" Tanya Rania dengan sedikit tidak yakin dan dibalas anggukan antusias dr. Rama dan jangan lupakan senyuman yang selalu mengembang di bibirnya. "Bu Nia masih ingat saya ternyata" balas dr. Rama dengan sedikit bangga. "Itu ada name tagnya" tunjuk Rania pada name tag yang belum dilepas oleh dr. Rama. "Ohhh iya lupa belum saya lepas, hehe" ucap dr. Rama sambil melepas name tag dari lehernya. "Ngomong-ngomong bu Nia sedang apa disini?" Lanjut dr. Rama yang mencoba basa basi sekaligus tidak mau melewatkan kesempatan untuk lebih mengenal dan dekat dengan sang pujaan hati. "Ohh ini saya lagi nunggu taksi mau pulang, kebetulan tadi gak bawa mobil" jelas Rania "Aku punya ide" batin dr. Rama. "Gimana kalau bu Nia pulang bareng saya saja, daripada nunggu taksi nanti pulangnya kemaleman" bujuk dr. Rama, dalam hati dia sangat berharap Rania mau menerima tawarannya. Tapi rupanya tidak semudah itu membujuk Rania, dia menggeleng sambil berkata "maaf dokter nanti malah merepotkan, saya pulang sendiri saja" tolak Rania dengan halus. "Tidak merepotkan sama sekali kok bu, malahan saya khawatir kalau harus meninggalkan bu Nia disini sendirian, apalagi ini sudah sore" dr. Rama masih belum menyerah. "Mau ya bu, takutnya nanti lama nunggunya " bujuk dr. Rama lagi. Setelah sedikit menimbang tawaran dr. Rama, akhirnya Rania mengiyakan untuk pulang bersama dr. Rama. "dr. Rama bener, daripada aku nunggu lama sendirian disini" pikir Rania. "Baik dokter, saya ikut dokter pulang asalkan benar-benar tidak merepotkan" "Ohh tentu saja tidak bu, dengan senang hati malah. batin dr. Rama." "Mari silahkan masuk bu." dr. Rama mempersilahkan Rania untuk masuk kedalam mobilnya sambil membuka pintu mobil dari dalam. Rania masuk ke kursi penumpang samping kemudi dengan tidak lupa mengucapkan terimakasih nya sambil memasang seat belt. "Terimakasih dok, oh iya saya masih harus mampir ke beberapa tempat, apa tidak apa-apa dok?" "Tidak apa-apa bu, bu Nia tidak usah merasa tidak enak seperti itu" ucap dr. Rama penuh pemakluman yang padahal dalam hati dia berkata lain. "aku malah senang Nia, itu artinya aku bisa lebih lama lagi sama kamu" batin dr. Rama. "Sekali lagi terimakasih banyak ya dok" "Sama-sama bu Nia, jadi kita mau mampir kemana aja setelah ini?" Tanya dr. Rama. "Toko bunga dan kedai bakso, tempatnya nanti saya kasih tau sambil jalan dok" Jawab Rania. "Siap bu" balas dr. Rama dengan senyum yang tidak pernah pudar dari bibirnya. * Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sekitar satu jam karna Nia yang harus membelikan beberapa titipan ayahnya akhirnya sampai juga dirumah dengan selamat. "Jadi disini rumah bu Nia" ucap dr. Rama setelah mobilnya berhenti tepat didepan rumah Rania. "Iya dok, dokter Rama gak mau mampir dulu?" Tanya Rania sebagai bentuk kesopanan. "Kapan-kapan saja bu, sekarang sudah malam" tolak dr. Rama dengan halus yang sebenarnya dia juga masih mau lebih lama bersama sang pujaan hati, tapi apa daya waktu nya belum pas. "Oke, kalau begitu saya turun dulu ya dok, sekali lagi terimakasih karena sudah mengantarkan saya pulang dengan selamat sampai depan rumah dan hati-hati dijalan ya dr. Rama" ucap Rania dengan tulus. dr.Rama mengangguk. "kamu semakin membuat aku sulit untuk meninggalkan mu disini, Rania" lirih dr. Rama dalam hati. Rania membuka pintu mobil dan terkejut saat mendapati ayahnya sudah ada didepan rumah sambil mengamati dia yang sedang turun dari mobil dr. Rama. "Papa..." Ucap Rania lirih sambil diam ditempat, dia cukup terkejut dengan kehadiran ayahnya yang sempat tidak dia duga. "Pulang sama siapa Nia? Teman kamu ya? Kenapa tidak diajak masuk temannya? Seru ayahnya yang membuat Rania diam mematung ditempat. "tidak akan selesai sampai disini ini, akan lama episodenya" batin Nia sambil meringis. bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD