Pertemuan Pertama
"Kamu sudah siap kan untuk menggantikan posisi papa sebagai Direktur Utama di Atmajaya Hospital?" Ucap Bimo, ayah Nia memecah keheningan dikala mereka sedang menyantap sarapan pagi hari ini.
"Apa aku boleh mengatakan bahwa aku belum siap pa?" Balas Nia untuk menanggapi pertanyaan ayahnya
"Ya, kamu memang tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran papa. Lagipula semua yang papa miliki pada akhirnya akan menjadi milik kamu Nia, suka maupun tidak suka semua akan tetap jadi milik kamu karna papa sudah mewariskan semua harta papa untuk kamu, putri papa satu-satunya. Papa bekerja keras selama ini hanya untuk kamu sayang, putri yang sangat papa dan almarhumah mama sayangi. Terimakasih karna sudah menjadi putri terbaik bagi papa dan almarhumah mama ya sayang" Terang Bimo dengan bangga kepada putrinya.
"Ya pa sama-sama" ucap Nia lirih tanpa berani menatap mata ayahnya yang sudah jelas Bimo pasti menatap Nia dengan sendu karena teringat dengan mendiang istrinya Ranti, yang sudah meninggalkan Bimo untuk selama-lamanya sejak 26 tahun yang lalu, lebih tepatnya setelah Ranti melahirkan Nia.
Ranti mengalami pendarahan setelah melahirkan putrinya dan sempat kritis sampai akhirnya dia menyerah dengan keadaan dan pergi meninggalkan suami dan putri kecilnya untuk selamanya. Bimo sangat mencintai Ranti, itulah yang membuat Bimo setia pada mendiang istrinya dan tidak berniat untuk menikah lagi sampai saat ini. Cukup hidup bersama dengan Nia, putri tunggalnya sudah lebih dari cukup bagi Bimo. Begitulah ucapnya dahulu yang tidak pernah berubah sampai sekarang apabila ada yang menyinggung tentang statusnya.
"Jadi kamu mau ikut papa hari ini ke rumah sakit untuk sekedar memperkenalkan diri sebagai pengganti papa nantinya?" Ayah Nia sepertinya masih enggan menyudahi pembahasan tentang rumah sakit itu
"Kalau menurut papa aku harus memperkenalkan diri hari ini, aku akan mengikuti kemauan papa" Sekali lagi Nia menuruti kemauan ayahnya
"Terimakasih ya sayang kamu selalu menuruti perkataan papa, papa bangga sama kamu" terang Bimo yang terlihat sangat bahagia karna Nia tidak pernah sekalipun membantah perkataan ayahnya yang hanya dibalas dengan senyuman samar dan anggukan oleh Nia.
Ya Nia memang dididik untuk menjadi wanita mandiri yang tangguh dan kuat, sekaligus wanita penurut.
Selama ini tidak pernah sekalipun Nia membantah perkataan ayahnya karna Nia sadar selain hanya ayahnya orang tua satu-satunya yang dia miliki dan Nia juga yakin apa yang dilakukan oleh Bimo semua hanya untuk Nia, untuk memastikan bahwa hidup Nia selalu bahagia tanpa hadirnya seorang ibu disisi Nia selama ini.
"Apa aku boleh membantah perkataan papa? Tidak menuruti kemauan papa?
tidak kan pa? Tapi aku memang tidak berniat untuk membantah perkataan papa karna aku tahu apa yang papa lakukan, apa yang papa inginkan semata mata hanya demi kebahagiaanku. Terimakasih karna papa sudah menjadi seorang ayah yang begitu kuat dan tangguh untuk Nia. Terimakasih karna papa begitu teramat menyayangi Nia, terimakasih pa.
Nia sayang papa, teramat sayang papa, sekarang, esok, nanti, dan selamanya." Batin Nia dalam hati sambil menahan tangis.
*
"Obatnya diminum sehari 3 kali setelah makan ya bu, usahakan diminum teratur selama tiga hari sampai panasnya turun" jelas seorang dokter muda disebuah ruang praktek dr. Spesialis Anak di Atmajaya Hospital.
Ya, dokter muda tersebut adalah dokter Rama Arya Bagaskara. Dokter muda tampan, ramah, sabar, dan tentunya masih single yang menjadi primadona di Atmajaya Hospital.
"Baik dokter, terimakasih. Kalau begitu saya pamit keluar dokter" balas orang tua pasien dr. Rama
"Iya ibu, semoga lekas sembuh dan ceria lagi ya Kania" dr. Rama melambaikan tangan pada balita kecil yang barusaja diperiksa olehnya.
"Kania pasien terakhir kan sus? Atau masih ada lagi?"
"Nanti siang setelah jam makan siang apa masih ada pasien yang harus saya periksa?" Tanya dr. Rama pada suster Siska yang berjaga dan mendampingi praktek dr. Rama pagi hari ini.
"Kania pasien terakhir dok, dan setelah jam makan siang berakhir jadwal dokter kosong tapi.."
"Syukurlah, saya bisa pulang lebih awal kalau begitu sus" sela dr. Rama tanpa membiarkan suster Siska menyelesaikan perkataannya terlebih dahulu.
"Maaf dok, setelah jam makan siang berakhir dokter memang tidak ada jadwal praktek lagi karna jadwal semua dokter memang dikosongkan dok. Pemberitahuannya juga mendadak pagi ini dok, instruksi langsung dari Pak Bimo." Tambah suster Siska yang akhirnya bisa menyelesaikan perkataannya.
"Sengaja dikosongkan?" Tanya dr. Rama lagi untuk lebih meyakinkan dan dijawab anggukan oleh suster Siska.
"Kenapa? Ada acara apa? Tanya dr. Rama yang rupanya masih penasaran
"Acara pengenalan pengganti Pak Bimo sebagai Direktur Utama dok, dan menurut gosip yang beredar pengganti Pak Bimo ini putrinya sendiri loh dok. Masih muda dan cantik, single lagi sama kayak dokter Rama" jelas suster Siska dengan senyum lebarnya.
"Menurut gosip? Suster Siska masih ada waktu untuk bergosip?" Tanya dr. Rama yang terlihat seperti tidak habis pikir dengan kelakuan suster Siska"
"Gosip itu penting dokter, kalau saya tidak bergosip dokter tidak akan tau berita penting ini" balas suster Siska yang tidak mau kalah.
"Ya ya terserah suster Siska saja. Saya mau keluar dulu ya mau cari makan siang" dr. Rama berlalu meninggalkan suster Siska sambil geleng-geleng kepala merasa tidak habis pikir dengan kelakuan rekan kerjanya yang selalu menganggap gosip itu penting.
*
Disaat Rama berjalan menuju kafetaria, dia terlalu fokus sampai tidak sengaja menabrak seorang wanita yang sepertinya juga terlihat sedang terburu-buru sehingga tidak fokus terhadap jalan yang ada didepannya. Saat mata mereka saling bertemu, Rama seakan tersihir oleh kecantikan wanita tersebut sehingga membuat dia melamun untuk beberapa detik. Bahkan lambaian tangan wanita tersebut belum bisa menyadarkan Rama dari rasa terpana nya, sampai akhirnya dia sadar setelah perempuan tersebut beberapa kali menepuk pelan bahunya, wanita itu pergi sambil tersenyum tipis pada Rama. Saat perempuan itu pergi dari hadapannya, Rama menoleh sambil memegangi dadanya. Ada yang aneh dengan hatinya, kenapa hatinya berbunga-bunga seakan mendapatkan hadiah tak terduga dan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Siapa dia? Kenapa senyumnya begitu menenangkan. Akankah itu dia?" Gumam Rama dalam hati dengan senyum yang tidak pernah pudar dari bibirnya.
"Setelah ini kisah cinta Rama dan Rania akan segera dimulai"
bersambung....