"Perkenalkan nama saya Rania Dewi Anjani, putri tunggal bapak Bimo Atmajaya sekaligus kandidat yang akan menggantikan beliau untuk menjabat sebagai Direktur Utama di Atmajaya Hospital beberapa Minggu lagi. Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik untuk lebih memajukan rumah sakit ini sehingga Atmajaya Hospital bisa menjadi yang pertama dikalangan masyarakat luas sebagai sarana kesehatan yang akan mereka pilih nantinya." Ujar Nia dengan begitu tegas dan percaya diri dari atas podium yang diikuti dengan riuh tepuk tangan para staf dan tenaga medis yang bekerja di Atmajaya Hospital.
Setelah mengucapkan beberapa kata, Nia akhirnya mengakhiri sesi perkenalannya. Nia mengedarkan pandangan sebelum turun dari podium dan sempat tatapannya bertemu dengan tatapan seseorang yang terlihat teduh. Untuk sesaat Nia terpana oleh tatapan orang tersebut, entah mengapa Nia merasa orang itu memberikan sebuah senyuman yang sedikit janggal kepadanya. "Senyum yang aneh tapi terlihat begitu tulus" pikirnya dalam hati.
*
Diseberang sana terlihat seorang dokter muda nan tampan tampak begitu serius menyimak setiap kata yang diucapkan oleh seorang wanita cantik yang sedang memperkenalkan diri didepan sana. Dia tidak menyangka akan bertemu kembali dengan sosok wanita yang sudah hampir memenuhi sebagian dari otaknya. Sedari tadi dia sibuk memikirkan wanita itu sehingga tidak bisa fokus ke hal lain lagi bahkan acara makan siangnya pun berantakan dan dia berakhir dengan tanpa malan apapun sampai sekarang. Semua itu karna otaknya terus memikirkan sosok wanita yang baru saja dia ketahui bernama Rania Dewi Anjani, putri tunggal Direktur Utama di rumah sakit tempatnya bekerja.
"Kebetulan macam apa ini?"
"Apakah aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama?"
"Mungkinkah kita bisa berjodoh?" Tanya dr. Rama dalam hati yang lebih ditujukan untuk dirinya sendiri.
"Terlalu awal memang jika menyebut perasaan itu adalah cinta, mengingat kita baru sekali bertemu dan bahkan belum sempat berkenalan. Tapi apa ini? Kenapa kamu tidak mau hilang dari fikiranku? Senyummu, kenapa begitu manis. Membuat aku tidak bisa memalingkan wajah dari memandang wajahmu" ucap dr. Rama sambil mulai tersenyum senyum tidak jelas.
"Cantik" gumam dr. Rama sambil terus mempertahankan senyum dibibirnya.
"Siapa yang cantik dokter?" Tanya dr. Saka, teman sejawat dr. Rama yang kebetulan duduk disebelah dr. Rama.
"Ohhh.. itu Bu Rania" dr. Rama menjawab dengan begitu polos.
"Hah???.. Bu Rania" dr. Saka terlihat kaget mendengar jawaban jujur yang keluar dari mulut dr. Rama, dia tidak menyangka akan mendengar rekannya secara terang-terangan memuji putri Direktur mereka yang sebentar lagi akan menggantikan posisi Pak Bimo sebagai Direktur Utama yang artinya Bu Rania akan menjadi bos mereka beberapa minggu lagi.
"Jadi apakah Bu Rania ini yang membuat dr. Rama gagal fokus sedari tadi dan hanya fokus ke Bu Rania seorang sejak dia naik ke atas podium?" Lanjut dr. Saka yang sepertinya masih penasaran dengan sikap aneh yang ditunjukkan dr. Rama sejak tadi. Fokus kedepan dan senyum mengembang yang tidak pernah pudar dari bibirnya.
"Tanda-tanda kebucinan ini mah" lirihnya dalam hati.
dr. Rama hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan dr. Saka tanpa berniat menjawab pertanyaannya dengan sepatah katapun, karna kini ia kembali fokus pada sosok wanita yang tanpa dia sadari sudah mengisi kekosongan dihatinya sejak pertemuan pertama mereka tadi siang.
*
"Salam kenal, saya Rania biasa dipanggil Nia" ujar Nia sambil mengulurkan tangan pada segerombolan dokter yang masih tinggal di aula setelah acara pelantikan Nia sebagai Direktur Utama di Atmajaya Hospital selesai.
dr. Tiwi yang menyambut uluran tangan Nia lebih dulu sambil menjawab dan tersenyum ramah "Tiwi, dokter Gigi di Atmajaya Hospital."
"Saka, dokter jaga IGD di Atmajaya Hospital. dr. Saka memperkenalkan diri, bergantian hingga tiba giliran dr. Rama yang memperkenalkan diri.
"Rama, Dokter Spesialis Anak di Atmajaya Hospital" ucap dr. Rama yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya karena bisa berkenalan secara langsung dengan sang pujaan hati.
Sikap dr. Rama membuat Nia mengerutkan kening bingung, "Seperti ada yang aneh dengan sikap dr. Rama, senyum itu. Ah iya aku ingat, senyum itu milik seseorang yang aku lihat tempo hari saat papa mengajakku pertama kali ke rumah sakit ini. Senyum yang menurutku begitu tulus, atau mungkin dia tipe orang yang ramah sehingga mudah menebarkan senyum untuk semua orang? Gumam Nia dalam hati.
"Nama yang bagus" lirih Nia tanpa sadar yang menimbulkan kerutan didahi dr. Rama.
"Maksud Bu Nia nama saya?" Tanya dr. Rama dengan sedikit tidak percaya pada apa yang didengarnya.
"Ehhhh oh iya iya, nama dr. Rama bagus" terang Nia dengan gugup dan sedikit salah tingkah karna kedapatan telah memuji karyawan ayahnya secara terang-terangan.
"Kalau begitu saya pamit kembali ke ruangan, masih ada yang harus saya urus. Permisi" Nia yang tidak tahan dengan kecanggungan yang sudah dia ciptakan memilih untuk berlalu meninggalkan gerombolan para dokter yang masih menatap aneh ke arahnya.
"Bodoh, bodoh, bodoh, bisa-bisanya kamu mempermalukan dirimu sendiri Nia, di hari pertama kamu memimpin pula. Benar-benar bodoh" rutuk Nia dalam hati sambil terus berjalan tanpa memperdulikan seseorang yang sedang tersenyum geli karena melihat sikapnya yang menurutnya sedikit lucu.
"Pepet terus jangan sampai keduluan yang lain" ujar dr. Saka yang rupanya memperhatikan dr. Rama yang tidak bisa lepas barang sedetikpun pandangannya dari Nia secara diam-diam.
"Kamu bantu doa ya Sak, semoga wanita itu adalah dia. Wanita yang selalu aku tunggu-tunggu kehadirannya dalam hidupku" jawab dr. Rama sambil terus mempertahankan senyuman dibibirnya.
"Pasti Ram, semoga kalian benar-benar berjodoh dan jalan kalian untuk bersatu dipermudah oleh Allah SWT, amin"
"Amin Amin Ya Allah, terimakasih Sak" ucap dr. Rama dengan tulus sambil menoleh ke arah dr. Saka yang juga menampilkan senyum tulus untuk sahabatnya itu.
"Rania aku yakin kamu orangnya, wanita pencuri hatiku sejak pertama kita bertemu. Rania, namamu sudah berhasil mengisi kekosongan dihatiku, dan sudah aku tempatkan ditempat yang paling spesial didalam hatiku. Rania, kamu adalah wanita yang selalu aku doakan untuk hadir dihidupku, menjadi wanita yang sangat aku cintai setelah ibuku. Terimakasih karna sudah hadir dalam hidupku, aku berjanji akan memperjuangkan mu sampai kita bisa hidup bersama hingga maut memisahkan."
"Tanpa Rania sadari, setelah ini hidupnya akan terus terhubung dengan Rama. Dan tanpa Rama sadari pun cintanya untuk Rania telah tumbuh begitu dalam sejak pertemuan pertama mereka. Berkat cinta itulah yang akhirnya mengantarkan Rama pada titik ini, titik dimana dia berjanji akan mencintai Rania sepenuh hati dan akan memperjuangkan Rania apapun yang terjadi sampai Rania menjadi miliknya Selamanya."
bersambung....