Terkejut

1357 Words
"Jadi dr. Rama sudah lama mengenal Rania?" Tanya ayah Rania saat mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama di rumah Rania. Tadi saat Bimo memergoki putrinya pulang diantar oleh lelaki asing, Bimo mencoba untuk mencari tahu siapa lelaki itu, dan ternyata lelaki yang mengantar Rania pulang adalah dr. Rama, salah satu dokter yang bekerja di rumah sakit miliknya. Tanpa basa-basi Bimo langsung mengajak dr. Rama untuk ikut mampir sekaligus makan malam bersama sebagai tanda terima kasih karna sudah mengantarkan putrinya pulang ke rumah dengan selamat. "Kita sudah saling kenal dari pertama Bu Rania ke rumah sakit Pak, tapi hanya sebatas kenalan saja. Kalau untuk pulang bersama, baru hari ini Pak. Karna tadi saya liat Bu Rania sendirian di pinggir jalan sedang menunggu taksi jadi saya tawari untuk pulang bersama, kebetulan saya juga mau pulang Pak. Jadi sekalian" jawab dr. Rama. "Oooo begitu" bimo angguk-angguk kepala mendengar penjelasan dr. Rama. "Ehmm.. Pak Bimo saya izin pamit pulang sudah jam 8 malam rupanya" pamit dr. Rama seraya melihat jam di pergelangan tangannya dan langsung berdiri. "Kok buru-buru dokter? Rumah dokter di komplek ini juga kan? Bimo ikut berdiri, begitupun dengan Rania. Ayah Rania rupanya masih ingin menahan dr. Rama dirumahnya lebih lama lagi. "Ahh iya Pak, rumah saya ada dikomplek perumahan ini. Cuma sekarang sudah malam, saya gak enak kalau terlalu lama bertamu, barangkali Pak Bimo dan Bu Rania ingin segera istirahat" "Oohhh ya sudah, sekali lagi terimakasih ya kamu sudah mengantar Rania pulang dengan selamat. Rania coba kamu antarkan dr. Rama sampai depan rumah ya" perintah Bimo kepada Rania yang hanya berdiri diam disampingnya sejak tadi dan hanya menyimak obrolan mereka. "Iya pa" jawab Rania acuh tak acuh dan lebih memilih untuk keluar ruangan lebih dulu dan diikuti oleh dr. Rama setelah sebelumnya mengucapkan permisinya lagi kepada Bimo yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Bimo. Sepeninggal Rania dan dr. Rama, Bimo kembali duduk disofa sambil merenung "sepertinya aku sudah menemukan orang yang tepat untuk menggantikan posisiku mendampingi Rania nanti" batin Bimo sambil tersenyum. * "Saya pulang dulu ya Bu Nia, terimakasih untuk makan malamnya. Permisi" pamit dr. Rama kepada Rania yang sudah mengantarkannya sampai teras rumah. "Iya dokter sama-sama, terimakasih juga karna dokter sudah mengantarkan saya tadi" "Iya sama-sama Bu Nia, saya pulang dulu ya" pamit dr. Rama sekali lagi seraya melangkah menuju mobilnya yang terparkir di samping rumah Rania. "Hati-hati dokter.." dr. Rama menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, untuk sesaat dia terpana. Karna rupanya Rania mengucapkan itu sambil tersenyum tulus ke arahnya. "I-iya Bu Nia" dr. Rama sampai tergagap karna terlalu terkejut dan tidak menyangka bahwa Rania akan mengucapkan kata seperti itu. "Sekali lagi saya permisi bu" Rania hanya mengangguk untuk menanggapi perkataan dr. Rama. "dan sepertinya aku bisa tidur nyenyak malam ini, teramat nyenyak malahan.."batin dr. Rama seraya terus melangkah dan tidak lupa pula dengan senyum yang tetap tersungging di bibirnya. Sesampainya di rumah, dr. Rama langsung menuju kamarnya. Dia berniat untuk membersihkan diri dan segera tidur. Berharap Rania akan hadir di mimpi nya. Namun kenyataan yang terjadi malah sebaliknya, dr. Rama tidak bisa tidur sepanjang malam. Ada semacam perasaan aneh dalam dirinya yang membuatnya jadi gelisah. Sampai akhirnya dia meyakini satu hal, bahwa perasaan nya untuk Rania teramat dalam dan dr. Rama sudah tidak sanggup untuk memendamnya sendirian. Dia bertekat untuk memberitahu Rania tentang perasaan nya nanti, secepatnya Rania harus tahu bahwa dr. Rama sangat mencintainya dan berniat untuk menjadikan Rania sebagai istri satu-satunya. "Lebih cepat lebih baik." Pikir dr. Rama. * "Jadi kamu berniat nyatain perasaanmu hari ini?" Tanya dr. Saka saat dr. Rama mampir ke ruangannya pagi ini. Tadi saat dr. Rama melewati ugd dia menyempatkan untuk mampir ke ruangannya, menyapa dr. Saka atau lebih tepatnya mau curhat ke dr. Saka sebelum jam prakteknya dimulai. "Iya, aku udah gak tahan mendam perasaan ini sendiri Sak. Doain ya semoga semua lancar hari ini dan berakhir dengan hasil yang memuaskan" "Amin, tentu aku pasti doain yang terbaik buat kamu. Tapi kamu yakin Bu Nia mau sama kamu?..." "Sembarangan..." Sahut dr. Rama tidak terima. "Maksudnya kamu kan belum mengenal secara lebih dekat dengan Bu Nia, apa enggak aneh kalau kamu tiba-tiba ngomong kamu suka sama dia?" "Ya aku tinggal ngomong kalau aku udah jatuh cinta sama dia saat pertama kali kita ketemu" "Cinta pada pandangan pertama?? Ck..ck.. kamu masih percaya ada cinta pada pandangan pertama?" "Kenapa enggak? Aku udah ngalamin sendiri. Ya wajar kalau kamu gak percaya, kamu kan belum pernah ngalaminnya" "Dasar.... Ya oke oke aku percaya. Buktinya kamu sampai berkelakuan aneh kayak gini" ucap dr. Saka tanpa dosa. "Enak aja, aku doain ya kamu nanti bakal lebih aneh dari aku kalau ketemu sama seseorang yang kamu cintai" sahut dr. Rama yang tidak terima dengan perkataan dr. Saka. "Enggak bakal Ram, aku itu jauh lebih waras daripada kamu" "Kita liat aja ntar" "Kalau aku sampe gila, itu tandanya kamu lebih gila lagi Ram. Hahahahahha" dr. Saka tertawa puas melihat muka dr. Rama yang terlihat kusut. "Emang gak seharusnya aku cerita ke kamu Sak, bukannya didengerin bener-bener dan ngasih semangat, ini malah ngatain terus kemana-mana pula pembahasannya." dr. Rama geleng-geleng kepala dengan kelakuan dr. Saka yang jahil. "Maaf-maaf, jadi rencana kamu gimana nanti?" Tanya dr. Saka yang mulai serius. "Rencananya nanti aku mau ajak dia keluar untuk makan malam, dan....." Ucapan dr. Rama berhenti karna dr. Saka memotong perkataannya. "Dan kamu mau nikah sama aku Nia?" dr. Saka mencoba untuk menggoda dr. Rama sambil menaik turunkan alisnya. "Serius Saka.." ucap dr. Rama yang mulai kesal dengan kelakuan dr. Saka. "Iya iya Ram, becanda aja tadi. Jangan emosian gitu lah. Udah lanjut-lanjut" dr. Rama yang mulai kehilangan kesabaran memilih untuk secepatnya mengakhiri percakapan ini. Kalau tidak dia yakin sampai jam prakteknya habis pun dia akan tetap disini karena dr. Saka yang tidak pernah menganggap serius perkataannya. "daripada aku gak selesai-selesai disini, mending aku kasih kesimpulannya aja. Kalau gak bisa-bisa aku gak praktek hari ini gara-gara ngeladenin kekonyolannya Saka" batin dr. Rama. * tok... tok.... Terdengar pintu ruangan Rania diketuk dari luar. "Masuk.." sahut Rania dari dalam ruangan. "Selamat sore Bu Nia, boleh saya masuk" dr. Rama menyembulkan kepala setelah pintu sedikit terbuka. "dr. Rama???" Kaget Rania seakan tak percaya kalau dr. Rama yang mengetuk pintu ruangannya. "Boleh saya masuk bu?" Ulang dr. Rama. Rania yang tersadar dengan suara dr. Rama hanya bisa tersenyum kaku sembari mengangguk kan kepala. "Silahkan masuk dok" "Bu Nia masih sibuk? Saya ganggu waktunya gak?" "Lumayan dokter, tapi gak ganggu kok karna ini udah mau selesai pekerjaannya" "Habis ini mau langsung pulang atau gimana bu?" "Langsung pulang dokter, ehh iya tumben dokter mampir ke ruangan saya. Apa ada sesuatu yang penting dok?" Tanya Rania, rupanya dia mulai penasaran apa yang membuat dr. Rama mampir ke ruangannya sore ini. "seperti ada yang aneh" batin Nia dalam hati. "Saya sebenarnya mau ngajak bu Nia keluar malam ini..." Sontak Rania mengerutkan kening mendengar perkataan dr. Rama. "Ada suatu hal penting yang mau saya bicarakan sama ibu" lanjut dr. Rama. Untuk sesaat Rania hanya diam sambil terus menatap wajah dr. Rama, ada sesuatu yang menganggu pikirannya. "seberapa penting hal itu sampai harus dibicarakan berdua?" Rania makin penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh dr. Rama. "Jadi gimana bu? Bu Nia mau kan keluar malam ini dengan saya? Tanya dr. Rama lagi karna sebelumnya tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Rania. "Apa harus keluar dok? Bagaimana kalau ngomong disini saja? Tawar Rania yang merasa belum terlalu akrab dengan dr. Rama sehingga merasa enggan untuk di ajak keluar berdua saja. "Jadi bu Nia maunya saya ngomong disini ya...?" "Iya dok.." sahut Rania cepat memotong perkataan dr. Rama. "Saya suka sama bu Nia, apakah bu Nia mau menikah dengan saya?" Tanya dr. Rama langsung pada intinya yang tentunya membuat Rania kaget. "A-apa dok? Apa saya tidak salah dengar? Rania masih tidak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya. "Tidak bu, bu Nia tidak salah dengar dan saya serius dengan perkataan saya, kalau bu Nia tanya kenapa? saya juga tidak tahu karna rasa itu datang dengan sendirinya sejak pertama kali kita bertemu" terang dr. Rama sambil tersenyum, sedangkan Rania hanya diam sambil mengamati wajah dr. Rama. "jadi ini alasan dibalik sifat anehnya selama ini?" Batin Rania dalam hati. bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD