Pernyataan dr. Rama kemaren sore membuatku terkejut sekaligus gelisah, meskipun aku sudah menduga bahwa dr. Rama akan menyampaikan sesuatu hal yang penting dalam tanda kutip diluar kerjaan, tapi aku tidak menyangka bahwa dr. Rama akan mengutarakan perasaannya padaku kemaren.
Aku memang sudah merasa ada yang aneh dengan sikap dr. Rama kepadaku, dia memang sedikit perhatian, tapi aku benar-benar tidak menduga kalau alasan dia melakukan itu karna dia punya perasaan lebih terhadapku.
Dan yang lebih membuatku gelisah adalah dia ternyata serius ingin menjadikan aku istrinya, sangat serius malahan.
Kemaren saat dr. Rama mengungkapkan perasaannya, dia bertanya apa jawabanku. Dan dengan konyolnya aku malah memberi jawaban yang membuatku makin terjebak dengan situasi ini.
Kalian tahu apa yang aku katakan kemaren?
Aku mengatakan kalau dr. Rama memang serius, dr. Rama harus berani meminta langsung kepada papaku. Awalnya aku mengira dr. Rama tidak mungkin berani menemui papa meskipun mereka sempat bertemu sebelumnya tapi rupanya aku keliru. Aku tidak mempertimbangkan akibatnya saat memberi jawaban itu, kalau dr. Rama memang benar-benar orang yang pantang menyerah. Dan bisa kalian tebak bukan apa tanggapan dr. Rama atas jawabanku kemaren?
Ya itu benar, dr. Rama menyanggupinya. Dia bahkan berniat untuk menemui papa dan mengutarakan keinginannya untuk meminangku akhir pekan ini.
Urrggggghhhh aku benar-benar terjebak.
Aku bingung bagaimana harus menggagalkan ini semua, sementara dr. Rama sudah menghubungi papa untuk minta bertemu akhir pekan. Yang bisa aku lakukan sekarang adalah berdoa, semoga papa menolak lamaran dr. Rama atau seenggaknya beliau menanyakan kesediaanku terlebih dahulu sebelum menerima lamaran dr. Rama, tapi rasanya itu adalah hal yang sulit mengingat percakapanku dengan papa saat ini, beliau terlihat sangat menyukai dr. Rama dan sangat antusias ketika aku memberi tahu maksud dr. Rama kerumah akhir pekan nanti.
"Papa gak nyangka kalau dr. Rama ternyata suka sama kamu" Bimo akhirnya bersuara setelah dari tadi hanya menyimak penjelasan Rania tentang maksud kedatangan dr. Rama ke rumahnya akhir pekan nanti.
"Sama pa aku juga terkejut..." Ucapan Rania terputus karna Bimo menyela perkataannya.
"Kalau kamu sendiri gimana Nia? Kamu juga suka sama dr. Rama? Rania hanya menggeleng sebagai respon pertanyaan papanya.
"Kenapa? Apa yang kurang dari dr. Rama? Dia dokter di rumah sakit kita dan yang paling penting papa mengenalnya dengan baik. Jadi apalagi?"
"Ini perkara hati pa, sulit, gak bisa dipaksa. Apalagi ini soal masa depan, aku gak mungkin menerima dr. Rama jadi suami aku hanya karna dia dokter di rumah sakit kita. Tidak bisa semudah itu pa, dan yang paling penting aku gak ada rasa apapun untuk dr. Rama."
"Perasaan itu bisa tumbuh seiring berjalannya waktu Nia, kamu bisa mencoba membuka hati untuk dr. Rama kalau..." Kali ini perkataan Bimo yang terputus karena Rania menyela omongannya.
"Paaaaaaa...." Rengek Rania.
"Ya sudah, jadi mau kamu gimana?"
"Itu tujuan ku kenapa aku menceritakan ini lebih awal sama papa. Aku mohon papa mau bantu aku untuk nolak lamaran dr. Rama nanti."
"Kalau kamu gak suka sama dr. Rama kenapa gak kamu tolak dari awal?" Pertanyaan Bimo membuat Rania tidak berkutik dan Rania hanya bisa menjawab, "aku gak bisa nolak dr. Rama secara langsung karenaa..."
"Karena apa Rania?" Sela Bimo yang makin penasaran dengan apa yang akan diucapkan oleh putrinya.
"...karena aku bilang sama dr. Rama kalau dia serius dia harus berani minta langsung ke papa." Jawab Rania pada akhirnya.
Bimo menghembuskan nafas pelan setelah mendengar jawaban Rania "Cobalah untuk bertanggung jawab dengan apa yang sudah kamu lakukan Nia, kamu yang sudah membuat dr. Rama melangkah sejauh ini. Jadi harus kamu sendiri yang memberi alasan kenapa kamu menolak dr. Rama, padahal di awal kamu seperti memberi harapan untuk dr. Rama dengan menyuruh dia menemui papa. Dia pasti berfikir kalau kamu juga menyukainya makanya kamu minta dia langsung menemui papa."
"Aku tau aku salah pa, tapi apa papa gak bisa bantu aku? Sekali ini aja pa" Rania mengucapkan itu dengan wajah yang menunduk putus asa berharap Bimo bersedia membantunya.
"Papa akan membantu kamu Nia.." sontak Rania mengangkat kepalanya, dia menatap ayahnya dengan hati yang gembira.
"akhirnya papa mau bantu aku.." batin Rania.
"....tapi harus kamu sendiri yang memberi alasan ke dr. Rama kenapa kamu menolaknya" ucapan Bimo sukses membuat pundak Rania terjatuh, tubuhnya lemas. Harapannya untuk terbebas dari masalah rupanya sia-sia belaka. "Karna kamu tahu sendiri, papa menyukai dr. Rama dan papa berharap kalau kamu bisa menikah dengan dr. Rama. Jadi tidak ada alasan papa untuk menolaknya" tuntas mengatakan itu, Bimo langsung berdiri dan bergegas untuk meninggalkan Rania sendiri dengan kebingungannya.
"ternyata benar, papa menyukai dr. Rama. Makin sulit untuk aku terhindar dari masalah ini...."
*
Ahhhh lega sekali rasanya ketika satu beban dipundakku sudah terangkat, ya memang belum sepenuhnya tapi setidaknya aku masih mempunyai harapan untuk ini semua berjalan sesuai dengan yang aku inginkan.
Ya kemaren akhirnya aku bisa mengungkapkan semuanya tentang perasaanku terhadap Rania, meskipun Rania tidak memberi jawaban secara langsung apakah dia mempunyai perasaan yang sama denganku atau tidak tapi mendengar kata apa yang keluar dari mulutnya aku bisa sedikit mengartikan bahwa dia mempunyai sedikit rasa untukku.
Dia ingin aku serius dengan menemui papanya secara langsung dan aku akan melakukan itu dengan sepenuh hati karna memang momen itulah yang aku tunggu-tunggu selama ini, memintanya untuk menjadi istriku langsung kepada orang tuanya.
Awalnya aku ingin mengajak Rania keluar untuk makan malam yang sedikit romantis, ya seperti yang orang lain lakukan pada umumnya. Menyenangkan calon pasangan dan berakhir dengan pernyataan cinta.
Tapi rupanya Rania bukan orang yang mudah dibujuk, dia menolak ajakanku dengan alasan yang masuk akal menurut ku mengingat kita memang tidak terlalu dekat, jadi sedikit aneh memang kalau aku tiba-tiba mengajak dia keluar hanya berdua tanpa ada sesuatu dibalik alasan tersebut.
Tapi apapun itu, aku tetap bersyukur karna jawaban Rania yang diluar dugaan malah semakin mempermudah jalanku untuk meminangnya.
Dan disinilah aku sekarang, duduk di ruang tamu rumah Rania dan sedang berhadapan langsung dengan Pak Bimo dan tentunya ada Rania yang juga sedang duduk manis disebelah papanya.
"Jadi kedatangan dr. Rama malam karna ingin meminta izin untuk menikahi Nia, putri saya?"
dr. Rama mengangguk mantab sambil menjawab "benar pak"
"Kalian pacaran?"
"Tidak pak, saya yang lebih dulu menyukai bu Nia saat pertama kali kita bertemu"
"Lalu apakah dr. Rama tahu bagaimana perasaan Rania terhadap dr. Rama?" Tanya pak Bimo yang hanya dibalas gelengan kepala oleh dr. Rama.
"Sejujurnya saya juga tidak tahu bu Nia menyukai saya juga atau tidak karna waktu saya menyatakan perasaan saya, bu Nia tidak menjawab apa-apa selain kalau saya serius saya harus meminta langsung kepada pak Bimo. Dari situ saya tahu tahu kalau bu Nia tidak suka bermain-main dan saya memang tidak ada niat untuk bermain-main jadi saya memberanikan diri kesini untuk meminta izin pak Bimo secara langsung untuk menikah dengan bu Nia. Saya rasa ada sedikit harapan untuk saya mengingat jawaban apa yang bu Nia berikan waktu itu."
"papa benar, dr. Rama mengira kalau aku juga mempunyai perasaan yang sama dengan nya" batin Rania.
"Saya sebenarnya senang ada laki-laki yang serius dengan putri saya, apalagi saya mengenal laki-laki itu. Tapi mendengar cerita dari dr. Rama tadi bahwa kalian tidak ada hubungan apapun sebelumnya membuat saya tidak bisa egois dengan memaksa Rania untuk menikah dengan dr. Rama. Saya harus menanyakan kesediaan Rania terlebih dahulu, kalau Rania bersedia dengan senang hati saya merestui hubungan kalian. Tapi kalau Rania tidak bersedia, tentu dr. Rama tahu apa jawaban saya." Jelas pak Bimo panjang lebar yang sukses membuat kaget keduanya. Rania kaget karna tidak menyangka ayahnya akan berbicara seperti itu, dia fikir ayahnya akan langsung menerima lamaran dr. Rama mengingat ayahnya sangat menyukai dr. Rama dan tidak ada alasan untuk menolaknya, sedangkan dr. Rama kaget karna tidak menyangka bahwa Bimo akan memberikan restu semudah itu apabila Rania menerima lamarannya. Sekarang dr. Rama semakin yakin bahwa jalannya untuk menikahi Rania akan semakin mudah, dan sekarang dia tidak sabar untuk mendengar jawaban Rania.
"semoga rania juga mempunyai perasaan yang sama denganku" harap dr. Rama dalam hati.
Bimo menoleh ke arah Rania "Sekarang papa serahkan semuanya sama kamu Nia, kamu yang akan menjalani pernikahan ini nantinya dan papa tidak berhak untuk memaksa kamu mengatakan ya kepada dr. Rama. Apapun keputusan kamu, papa sangat menghargai itu"
"aku sudah terlalu jauh melangkah, dan aku tidak bisa mundur lagi. Aku harus menghadapi ini apapun resikonya nanti, karna aku sudah memutuskan untuk memilih jalan hidup seperti ini demi kebahagiaan semua, demi papa dan demi dr. Rama" tekad Rania dalam hati.
Sambil tersenyum Rania menjawab " Terimakasih pa, karna papa sudah memberikan aku kesempatan untuk menentukan sendiri apa yang menjadi pilihanku. Papa benar, tidak ada yang bisa memaksaku karna ini adalah hidupku dan aku yang akan menjalani nya nanti, jadi aku harus bahagia dengan keputusan yang akan aku ambil hari ini tanpa boleh menyesal sedikitpun dikemudian hari.." Rania tidak sanggup menahan air matanya untuk menetes, sambil menyeka air matanya dia menoleh ke arah dr. Rama untuk melanjutkan perkataannya "Dan untuk dr. Rama, terimakasih karna dr. Rama sudah serius dengan perkataan dr. Rama kemaren, saya sangat menghargai itu. Tapi kembali lagi ke pernyataan saya barusan bahwa ini adalah hidup saya, maka saya yang akan menentukan mau menikah dengan siapa, dan saya harap apapun keputusan yang saya ambil setelah ini, dr. Rama bisa menerima dengan hati yang ikhlas apabila jawaban saya tidak sesuai dengan yang dr. Rama harapkan."
"Disini, disaksikan oleh papa kandung saya dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun saya memutuskan untuk.."
Rania menggantung ucapannya dan itu semakin membuat dr. Rama gelisah menantikan jawaban apa yang akan Rania berikan kepadanya.
"Ya Allah, hamba mohon kebaikanmu. Semoga pilihan hamba tepat, semoga kami berjodoh, dan semoga Rania juga mencintai hamba seperti hamba mencintai dia" doa dr. Rama dalam hati.
bersambung..