Three

2166 Words
Happy Reading^-^ Maaf kalau nemu typo yah Catherine menghentikan langkahnya di depan penjual surat kabar. Ada hal yang menarik perhatiannya. Di salah satu sampul surat kabar itu Catherine melihat foto Calvin terpajang disana. Dirinya mengernyit lalu meraih surat kabar itu. Setelah membayar harga surat kabar itu, Catherine langsung membaca artikelnya. "Calvin Myles, seorang pengusaha muda pertama di dunia bisnis real estate!?" gumam Catherine membaca judulnya.  Pandangan Catherine memperhatikan sekitarnya. Dia berjalan ke depan dan duduk di salah satu kursi yang ada di tepi jalan itu. Dirinya kembali membaca isi surat kabar yang ada di tangannya. "Pengusaha berusia 26 tahun. Calvin Myles yang akrab di panggil Calvin adalah cucu tunggal dari Mr. Myles, seorang pengusaha berlian terkenal di Kanada," Mr. Myles? batin Catherine mencoba berpikir. Dia merasa pernah mendengar nama itu. Ah, mungkin di acara televisi atau siaran radio. Catherine kembali membaca dengan bersuara. "Mr. Calvin Myles dikenal sebagai pengusaha terhebat. Banyak investor-investor yang ingin bekerja sama dengannya."  "Hebat? Apa pencetak surat kabar ini buta huruf? Dia adalah pengusaha yang tidak tahu sopan santun, berkata buruk dan juga berpikiran buruk. Berita yang tidak benar," gerutu Catherine setiap kali membaca kalimat yang tidak di setujuinya. Catherine meletakkan surat kabar itu di sampingnya lalu berdiri. Membaca berita yang dirasa tidak benar sesuai kenyataan itu membuat Catherine semakin kesal. Dia harus cepat-cepat mencari pekerjaan dan membuktikannya pada Calvin kalau dia bisa bekerja di psrusahaan lain. ~ Jayden masuk ke ruangan Calvin dan terkejut melihat pakaian lelaki itu basah. Calvin mendesah kasar dan melemparkan jasnya. Dia juga melepaskan dasinya dan tiga kancing atas pakaiannya. "Apa yang terjadi denganmu?" tanya Jayden penasaran karena melihat keadaan Calvin. "Pencuri sialan itu. Kutu kaki. Aku harus memberinya pelajaran." "Ku-kutu kaki?" tanya Jayden bingung. Kutu kaki? Calvin tidak mempedulikan Jayden yang dibuat bingung oleh ucapannya. Dia langsung menelepon sekretarisnya dan menyuruhnya untuk masuk ke ruangan. Tak menunggu lama Jillian masuk ke ruangannya dan ikut terkejut melihat keadaan Calvin. "Suruh untuk seluruh perusahaan di kota ini supaya tidak menerima Catherine Sea sebagai karyawan mereka. Katakan kalau si kutu kaki itu adalah seorang pencuri. Pastikan dia tidak akan mendapatkan pekerjaan apapun," perintah Calvin cepat. Jillian dan Jayden terkejut mendengar perintah Calvin. Terlebih Jayden, dia tidak menyangka masalahnya akan sepanjang ini. Calvin memang selalu membalas perbuatan seseorang, tapi itu hanya sekali dan setelah itu dia akan melupakannya. Bukan seperti sekarang ini, Calvin terus membalas perbuatan Catherine. Bukankah waktu itu Calvin sudah membawanya ke kantor polisi, walaupun Catherine pada akhirnya tidak di penjara tapi seharusnya Calvin sudah melupakan masalah itu.  "Calvin," panggil Jayden mencoba menyadarkan Calvin dari ucapannya. "Kau tidak mendengarku? Cepat lakukan," perintah Calvin kesal pada sekretarisnya itu.  Jillian menunduk sejenak lalu keluar dari ruangan Calvin. Jayden masih berdiri memperhatikan lelaki di dedepannya ini. Ada apa dengan Calvin? Tidak biasanya dia bersikap seperti itu.  "Calvin." "Keluarlah. Aku sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun," perintah Calvin dan menyalakan pendingin di ruangannya. Dia memutari meja dan duduk diam disana. Jayden menghela napas pelan lalu berbalik. Dia kembali menoleh ke arah Calvin sebelum keluar dari ruangan itu.  Calvin menghela napas panjang. Dia menoleh ke arah ponselnya yang berdering. Pasti kakeknya yang menghubunginya. Karena tidak ada selain kakek, Tom dan Jayden yang tahu nomer ponselnya. Dia meraih ponsel itu dan melihat nama kakeknya. "Iya Kakek," jawab Calvin lalu berdiri. Dia berjalan ke arah lemari es untuk mengambil minuman dingin. "Apa kau punya janji makan siang?" tanya Mr. Owen Myles "Tidak kakek, aku akan makan siang di ruanganku," jawab Calvin. Mr. Owen Myles terkekeh mendengar ucapan cucunya, "datanglah ke restoran tempat biasa kita makan. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Calvin memutar matanya. Dia sedang tidak ingin membahas masalah itu lagi, "kakek, aku kan sudah mengatakannya. Aku tidak ingin membahasnya lagi." "Lalu kapan? Aku tidak ingin dengar alasan apapun. Datanglah waktu makan siang," perintah Mr. Owen lalu mematikan sambungan teleponnya. Calvin mendesah. Dia menundukkan kepalanya dan menyanggahnya dengan satu tangannya. Kenapa kakeknya tidak pernah mendengarkannya? Calvin tidak ingin membahas masalah itu lagi. Baginya dia masih muda tapi kakeknya terus mendesaknya untuk menikah dengan wanita-wanita yang sudah di pilih oleh kakeknya itu.  Acara makan siang terakhir kali berakhir seperti biasanya. Calvin selalu diam tanpa mengatakan apapun pada wanita yang di ajak kakeknya itu untuk makan siang bersama. Hingga membuat wanita itu lelah bertanya pada Calvin dan Calvin sendiri tidak menjawab satupun pertanyaannya. Mr. Owen sebenarnya memaklumi sikap Calvin yang pendiam itu, karena buktinya sampai sekarang Mr. Owen hapal Calvin hanya punya dua teman saja di Kanada, Tom dan Jayden.  ~ "Selamat pagi," sapa Catherine pada resepsionist di sebuah perusahaan yang sedang membuka lowongan pekerjaan. "Selamat pagi, nona. Ada yang bisa saya bantu." "Aku melihat di depan kalau disini sedang membuka lowongan pekerjaan," ucap Catherine lalu memberikan berkas lamaran kerja pada resepsionist, "aku ingin melamar pekerjaan disini." "Baiklah, nona. Silakan tulis nama anda disini," resepsionist itu memberikan sebuah buku yang harus diisi oleh Catherine. Catherine mulai menuliskan namanya. Setelah itu Resepsionist menyuruh Catherine untuk duduk menunggu karena kebetulan pelamar langsung di wawancarai. Saat giliran Catherine masuk, dia berdiri di depan pintu itu, berharap semoga semuanya berjalan dengan lancar. "Selamat pagi, pak," sapa Catherine. "Selamat pagi, nona. Silakan duduk." Catherine duduk di depan lelaki itu. Lelaki berjas itu mulai membuka berkas yang di bawa Catherine. Saat Catherine memperhatikan lelaki itu sedang membaca namanya, Catherine mengernyit bingung karena tiba-tiba dia menutup berkas itu dan menatapnya. "Apa nama anda Catherine Sea?" tanya orang itu tiba-tiba. "Benar, pak. Nama saya Catherine Se ... " "Maaf nona, kami tidak bisa menerima anda. Anda bisa silakan pergi dari sini," potong lelaki itu lalu memberikan berkas itu pada Catherine. "A-apa? Tapi pak, anda belum membaca semua berkas itu. Anda baru membaca nama saya, bagaimana anda bisa ... " "Saya tahu nama anda, kami minta maaf karena tidak bisa terlalu lama membiarkan anda ada di sini. Anda bisa pergi sekarang." "Tapi, kenapa anda tiba-tiba seperti ini?" tanya Catherine tak setuju dengan sikap manajer perusahaan itu yang tiba-tiba berubah. "Kami tidak ingin kehilangan investor kami hanya karena menerima anda sebagai karyawan kami. Anda bisa pergi sekarang." "Tapi pak, anda tidak bisa seperti itu! Tolong, pak. Dengarkan saya dulu." "Satpam!" Manager itu memanggil satpam dengan keras. "Pak!" sentak Catherine. Dia tidak tahu apa alasan sebenarnya yang di miliki manajer itu. Tapi mengetahui manajer itu memanggil satpam demi untuk mengusirnya, membuat Catherine tidak bisa menahan emosinya. Manajer itu menatap Catherine, "anda tidak bisa mengenal seseorang hanya karena mengetahui nama orang itu. Jangan menilai seseorang dari namanya. Saya tahu nama saya tidak terkenal seperti investor-investor milik anda. Tapi, saya tidak terima jika anda bersikap kasar seperti itu hanya karena nama saya," ucap Catherine dan menatap tajam pada manajer itu. Dia meraih berkas miliknya dan berbalik meninggalkan ruangan itu.  Catherine keluar dengan penuh emosi. Dia tidak menyangka orang itu akan menghinanya seperti itu. Catherine kembali melanjutkan langkahnya mencari perusahaan lain. Dia yakin pasti akan ada perusahaan yang menerimanya. Dan pada akhirnya, Catherine akan bisa membuktikan pada Calvin kalau dia bisa mendapatkan pekerjaan.  ~ Calvin mulai memasuki restoran itu. Restoran tempat biasanya dia makan bersama dengan kakeknya dan tentunya dengan satu atau dua orang. Calvin mendesah pelan sebelum menghampiri meja dimana ada kakeknya, sepasang suami istri dan juga wanita yang seusia dengan Calvin. Biasanya orang akan mengobrol masalah perjodohan di waktu makan malam. Tapi Calvin sendiri jarang sekali makan malam, jadi kakeknya selalu meminta Calvin makan bersama saat makan siang.  Calvin duduk di kursi yang masih kosong. Letaknya persis di samping wanita muda yang terlihat cantik dengan polesan make up dan pakaian seksinya. Calvin duduk tanpa menyapa lebih dulu. Dia tidak biasa melakukan itu.  "Cucumu sangat tampan, Mr. Myles," puji Mr. Hester. "Dia memang tampan dan sedikit pemalu," jawab Mr. Myles disusul kekehan sepasang suami istri itu dan juga wanita yang ada di samping Calvin. Wanita di samping Calvin itu menoleh ke arahnya dan menatapnya. Dia mengulurkan tangannya seolah mengajaknya untuk berjabat tangan, "aku Angelina Hester, kau bisa memanggilku Angel atau Lina." Calvin diam dan tidak menerima jabatan tangan dari wanita itu. Dia hanya minum sesaat dan bermain dengan ponselnya. Angelina menipiskan bibirnya dan menurunkan tangannya. Dia tidak menyangka kalau Calvin akan mengabaikannya. Ini adalah pertama kalinya ada lelaki yang mengabaikan kecantikannya. Apa lelaki di sampingnya ini gay?  Mr. Myles hanya tersenyum tipis diikuti kedua orangtua Angelina, "Calvin orang yang pendiam. Jadi, maklumi saja kalau sikapnya seperti itu," ucap Mr. Myles mencoba memberikan pengertian. Angelina tersenyum, "tidak apa-apa kakek. Aku akan membuatnya menghilangkan sifat pendiamnya itu," ucap Angelina sembari melirik ke arah Calvin. Di dalam hati Angelina merasa kesal dan dongkol. Apa lelaki di sampingnya ini tuli atau suaranya terlalu kecil? Dia yakin Calvin bisa mendengar ucapannya. Tapi, kenapa lelaki itu tidak meresponnya sedikit pun?  "Aku harus cepat-cepat ke kantor Kakek. Aku pergi dulu," pamit Calvin dan berdiri. "Tunggu Calvin. Kau belum makan. Makanan kita juga belum sampai," Mr. Myles mencoba menahan Calvin. "Aku akan makan di kantor saja, permisi," pamit Calvin lalu pergi menjauh dari meja itu. Angelina memperhatikan Calvin hingga lelaki itu semakin menjauh. Bayangan Calvin sudah hilang sepenuhnya di ruangan restoran itu. Dan apa ini? Calvin pergi meninggalkannya? Angelina mengepalkan kedua tangannya lalu menegakkan tubuhnya. Apa saat ini Calvin sedang menghinanya? Kenapa lelaki itu pergi begitu saja?  ~ Catherine duduk di salah satu kursi yang ada di tepi trotoar. Dia menangis karena tidak bisa menahan emosinya. Kenapa lelaki itu tega melakukan hal ini padanya? Catherine sangat terkejut saat dia mendengar pengakuan dari salah satu manajer di perusahaan tempat Catherine akan melamar pekerjaan. Manajer itu mengatakan kalau dirinya adalah seorang pencuri sehingga manajer itu tidak mai menerimanya. Sudah kelima kalinya Catherine berkeliling dan yang terakhir itu membuat Catherine putus asa. Pantas saja setiap kali perusahaan itu tahu namanya, mereka tidak akan memberikan kesempatan pada Catherine untuk menjelaskan apapun. Ternyata ini penyebabnya.  Catherine mengelap airmatanya. Dia berdiri dan berjalan ke suatu tempat. Catherine memang harus membuat perhitungan pada lelaki itu. Karena lelaki itu dirinya tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali. Catherine mengepalkan kedua tangannya sembari mengambil langkah lebarnya. Dia yakin pasti dalang dari semua ini adalah Calvin. Karena lelaki itu yang hanya menuduhnya sebagai seorang pencuri. Saat Catherine sampai disana, dia langsung pergi ke ruangan Calvin. Catherine mengernyit karena tidak ada siapapun di ruangannya. Dirinya menghela napas saat sadar kalau sekarang waktunya istirahat makan siang. Sudah pasti Calvin tidak ada di ruangannya. Lelaki itu pasti sedang menikmati makan siangnya tanpa rasa bersalah, pikirnya.  Catherine pun turun dari lantai ruangan Calvin. Dia berniat akan menemui lelaki itu saat selesai jam makan siang. Catherine pun berdiri menunggu di depan gedung kantor itu. Dari kejauhan Catherine mulai melihat sebuah mobil yang mulai memasuki halaman kantor. Dia berlari ke arah mobil itu dan menghadangnya masuk ke tempat parkir. Dia yakin bahwa mobil itu adalah mobil Calvin. Ferrari hitam itu terlihat sangat bagus jika harus di miliki oleh seorang karyawan bukan? Catherine merentangkan kedua tangannya dan menatap ke arah mobil itu. Dia juga membuka kakinya seperti patung yang sedang menghalangi mobil itu lewat. Calvin menghentikan mobilnya lima meter di depan Catherine. Dia keluar dari mobil membuat Catherine menurunkan kedua tangannya. Calvin berdiri di samping mobilnya dan menatap Catherine yang dibalas tatapan tajam darinya. "Minggir," perintah Calvin datar. Catherine berkacak pinggang dan menggeleng, "aku tidak akan minggir sebelum kau menjelaskannya padaku!" Catherine membalasnya dengan suara keras. "Aku akan menabrakmu jika kau tidak mau minggir dari tempatmu." "Kenapa kau menghalangiku untuk mencari pekerjaan, hah!? Apa salahku padamu?! Aku tidak mencuri ponselmu dan kau masih saja menuduhku sebagai pencuri!" Calvin diam cukup lama memperhatikan Catherine sampai gadis itu selesai membentaknya, "minggir," perintah Calvin masih sama. "Aku sudah mengatakannya padamu kalau aku tidak akan minggir ataupun mundur, dasar tuli!" Calvin mengalihkan tatapannya. Saat ini dia sedang tidak ingin di ganggu siapapun. Tak lama Calvin kembali menatap Catherine. Tatapan Calvin mengintimidasi membuat Catherine menurunkan lengannya dan membalas tatapannya. "Aku akan mengatakannya. Karena kau seorang pencuri, kutu kaki," ucap Calvin lalu masuk kembali ke dalam mobilnya.  Calvin mulai menyalakan mesin mobilnya. Dia berjalan lurus ke arah Catherine dengan kecepatan tinggi seolah tidak ada orang di depannya. Catherine masih mematung di tempatnya. Ini sudah kesekian kalinya lelaki itu menuduhnya sebagai seorang pencuri. Catherine melamun hingga tak sadar Calvin bisa saja menabraknya. Catherine tertegun dari lamunannya saat jarak mobil Calvin semakin mendekat membuat dirinya tidak bisa menghindar karena terkejut. Bahkan Catherine tidak bisa berteriak. Dia hanya memejamkan matanya. Apa lelaki itu akan benar menabraknya?  Tubuh Catherine terjatuh. Wanita itu tak sadarkan diri tergeletak di sana. Calvin melanjutkan laju mobilnya hingga memasuki tempat parkir. Seperti tak terjadi sesuatu beberapa detik yang lalu, Calvin keluar dari mobil dengan tenang. Dia berjalan ke depan kantornya. Biasanya Calvin akan langsung menaiki lift menuju lantai ruangannya.  Calvin memperhatikan tubuh Catherine yang masih terbaring di tempatnya. Salah satu lutut wanita itu terlihat mengeluarkan darah. Mungkin akibat terserempet mobilnya. Calvin menunduk lalu menggendong Catherine masuk ke kantor. Kaki dan lengan Catherine dihiasi beberapa luka dan juga tinta darah.  Para karyawan yang baru pulang dari istirahat makan siangnya itu terkejut melihat Calvin menggendong seorang wanita menuju lift. Ini adalah pemandangan langka bagi mereka. Bahkan ini pertama kalinya para karyawan melihat Calvin membawa seorang wanita bahkan sampai menggendongnya.  ~ TBC ~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD