Kenyataan tak seindah harapan

1404 Words
Regina terdiam, ia menatap kosong saat penata rias tengah sibuk memperindah wajahnya. Ia tidak pernah merasa serendah diri ini dalam hidupnya. Ia memang tidak pernah peduli dengan hinaan orang-orang atas tubuh super besarnya ini, bahkan ejekan si preman kampus itu sekalipun. Akan tetapi sekarang, melihat gaun pertunangan yang tergantung dengan ukuran super jumbo, ia merasa sangat malu untuk memakainya. Ia merasa akan seperti badut yang siap menghibur orang-orang di acaranya nanti. Semua kekhawatiran di benaknya tiba-tiba muncul. Bagaimana kalau calon tunangannya itu lari saat melihatnya, bagaimana kalau dia menghina dirinya, bagiamana kalau pestanya hancur berantakan dan ayahnya kehilangan muka karena dirinya? “Hah…” ia mendesah panjang. “Nona Regina, coba buka matanya…” ucap salah satu penata rias yang sejak beberapa jam lalu merasa di dalam kamar untuk meriasnya. Dengan perlahan Regina membuka mata. Ia tertegun melihat hasil kerja penata rias itu, ia cukup takjub melihat wajahnya. Tapi tetap saja, hatinya masih merasa was-was kalau ia masih akan mendapatkan hinaan nantinya. “Andai ayah tidak menjodohkanku dengan siapa pun, andai ayah tidak merasa khawatir berlebihan padaku, aku tidak akan merasa tersiksa dan malu begini.” keluhnya dalam hati. Sementara itu, semua persiapan sudah siap, tamu undangan sudah datang. Tuan Agata, ayah Regina dengan senyum ramahnya menyambut para tamu undangan, ia tampak sangat bahagia dengan pertunangan putrinya. Betapa tidak, putri satu-satunya akhirnya bisa mendapatkan pasangan hidup. Kekhawatirannya selama ini akan berakhir, putrinya yang selama ini di olok-olok tidak akan mendapatkan seorang pasangan karena tubuhnya yang sangat gemuk, ternyata bisa bertunangan dengan salah satu putra tampan rekan bisnisnya. Orang-orang tidak akan menghina putrinya lagi. Kedua calon besannya pun tersenyum ke arahnya, ia benar-benar merasa lega sekarang, meskipun dalam hati kecilnya entah kenapa, masih ada yang terasa mengganjal. Akan tetapi semua itu tertutupi oleh kebahagiaan yang ia rasakan. “Semoga acara pertunangan anak-anak kita bisa berjalan dengan lancar, ya,” ucap tuan Agata. “Iya, Pak Agata. Putra kami tentunya akan sangat beruntung memilki calon istri seperti putrimu, iyakan, Ma?” ucap ayah Roland dengan penuh keyakinan. Ia pun menatap ke arah istrinya, sang istri mengangguk dan ikut tersenyum. Sementara itu, Roland masih terlihat berada di sebuah klub malam dan menikmati minuman dan teman gadisnya di sana. Sejak sore tadi dia berada di tempat ini. Ia tahu malam ini adalah acara pesta pertunangannya, dan terlambat sedikit lagi tidak akan menjadi masalah. Lagi pula, hanya tinggal tukar cincin lalu selesai. Sungguh sangat mudah mendapatkan uang di zaman sekarang. Tinggalmenikah dengan gadis kaya yang cantik pemiliki perusahaan besar, lalu bersenang-senang. Begitulah hidupnya yang penuh dengan kesenangan itu. “Jadi kamu mau bertunangan dengan perempuan lain?” seorang perempuan muda yang duduk di atas pangkuannya sambil meraba d**a Roland bertanya dengan memasang wajah cemberut. “Kau tenang saja, aku menikah atau tidak, tidak akan ada yang berubah, sayang. Kau akan terus menjadi kekasihku untuk selamanya. Dia hanya formalitas untuk mengembalikan kejayaan keluargaku saja. Setelah semuanya terkendali, dia tidak akan ada apa-apanya lagi,” ucap Roland sambil memeluk erat gadis cantik itu. “Baiklah, aku mempercayaimu. Lagi pula, secantik apapun perempuan itu, aku yakin tidak akan mengalahkan aku,” ucap gadis itu dengan percaya diri. “Tentu saja, sayang…” Roland mendekatkan bibirnya ke mulut gadis itu, tapi tiba-tiba… BRAAAKKK…!! Pintu terbuka dan 3 orang berjas hitam langsung menghampiri Roland. “Kami harus membawamu kembali ke acara pertunanganmu!” ucap salah satu pria bertubuh kekar itu. “Kalau aku bilang tidak ingin datang? Kalian mau apa?” Roland memancing. “Tentu saja kami akan memaksamu,” sahut salah satu pria itu. Mereka bahkan sudah siap menarik tangan Roland. “OK baiklah, baik. Kalian tidak perlu sampai memaksaku seperti itu. Aku akan ikut. Sayang, aku pergi dulu, ya. Kau juga harus pulang, ini hanya sebentar saja, aku pasti akan kembali padamu. I love you…” ucap Roland sambil mencium pipi kekasihnya. “I love you too…” balas gadis itu. Sepanjang perjalanan, Roland bersenandung, hatinya merasa senang karena sebentar lagi ia akan menerima uang. Padahal sebenarnya , tidak dibujuk pakai uang pun, ia akan setuju-setuju saja asal kesenangannya tidak terampas. Sebentar lagi anak manja calon tunangannya itu akan tunduk padanya dan akan memberikan semua yang ia minta. Setidaknya itulah pemahamannya tentang pernikahannya nanti. Roland masuk ke dalam kamar hotel dan mempersiapkan diri. Senyum seringainya terus menghiasi wajahnya yang tampan. Ia mengenakan jas berwana navi dengan dasi kupu-kupu. Penampilannya sangat sempurna dan elegan. “Baiklah, mari kita selesaikan secepatnya dan biarkan aku bersenang-senang setelah ini,” gumannya sambil melangkah keluar kamar. Roland melangkah dengan pasti menuju aula, tapi pada saat akan memasuki lift, ia kesulitan untuk masuk karena ada seseorang yang bertubuh super gemuk menghalangi jalannya masuk. Ia pun merasa sangat kesal. “Hei kau, kau bisa minggir tidak? Sudah tahu badannya sebesar gajah, malah berdiri menghalangi jalan,” tegurnya dengan kasar. Saat orang itu menoleh ke arahnya, Roland syok bukan main karena orang itu ternyata monster yang selalu ia bulli di kampus. “K..kau..? ternyata kau di sini? dan.. apa ini? kau memakai gaun seperti ini, buahah..ha..ha… kau… apa kau mau kondangan dengan memakai gaun ini? sebaiknya cepat ganti pakaianmu itu, kau sangat tidak pantas memakainya,” hina Roland sambil menahan tawanya. “Roland, jaga ucapanmu! Kau benar-benar sudah keterlaluan? Memangnya Regina sudah berbuat apa padamu sehingga kau tidak pernah berhenti menghinanya, hah?!” seorang gadis tinggi semampai yang sejak tadi menemani Regina menegurnya. “Kenapa dengan ucapanku memangnya? Itu faktanya, lihat saja nanti, jika dia muncul dengan penampilan seperti itu di pesta, monster ini akan menjadi bahan tertawaan. Aku hanya memberinya saran. Dan kau, kau itu terus mengikutinya karena dia kaya raya. Pasti kau juga sebenarnya tidak suka berteman dengannya, iya kan?! “Plak…!” sudah cukup kau menghinaku seperti itu. Jika aku mengabaikanmu saat kau menghinaku di kampus, itu karena aku sudah tidak peduli dengan semua ucapan sampahmu. Tapi hari ini, aku tidak akan membiarkan seorang pun memojokkanku di hari pertunanganku, kau mengerti?!” balas Regina dengan pedas. Tamparan tangan besar Regina terasa sangat sakit, wajah Roland jadi memerah. Ia tidak menyangka monster ini bisa menghajarnya seperti itu. “Kau berani memukulku? Dasar monster jelek! Apa katamu tadi, bertunangan? Siapa pria gila yang mau bertunangan dengan monster sepertimu? Aku rasa dia itu belum pernah sekalipun melihatmu, karena jika dia melihatmu nanti, sudah pasti dia akan lari terbirit-b***t karena ketakutan,” hina Roland lalu pergi meninggalkan tempat itu. Regina hanya bisa tertunduk, tangannya, mengepal menahan sakit di hatinya. Ia memang sudah terbiasa di hina oleh preman itu, tapi kali ini hinaannya sudah sangat keterlaluan. Air matanya mengalir. “Regi, jangan pikirkan ucapannya. Bagiku, kau adalah gadis cantik dan sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Berbesar hatilah seperti biasa, di pesta nanti, kaulah bintangnya, percaya padaku…” ucap sang sahabat dengan tulus. “Dia benar-benar kejam, Ta. Apa benar aku akan menjadi bahan tertawaan orang nanti? Bagaimana kalau itu ternyata benar?” Regina mulai cemas. “Itu tidak akan terjadi, percayalah padaku. Kau sangat sempurna, kau tidak perlu cemas ya?” *** Orang-orang sudah menunggu kemunculan pasangan yang akan bertunangan malam ini. Saat Roland keluar dari tirai, semua orang terpana melihat pemandangan indah di depan mata mereka. Pemuda yang sangat tampan itu akan menjadi tunangan gadis yang sangat beruntung. Orang-orang pun semakin penasaran dengan putri dari konglomerat terkaya di kota ini, Tuan Agata Hendrawan. Pasti ia adalah gadis tercantik dikota ini, karena itulah ia tidak pernah mau mengekspos foto atau apapun mengenai putrinya. Dengan bangga Roland melangkah menuju panggung dan bergabung dengan kedua orang tuanya serta ayah dari calon tunangannya. Ia dengan sangat sopan menyapa tuan Agata. Perasaan juga berdebar-debar karena Ia sudah tidak sabar ingin melihat calon tunangannya. Menurut kabar yang beredar, ia adalah gadis tercantik di kota ini. Roland bisa membayangkan betapa beruntungnya dirinya mendapatkan double shot sekaligus. Ibarat kata, sambil menyelam minum air. Ia tersenyum- senyum sendiri membayangkan keberuntungan itu. Saat tirai terbuka, yang muncul ternyata monster yang tadi dilihatnya di lift. “Hah?! kenapa ia bisa muncul di sini juga? apa dia diundang?” gumannya dalam hati. Dan kenapa juga calon tunangannya ini belum muncul. “Sayang, kemarilah, kami sudah lama menunggumu.” Tuan Agata dengan cepat menyambut Regina dan menuntunnya ke panggung. Roland masih bingung kenapa monster itu diajak juga naik ke panggung ini, bikin rusak pemandangan saja. Pikirnya kesal. “Nah, karena sekarang pasangan sudah siap, kita mulai saja acara pertunangannya…!!” ucap pengisi acara dengan senyum mengembang. Bang…!!! Jantung Roland seakan hilang dari dadanya mendengar ucapan pengisi acara tadi, ia bahkan sampai terhuyung saking syoknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD