Mata kecil Arum memandang ibunya, Raisa, dengan tatapan polos. "Mama…" panggilnya lembut. Raisa tersentak sedikit dan menoleh. "Iya, sayang." "Mama nggak makan?" tanyanya menatap makanan Raisa yang masih utuh, belum sama sekali tersentuh. Seorang wanita yang lebih tua, berjalan mendekati mereka. Raut wajahnya khawatir melihat putrinya yang tampak kehilangan semangat. Dia menyentuh lembut bahu Raisa. "Raisa, kenapa kamu banyak diam sejak pulang ke rumah ini? Ayo, habiskan dulu sarapannya." Ibunya mengamati wajah Raisa, lalu bertanya dengan lembut. "Ada apa dengan hubunganmu dan Dimas? Apa kalian bertengkar?" Raisa meraih sendoknya, nafasnya terdengar panjang dan berat. Dia menggeleng pelan, mencoba menahan air mata yang menggenang. "Jika ada masalah, sebaiknya kalian selesaikan baik-