"Bu, aku memiliki hutang! aku enggak tahu gimana bayarnya!"
Keluh Rayyan pada sang Ibu. Ia memang terlilit hutang, karena kebanyakan memberikan uang pada Gwen yang memang selera hidupnya agak tinggi. Gajih Rayyan yang lumayan pun tidak mampu memenuhi keinginan Gwen.
"Bagaimana sih, kamu bisa terlilit hutang kaya gitu, kan kamu bilang sama ibu, kalau gajih kamu lumayan."
"Bu, gajihku memang lumayan. Tapi karena akhir akhir ini aku terlalu banyak mengeluarkan uang secara tidak tererencana, jadinya aku kehabisan uang. Tabungan ku juga sudah menipis bu."
Rayyan tidak mau bilang pada ibunya, kalau uang itu habis untuk membelikan barang barang mahal yang ia berikan pada Gwen. Karena kalau itu sampai terjadi, maka Ibunya akan kesal pada Gwen. sedangkan saat ini Gwen sedang mengandung anaknya. Rayyan akan melakukan apapun untuk membuat Gwen bahagia.
Juga salahnya karena menyuruh Gwen berhenti kerja di stasiun di mana ia bekerja. Ia tidak mau Gwen sampai kelelahan dan membahayakan janin yang di kandung oleh Gwen.
"Ah, gimana dong. Ibu enggak punya simpanan."
"Bu, kalau ada, Rayyan pinjam dulu, nanti Rayyan ganti."
"Ibu kalau ada, pasti kasih ke kamu. Tapi kalau enggak ada, mana bisa ibu ngasih pinjam ke kamu."
Mereka berdua sedang berkutat di dapur sana ketika Jana datang dengan membawa banyak buah pir yang segar.
"Bu, ini buahnya saya ganti."
Kedatangan Jana membuat keduanya menoleh dengan melebarkan kedua matanya. Ratna segera menghampiri menantunya itu.
"Kamu punya uang dari mana beli buah pir? yang saya tahu buah ini sangat mahal. Mana mungkin kamu bisa membelinya!" sinis Ratna.
"Bu, ini buah pir untuk mengganti buah yang saya makan kemarin!" ujar Jana.
"Bagus ya! kamu punya uang banyak, dan kamu belikan untuk buah ini. Kamu tahu, suamimu sekarang sedang banyak hutang, dia sedang terlilit hutang. harusnya kamu membantu suami mu untuk membayat hutang. Bukan malah melakukan hal yang mubajir kaya gini!"
Ratna menatap Jana dengan geram. Menurutnya menantunya yang satu itu memang sangat tidak berguna. Sudah mah tidak bisa hamil, dia juga enggak bisa menghemat pengeluaran.
"Itu bukan uangnya Mas Rayyan. Itu uang ku sendiri!" sanggah Jana.
"Kamu memiliki uang dari mana!" hardik Rayyan. "Aku tidak memberikan kamu uang minggu ini!"
"Iya. Kamu punya uang dari mana Jana? apa kamu menjadi simpanan om om? akhir akhir ini kamu memang sering keluar dari rumah. jangan jangan kamu memang menjadi simpanan om om, sehingga kamu menjadi pembawa sial untuk keluarga ini. Kamu tahu suamimu terlibat hutang. Ini pasti gara gara kamu yang suka keluyuran yang enggak jelas!"
Saking bencinya pada Jana, sehingga apapun akan disalahkan pada perempuan itu. Meski Ratna tahu bahwa hutang itu enggak ada sangkut pautnya dengan Jana.
"Berapa hutang kamu mas?"
Pertanyaan santai Jana, membuat Rayyan dan Ratna saling lirik.
"kenapa memangnya? apa kamu bisa membayarnya?" Ratna tersenyum kecil. "Mana mungkin perempuan udik seperti kamu memiliki uang untuk membayar hutangnya Rayyan. Wong, buat makan saja kamu harus minta pada kami semua! dasar perempuan yang enggak berguna!"
Ratna menarik rambutnya Jana, saking kesalnya pada perempuan itu. "Rayyan sangat tidak beruntung memiliki istri seperti kamu. Sudah mandul, tidak berguna lagi. Rayyan sebaiknya kamu segera ceraikan saja dia!" bentak Ratna.
"Ibu ..." Rayyan menarik tangan Ibunya, lalu laki laki itu berbisik pada ibunya. "Bu ... dari pada aku menceraikan dia, akan lebih baik dia di sini dan bisa membantu ibu untuk membersihkan rumah dan mencuci pakaian kan? dari pada kita mencari seorang pembantu."
Bisikan Rayyan membuat Ratna tersenyum. "Kamu benar juga nak. Karena perempuan ini sama sekali enggak bisa menolong kamu. Maka kita akan memanfaatkannya saja. kamu pintar nak."
Kemudian keduanya mendekat ke arah Jana. "Kamu bersihkan rumah, jangan banyak menghayal. Jangan pikirkan hutang Rayyan. Kami mungkin akan bekerja sama dengan Miss secret untuk memasarkan prosuk baru kami. Dan kami pasti akan suskes! kamu enggak perlu ikut campur!"
Jana jelas mendengar bisikan Rayyan pada Ibunya. Karena ia memakai alat yang ada di telinganya. Dan alat itu bisa mendengar bisikan orang yang jaraknya tidak terlalu jauh seperti tadi.
"Aku hanya menawarkan bantuan, sekiranya mas dan ibu enggak mau ya sudah."
Ujar Jana seraya berbalik ke arah kulkas untuk memasukan buah buah itu.
"Enggak usah banyak bicara! kamu enggak akan mampu membayar hutang Rayyan. Meski kamu menjual tubuh kamu pun, kamu enggak akan pernah bisa membayarnya. Kamu sudah tidak akan laku lagi. Satu satunya yang bisa kamu lakukan adalah menjadi menantu yang patuh. Jaga rumah ini, dan masak yang enak untuk kami!"
Tegas Ratna. Kalau menantu tugasnya memang semua pekerjaan babu. Apalagi menantu yang sama sekali tidak bisa menghasilkan anak. Itu yang ada di pikiran Ratna.
Jana hanya tersenyum seraya memasukan buah itu satu persatu ke dalam kulkas. Biarkan saja mereka mengejeknya. Jana sedang ingin memberikan kesempatan pada laki laki itu dan mertuanya. Apakah mereka masih saja akan terus gila atau akan sadar pada semua kesalahannya.
*
*
"Beb, uang kamu banyak sekali, kamu belikan apa?"
Selama ini uangnya Jana memang Jane yang menyimpannya. Jana tidak mau kalau sampai suami dan mertuanya tahu. Karena mereka diam diam suka memeriksa lemarinya Jana. Mereka itu sama sekali tidak pernah menghormati Jana.
"Aku mau bayar hutang suami, "
"Apa!" Jen bediri dari duduknya. "Yang benar saja kamu Ranjana Malika!" Jen menarik kedua sisi rambutnya Jana, karena saking kesalnya ia.
"Iks!" Jana merapikan kembali rambutnya. "Aku ingin mereka tahu kalau aku bisa berguna."
"Apa! no! aku enggak akan mau membayar hutang laki laki itu. Kamu jangan pernah berharap aku akan membantu laki laki b******k itu!"
Jana menyatukan tangannya memohon pada Jane. "Untuk kali ini saja, aku hanya ingin tahu, apakah mereka akan berubah baik padaku, dan mempelakukan ku dengan baik. atau malah sebaliknya. Tapi aku yakin sekali, kalau Mas Rayyan akan berubah dan kembali padaku."
Jane berdecak kesal. "Enggak habis pikir sama kamu."
"Ayolah Jen, ini untuk yang terakhir. Kalau sampai mereka enggak berubah, maka aku tidak akan membantu lagi."
"Perempuan bodoh!"
Jane tidak suka Jana membantu keluarga toksik itu. Namun ia juga enggak akan bisa menghentikan keinginannya Jana. Karena yang ia pegang itu adalah uangnya Jana yang dihasilkan dari banyaknya endors yang masuk.
Sampai din rumah, Jana melihat suaminya dan mertuanya juga Gwen berada di ruang tamu.
"Akhirnya hutang ku lunas, bu," Rayyan meraih tangan ibunya. "Ada seseorang yang membayar hutang ku." jelas Rayyan.
"Kira kira siapa ya?" tanya Ratna pada Rayyan.
"Itu aku bu, aku lah yang membayar hutang mas Rayyan." ujar Jana.
Hal itu membuat Rayyan dan Ratna menatap Jana dengan penuh keterkejutan. Lama sekali mereka terdiam. Kemudian Rayyan tertawa terbahak bahak. Laki laki itu menghampiri Jana.
"Kamu delusional ya!"
Laki laki itu menekan keningnya Jana. Ratna ikut terbahak dan Gwen tersenyum sinis. Tentu saja mereka tidak percaya, bagaimana seorang Jana yang kerjaannya membersihkan rumah dan memasak, bisa membayar hutang Rayyan senilai lima ratus juta.
"Aku bener mas, ini buktinya!"
Seketika wajah Rayyan berubah menjadi tegang ketika melihat screen ponselnya Jana. Di sana ada uang senilai lima ratus juta yang di kirimkan ke perusahaan yang menjadi tempat meminjam uang Rayyan.
"Kamu kayanya bukan cuma delusional. Tapi kamu juga gila!"
Sepertinya apa yang Jana lakukan sama sekali enggak berguna. Karena baik Rayyan dan mertuanya, mereka jelas enggak percaya dengan apa yang Jana lakukan.
"Kamu jangan setres kaya gitu, Jana. Aku tahu kamu sedang berkhayal menjadi orang kaya. Tapi uang lima ratus juta itu enggak main main."
"Tapi mas--"
"Sudah! kamu pergi ke dapur dan masak. Kami sudah lapar!" Rayyan mendorong Jana ke arah dapur hingga perempuan itu sempoyongan.
"Aku punya buktinya mas."
"Bukti bisa dibuat sendiri loh! sekarang banyak sekali aplikasi untuk membuatnya!" Gwen bersuara, Ia menghampiri Rayyan. Bergelayut manja pada lengannya Rayyan, memperlihatkan kalau ia dan Rayyan snagat lah romantis dan Rayyan tidak membutuhkan Jana.
"Mas ... aku baru saja menghubungi teman ku yang sukses. Aku meminjam uang padanya, mungkin dia yang kirim, mas."
Apa!
Jana melotot bingung. Padahal ia sudah yakin kalau dialah yang membayar semua hutang hutangnya Rayyan.
"Kamu jangan berbohong Gwen! aku yang membayar hutang itu!" serang Jana tidak terima.
"Oh, iya. Dengan apa? dengan menjual tubuh mu?"
Jana menampar Gwen, karena kesal. Ia tidak mau di hina oleh perempuan itu. Gwen menangis dan perempuan itu merengek pada Rayyan. Hal itu tentu saja membuat Rayyan marah.
Ia menampar balik Jana dan menarik rambunya. "Lancang sekali kamu telah menampar Gwen. Kamu bukan siapa siapa!"
Mas!
Jana memegang pipinya, rasanya panas. Dan hatinya ... hatinya hancur berkeping keping.
"Mas ..." Air matanya luruh begitu cepat. "Aku lah yang membayar hutang mu, mas. Aku--"
"DIAM KAMU PEREMPUAN SETRES!"
Ratna mendorong Jana, sehingga perempuan itu jatuh ke lantai.