Dendam Buah Pir!

1330 Words
Tiba tiba Gwen memuntahkan ikan mas yang dimasak oleh Jana. tepat ketika Jana masih berada di dapur membereskan semua piring yang baru saja selesai di cucinya. "Kenapa sayang?" tanya Rayyan. "Mas, ikannya kenapa enggak enak? aku mual mas, aku enggak tahan." keluh Gwen terdengar begitu manja. Jana hanya bisa mengelus d**a karena merasa begitu menyakitkannya apa yang dilakukan perempuan itu. Ayolah dia itu istrinya Rayyan. bagaimana bisa ia diabaikan begitu kejamnya oleh suaminya sendiri. "Jana! kenapa kamu memasak ikan sampai enggak enak seperti ini!" Rayyan kesal karena ia telah menghabiskan banyak uang untuk membeli ikan mas ini. Lalu setelah di beli, kenapa perempuan tercintanya itu malah memuntahkannya. Yang disalahkan di sini tentu saja adalah Jana. karena perempuan itu enggak becus memasak ikannya. "Coba mas rasain ikannya? itu rasanya sama ko, seperti yang pernah aku masak. " sahut Jana. "Enggak! aku enggak mau mencoba. Gwen saja sudah memuntahkan ikan itu, pasti rasanya enggak enak sekali. Kamu tahu, aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk membeli ikan itu. kamu masak yang bener dong!" "Mas ... ikannya amis banget, aku gak tahan ..." Gwen bangun dan muntah muntah di wastafel. Rayyan segera menghampirinya dan mengangkat rambunya Gwen dengan hati hati. memijat pundaknya dengan begitu pelan dan lembut. Jana melihat itu dengan menarik napas dalam dalam. Rasanya menyesak kan, namun ia masih belum bisa melakukan apa apa. Ia ingin pergi, namun harapan itu masih saja ada di dalam dadanya. Harapan kalau suaminya itu akan kembali baik padanya. Namun ... "Kamu masa enggak bisa masak ikan, terus amisnya hilang. Kamu bisa kan masak kaya gitu?" Rayyan menatap tajam Jana. Perempuan yang sudah ia nikahi selama lima tahun sama sekali enggak ada menarik menariknya. Berbeda sekali dengan Gwen. Sudah mah cantik, menarik, dan bisa hamil. Gwen memang perempuan yang sangat sempurna. "Mas, semua perempuan hamil seperti itu," ujar Jana. "Ahh! mana tahu bagaimana orang hamil. Kamu saja enggak pernah ngerasain hamil." sinis Ratna yang baru saja pulang. Perempuan itu membawa buah buahan segar dan mengupasnya. "Nak, ini buah pir. Karena kamu sedang hamil. Kamu harus makan buah ini lebih banyak." Jana mematung melihat bagaimana mertuanya mengupas buah pir, lalu diberikannya pada Gwen. Begitu perhatian, begitu ramah dan membuat hati Jana terasa nyeri. Nyeri sekali. Jana ingin sekali makan buah pir itu. Bukan karena ia tidak mampu membelinya. Namun di dalam buah pir itu ada kasih sayang mertuanya. Jana ingin sekali mencobanya. "Bu ..." Suara Jana yang tercekat membuat semua orang yang ada di dapur itu menatap padanya. "Apa ... apa boleh jana minta satu potong saja?" Rayyan menatap Jana dengan sebuah kerutan. Dan Gwen mengunyah buah pir itu dengan pelan dan bangga. Bahwa ia adalah menantu kesayangan mertuanya. "Apa! kamu gila ya? saya memotong buah ini khusus untuk Gwen. Dia sedang hamil anaknya Rayyan. Lah kamu? makan buah pir untuk apa?" Ratna terkekeh. Jana mengatupkan kedua bibirnya. Gwen menghampiri Jana dengan piring yang berisi potongan buah pir itu. "Ambil lah, kasihan sekali kamu ini." ejeknya. Dan Jana perlahan mengambil buah itu dengan tangan gemetar. Kemudian ia memakannya dengan perlahan. Rasanya segar dan ia tersenyum dengan air matanya yang luruh. "Aku akan menggantinya dengan beberapa kilo, Gwen!" ujarnya. Hal itu membuat Ratna tergelak pelan. "Memangnya kamu punya uang dari mana? sombong sekali mau membeli buah pir. Beli buah pisang yang murah saja kamu enggak mampu!" sinis Ratna sang mertua. "Enggak bu. AKu serius, nanti malam buah itu akan datang!" kemudian Jana pergi dari dapur, membuat ratna mencak mencak. "Hey! mau ke mana kamu! bereskan dapur!" teriak ratna. "Bereskan saja sama ibu, kan Gwen menantu kesayangan ibu!" balas Jana, membuat perempuan berumur setengah abad itu kesalnya bukan main. Melihat keadaan dapur, Ratna jadi merasa kepalanya berasap. Pasalnya Gwen memang muntah di lantai dapur. Dan ia sungguh merasa jijik. Namun jika ia tidak membersihkannya maka, mungkin Rayyan akan marah padanya. * * "Kamu baik baik saja?" seorang lelaki yang berpenampilan aneh bertanya pada seorang perempuan cantik yang berpenampilan sederhana. "Iya." Si perempuan cantik berpenampilan sederhana itu mengusap kedua matanya, setelah ia menceritakan apa yang dialaminya di rumah tadi. "Ayolah, beb. Kapan kamu mau keluar dari rumah toksik itu. Kamu jangan menyiksa diri kamu sendiri." laki laki itu membubuhkan lipstik ke bibirnya yang agak tebal. Melihat dirinya di cermin dia tersenyum sendiri. "Aku masih berharap kalau suamiku akan kembali padaku, jen." Sahut perempuan cantik berpenampilan sederhana itu. "Aku yakin kalau suamiku akan kembali bersama ku." "Bodoh kamu beb!" si laki laki berpenampilan aneh bernama Jane itu mendorong kening si perempuan cantik itu. "Kamu itu seorang selebriti toktok dengan followers jutaan. Kamu bisa menghasilkan uang banyak setiap bulannya. Bagaimana bisa kamu merendahkan diri kamu, untuk jenis manusia seperti mereka!" laki laki itu kali ini merapikan alisnya. "Aku hanya sedang memberikan kesempatan pada mereka. Aku hanya sedang menunggu mereka berubah." "Berubah?" Jen menggeleng tidak habis pikir pada sahabatnya itu. "Bagaimana jika mereka enggak berubah? apa yang akan kamu lakukan? apa kamu akan tetap bodoh saja?" Perempuan cantik itu terdiam. Ia putus asa. "Sudah lah, jangan bahas manusia manusia toksik itu. Sekarang aku beri tahu kamu kalau pihak One TV terus mengirim pesan ke akun kamu!" Perempuan cantik yang berpenampilan sederhana itu memang memiliki akun toktok yang bernama miss secret. Dan akunnya kadang di pegang oleh perempuan itu atau oleh sahabatnya, Jen. yaitu seorang laki laki yang memiliki penampilan nyentrik seperti perempuan. Jen ini maunya dipanggil Jeni. Namun si perempuan cantik itu selalu memanggilnya Jen saja. "Mereka bilang apa?" "Masih sama, mereka mengajak kerja sama. mereka akan membayar kamu dengan besar, asal kamu membuka topeng mu di acara penganugrahan toktok viral itu. Bagaimana?" "Aku enggak tahu." "Ayolah acaranya sebentar lagi. Mereka sudah menjanjikan pada permiarsa bahwa pada saat itu kamu akan datang. Ayolah Beb, buktikan kalau kamu adalah perempuan hebat. Ini kesempatan untuk kamu membalas manusia itu!" "Baiklah. Sampaikan pada mereka, kalau aku akan datang!" "Horeee!" Jen mengangkat kedua kepal tangannya ke udara. Dan si perempuan cantik itu hanya menggelengkan kepala saja. "Jadi sekarang mau apa ke sini?" tanya jen. "Aku mau beli lima kilo buah pir besar." ujar perempuan itu. "What! kamu mau jualan buah pir?" tanya jen dengan melebarkan kedua matanya yang sudah di hias oleh bulu mata dan juga softlens. "Bukan lah. AKu mau beli buah itu untuk Gwen, istri barunya suamiku." Dan pada saat itu jen seperti akan kehilangan nyawanya. "Gila kamu beb!" * * Di mal seorang perempuan cantik membeli banyak buah pir. Ia sengaja membelinya agar bisa membalas semua kalimat pedas sang mertua dan juga perempuan itu. "Kalian pikir aku enggak mampu membeli buah pir? aku bahkan mampu membeli banyak buah pir yang lebih mahal dari kalian!" Geram perempuan itu. Ia memasukan banyak buah pir segar ke dalam plastik yang sudah tersedia. Kemudian ia memasukannya ke atas troly, namun karena buahnya mungkin terlalu banyak, sehingga troly itu jalan sendiri, dan menabrak seorang lelaki yang berada di sana. Sontak saja laki laki itu jatuh dan tertimpa oleh troly dan buah pir tersebut. Si perempuan cantik sontak kaget dan ia segera menghampiri laki laki itu. "Duh, pak, maaf banget saya enggak sengaja!" Perempuan itu segera membenarkan troly itu dan membantu laki laki itu. "Kamu gila ya! hati hati dong!" Sungut laki laki itu, badannya terasa sakit. troly besar itu penuh dengan buah pir dan bajunya menjadi kotor gara gara buah pir tersebut. "Ma-maaf, pak. Saya sungguh minta maaf." Perempuan itu menyatukan kedua tangannya. Si lelaki tampan itu menepiskan tangannya si perempuan cantik itu kesal. Mana dia akan menghadapi pertemuan penting lagi. "Ah, sudah lah!" Ia segera berjalan meninggalkan perempuan itu bersama seorang lelaki. "Bapak baik baik saja?" Tanya laki laki itu. "Iya. Bagaimana miss secret, apa dia bisa datang minggu depan?" tanya lelaki itu, yang ternyata adalah Aksa pemilik One TV. "Iya, pak. Dia menyetujuinya." Sahut Raka. "Syukur lah." Aksa membersihkan bajunya yang terkena buah yang lecet itu. "Kalau bapak mau ganti baju, kita bisa mampir ke butik dulu." Ajak Raka. "Enggak usah, kita langsung ke tempat meeting saja." Ujar Aksa. Ia menoleh pada perempuan sang pemilik buah tadi. "Dasar perempuan ceroboh!" Aksa berharap tidak lagi bertemu dengan wanita itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD