Berdonasi Untuk Orang Miskin

1044 Words
"Mas .... aku mau gaun yang dipakai oleh perempuan udik itu! aku mau gaun itu mas!" Rengek Gwen pada Rayyan. Membuat Ratna membulat kan matanya karena ia merasa bahwa perempuan itu sangat manja. Ratna tidak menyukai perempuan manja. Ia bersikap baik pada Gwen hanya karena perempuan itu sedang hamil anaknya Rayyan. Kalau saja dia tidak hamil, maka Ratna sungguh tidak mau bersikap baik padanya. Aku tidak suka menantu! mereka merepotkan dan hanya menghabiskan uang ku saja! Keluh Ratna di dalam hatinya. "Iya, kalau nanti kita bertemu dengan perempuan itu. Kita ambil gaunnya!" Rayyan terlihat menenangkan perempuan itu, dengan mengusap bahunya. "Janji ya, mas. Gaun itu cantik banget. Aku enggak akan bisa tidur kalau sampai enggak bisa milikin gaun itu, dan memakainya di acara Toktok itu." "Iya, kamu tenang saja gwen. Kita akan merebut gaun itu dari si udik." sahut Ratna. Yang sebenarnya ia pun ingin sekali memiliki gaun itu. "Jana enggak pantes menggunakannya. Diakan perempuan udik, mana boleh gaun itu melekat di tubuhnya. Kasihan sekali gaunnya harus berada di tubuh yang enggak sementinya." cerocos Gwen lagi. "Iya, kamu jangan khawatir. Gaun itu kita ambil nanti di rumah. Perempuan itu pasti sudah berada di sana!" ujar Rayyan. "Kamu harus janji mas. Aku bakal marah sama kamu, kalau sampai kamu enggak memberikan aku gaun itu," mulai terdengar rengekan Gwen, membuat Ratna berdecih pelan. Andai saja, anak ku enggak menghamili perempuan ini. Maka sekarang aku lah yang akan diberikan gaun itu. Ingin rasanya aku segera melihat cucuku, dan perempuan itu akan aku tendang dari keluarga kami! Bisik hati Ratna dengan seringaian liciknya. Di tempat lain, Jana dan Jane berjalan ke arah tempat heel. Jane ingin memberikan Jana heel yang terbaik yang sesuai dengan gaun yang dibeli oleh nya. "Ayo masuk, jana. Kamu ini, masih saja memikirkan laki laki toksik itu." keluh Jane. "Aku enggak mikirin dia." sanggah Jana. "Oya? lalu kenapa kamu tadi nangis, ketika aku menonjok habis habisan laki laki itu?" tanya jane kesal. "Menangis, bukan berarti mengartikan kalau aku masih peduli padanya. Aku hanya merasa bahwa waktuku begitu terbuang sia sia hanya untuk hidup bersamanya. Sekarang aku tidak mau lagi menjadi perempuan bodoh itu." "Good." Jane mengacungkan jempolnya. "Ayo beb, kamu duduk saja. Aku yang akan mencarikan kamu heel yang bagus." kemudian Jane berjalan ke berbagai sudut untuk mencari heel yang diinginkannya. Sampai ia menemukan lima pasang heel, kemudian di bawanya ke depan Jana. "Ayo coba, beb." Jane memakaikan heel itu ke kakinya Jana dengan hati hati. "Bagus beb," ia menatap Jana. "Kamu maunya yang mana?" tanya nya. Jana melihat heel yang ada di bawah kakinya itu. Semuanya bagus dan ia merasa bahwa ia memang menyukainya. "Mau semuanya, beli aja beb!" Jane memanggil pelayan toko itu, padahal Jana masih belum memberikan keputusan. "hey! kenapa semuanya?" keluhJana. "Ambil saja semuanya beb. Duit kamu banyak banget. Dan ya ... kamu enggak boleh pulang ke rumah toksik itu. AKu enggak akan pernah ijinin kamu. Lebih baik kamu pindah, atau beli apart aja sekalian. Jangan bodoh sayang!" Laki laki itu terus saja menyerocos tidak mau berhenti. Ia benar benar merasa gemas pada sahabatnya itu. "Iya, iya. AKu enggak akan pulang lagi." Tapi ... ada barangnya yang tertinggal di sana. Barang itu sangat ia butuhkan. Barang satu satunya kenangan dari seseorang ketika di masa masa kecilnya. Sebuah benda yang tidak boleh ia hilangkan. Bola basket kecil yang telah diberikan seorang anak lelaki ketika ia berumur lima tahun. Ia harus mengambilnya! Setelah selesai berbelanja, Jana dan Jane hendak pulang. Namun ternyata di koridor mal malah bertemu dengan Rayyan, Gwen dan mertuanya. "Waw! kamu belanja apa lagi?" Rayyan berjalan mendekati Jana, melihat apa yang di bawa oleh perempuan itu. "Heel nya banyak banget. Kamu mau jualan atau bagaimana?" sinisnya. "Kebanyakan uang ya, kamu. Mentang mentang sudah punya temen tukang ngondek!" Jane merasa tidak terima dengan apa yang dikatakan Rayyan. Hingga ia ingin menyerang laki laki itu. Namun Jana menghalanginya. "Jangan! kita lihat saja apa yang diinginkan oleh mereka." bisik Jana. "Tapi beb," Jane sungguh ingin sekali mencabik cabik wajah jeleknya Rayyan. "Aku gemas beb! sepertinya tonjokan ku yang tadi itu, enggak bisa bikin ia berhenti." "Masalahnya kalau pun kita menyerang dia. Dia enggak akan menyerah sebelum ia mendapatkan apa yang dia inginkan." "Benar apa yang kamu katakan. Jadi mari kita lihat apa yang diinginkan oleh manusia toksik itu. "Kenapa? apa kamu mulai kekurangan uang?" Jane yang membalas. Sedangkan Jana hanya diam karena ia memang sama sekali enggak peduli dengan apa yang dikatakan oleh laki laki itu. "Uang hasil lacur saja bangga!" sinis Rayyan. Jana terkekeh. "Memangnya kenapa? kamu merasa tersaingi? atau .... kamu sedang kekurangan uang dan ingin menjadikan Gwen sebagai p*****r juga?" "Tutup mulut kamu!" Rayyan hampir mengangkat tangannya, namun Jana memegang lengan laki laki itu dengan pelan. "Perempuan hina!" Rayyan jadi emosi dibuatnya. "Mana gaun itu!" dia merebut paper bag yang dipegang Jana, sampai paper bag itu sobek. "EH! jangan seenaknya dong!" Jane hampir kembali merebut gaun itu, namun Jana menahan Jane. "Beb!" Rengek Jane kesal. Ia sudah memilihkan gaun itu untuk Jana. Dan harga gaun itu tidak main main. "Gaun ini tidak pantas di tubuh kamu! Gwen lebih pantas memakainya!" Ujar Rayyan. Ia memberikan paper bag itu ke tangannya Gwen. Dan disambut oleh Gwen dengan senyuman semringah. Ia sudah membayangkan akan memakai gaun itu di acara toktok nanti. "Iya, kamu enggak pantas memakai gaun itu. Mending untuk Gwen saja. Lagi pula, untuk apa kamu berada di sana. Kamu pastinya enggak diundang oleh pihak ONE TV." sahut Ratna. Gwen senang melihat Jana terdiam. Perempuan udik itu memang tidak seharusnya berada di sana nanti. Akan lebih baik kalau Jana tetap diam di dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah saja. "Kamu tahu, aku ini pengikutnya miss Secret. Kami sangat akrab. Aku bahkan bertemu secara langsung dan mengobrol dengan beliau. " ujar Gwen dengan sombong. Membuat Jana ingin sekali tertawa. Ia bahkan belum pernah bertemu dengan satu pun pengikutnya. "Jadi kamu sudah tahu wajahnya mis secret?" tanya Jana dengan senyuman. "Sudah dong. Dia sangat cantik, dan dia berjanji akan menjadikan aku terkenal juga seperti dirinya!" sahut Gwen, sungguh membuat Jana ingin terbahak. "Kenapa kamu senyum senyum?" kesal Gwen. "Mungkin dia stres!" sahut Ratna. "Beb, itu bajunya bagaimana? ko diambil lampir sih?" keluh Jane. Jana meraih lengannya Jane."Biarkan saja, aku donasikan untuk orang miskin!" Lantas setelah itu, Jana menarik lengannya Jane dan meninggalkan mereka bertiga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD