"Ko dia bisa kebeli baju sih, Rayyan? emang dia punya uang dari mana?"
Ratna mengeluh pada Rayyan. "Baju itu kan harganya setengah milyar." tambahnya. Saat ini perempuan itu dan anaknya berada di dapur. Rayyan kehausan dan Ratna menghampirinya. Sedangkan Gwen langsung ke kamarnya dan mencoba gaun yang diberikan oleh Jana.
Rayyan yang sedang memegang minuman kaleng bersoda di depan kulkas pun terlihat bingung dengan apa yang di dengernya itu. Setahunya Jana memang enggak memiliki uang banyak. Selain itu ia juga tidak pernah memberikan uang pada Jana.
"Jangan jangan perempuan itu punya uang tabungan atau dia punya pekerjaan. Enggak mungkin jadi lacur bisa laku sebanyak itu. Jana kan enggak cantik kaya gwen."
Sangat senang merendahkan Jana, karena perempuan itu adalah perempuan yang dibencinya. Jana adalah perempuan yang lahir dari keluarga miskin dan tidak berguna. Ia tinggal di rumahnya hanya numpang tapi tidak memiliki anak sama sekali.
"Nanti aku selidiki, bu." ujar Rayyan. Ia membuak tudung saji. "Bu, enggak ada makanan?" di mal enggak makan, karena uangnya habis untuk membeli gaun dan heel ibunya dan Gwen.
"Memangnya kamu udah ngasih uang ke ibu buat masak? kamu saja cuma ngasih uang buat beli gaun dan heel saja." sinis Ibunya. Akhir akhir ini rayyan memang tidak memberikan uang banyak untuk belanja makanan enak.
Enggak seperti keuangan dipegang oleh Jana, makanan selalu enak dan tersedia hangat. Ratna bahkan tidak perlu susah susah untuk masak. Tapi berhubung gwen ini adalah mantu yang sedang mengandung anaknya, maka Ratna pun bersabar.
"Ya sudah, kita beli online saja."
Tapi Rayyan melihat uang di Mbanking nya sudah menipis. Ia enggak tahu harus bagaimana cara membeli makanan hari ini. Uangnya sudah sedikit. Kalau terus boros maka ia akan kehabisan uang.
"Ibu sama sekali enggak punya tabungan?" tanya Rayyan pada akhirnya.
"Ayolah, nak. Kamu kan yang kerja. terus selama ini uang kamu, kamu ke mana kan? masa kamu malah tanya ke ibu?"
Rayyan terdiam. Dulu ketika jana ada di rumahnya, ia memberikan uang pada perempuan itu hanya untuk makan saja. Dan itu tidak banyak. Tapi Jana selalu menyediakan makanan dengan berbagai variasi.
Rayyan enggak pernah mikir dari mana Jana mendapatkan uang itu, yang penting ia bisa makan setelah pulang kerja. Sementara ia akan memberikan uang lebih besar pada ibunya dan juga Gwen.
"Tapi bu, uang belanja kan sudah Rayyan kasih ke ibu." keluh Rayyan lagi.
"Enggak cukup lah! kamu ngasih uang segitu. Apa apa sekarang mahal, rayyan. Kalau cuma segitu, makan kamu saja pas pasan. Apa lagi ini untuk tiga orang. Suruh Gwen jangan belanja belanja terus! nanti kalau anak kamu lahiran, kamu punya uang dari mana?"
Rayyan kembali menghitung uang yang selalu ia berikan pada Jana. Rasanya lebih sedikit dari yang ia berikan pada Ibunya.
"Bu ... aku memberikan uang pada Jana lebih sedikit. Tapi kenapa ibu masih enggak cukup juga?"
"Wah! mustahil! Jana selalu masak makanan yang enak enak!"
Rayyan berpikir keras, bagaimana caranya Jana bisa memasak makanan yang berpariasi hanya dengan uang sedikit seperti yang ia berikan.
Di tempat lain, Jana sedang melakukan live, namun seperti biasa memakai topeng nya. Ia memasak dan menghidangkan makanan yang beraneka ragam.
Banyak sekali komentar yang membanjiri nya. Dari mulai menilai masakannya, dan permintaan mereka yang menginginkan Mis Secret membuka topengnya.
"Miss Secret, kapan kapan topengnya di buka dong!"
"Iya, benar. Kapan kapan topengnya di buka dong, masa kita udah lama follow dan sering lihat miss live, tapi kita masih belum bisa lihat wajah aslinya nih."
Jana tersenyum dan menatap ke arah mereka. "Saya akan membuka topeng saya, nanti di acara yang ada di ONE tv ya." bujuknya.
"Ih, kelamaan mis secret!"
"Iya, mis secret kelamaan. Kan kita penasaran banget."
"Mis, itu rambut asli atau palsu. Lihat dong rambut aslinya kaya gimana?"
"Mis, udah punya pasangan apa belum?"
"Mis, mau enggak jadi istri saya?"
"Mis, badannya bisa langsing kaya gitu, makan apa saja?"
"Miss kulitnya putih banget pake skin care apa?"
Masih banyak pertanyaan lainnya, dan Jana hanya tersenyum ke arah kamera.
"Semuanya akan saya jawab di sana nanti ya." kekehnya.
Dari sudut lain, Jane menerima banyak telpon dari berbagai brand yang menginginkan kerja sama dengan Miss secret.
"Iya, harganya dulu dong. Miss secret itu sibuk, kalau harganya cuma segitu, saya mending tolak saja!"
Jane ini sangat pandai bernegosiasi dengan para klien kliennya miss secret. Ia juga sangat tegas menolak para klien yang mau melihat langsung wajahnya miss secret. Pokoknya siapapun yang mau bekerja sama dengan miss secret, cukup berbicara dengan Jane, dan tidak boleh bertemu miss secret secara langsung.
Hal itu lah yang membuat klien kliennya Miss secret semakin penasaran pada perempuan itu.
"Nah, gitu dong, masa pengusaha pelit banget." ujar jane. Laki laki setengah perempuan itu memberikan jempolnya pada Jana yang saat ini masih berinteraksi dengan para followersnya.
"Maunya ya, segitu! Miss secret harus beli gaun buat perayaan toktok tahu, yang kemarin ia beli diambil wewe gombel!"
Keluluh Jane pada klien. Dan ditanggapi klien di sana dengan gelakan tawa. "Saya bisa beliin miss Secret gaun yang terbaik. Saya kenal desain terhebat. Kamu kenal Aishaka Abimanyu?" tanya klien dari sana.
"Iya, iya."
"Dia desainer terkeren saat ini. Kalau miss secret enggak keberatan, dia bisa mengirimkan ukuran badannya ke beliau, dan aku yang akan bayar semuanya!" ujar klien di balik telpon sana.
"Waw! sip lah! aku mau melihat model model gaunnya. Ayo kirimkan jangan telat. Acaranya beberapa hari lagi!" Jane terlihat begitu antusias.
"Iya, iya ... segera kirimkan ukuran panjang dan juga lebar tubuh lengan, paha, dan komplit pokoknya!"
"Siap!"
Kemudian setelah selesai bernegosiasi, Jane pun menutup panggilannya. Ia segera menghampiri Jana yang baru saja selesai live.
"Punya kabar keren nih," ujar Jane.
"Apaan tuh?" Jana menyahut.
"Untuk gaun, kamu enggak perlu beli. Ada klien yang bakal beliin kamu gaun. Dan yang lebih spesialnya, gaun itu buatannya desain Aishaka Abhimanyu! kamu tahu kan kalau dia itu suka bikin gaun buat artis artis dan model papan atas?"
Jana tersenyum senang. "Serius? kan harganya mahal?" tambahnya.
"Aku yang akan datang ke pihak Shaka. AKu yang akan memberikan ukurannya secara langsung." Jane berkata.
"Oh, baiklah." Jana membereskan makanan yang ia masak, "Ayo makan!" biasanya makanan yang sudah di masak oleh Jana akan di makan habis oleh Jane.
"Aku mau pulang sebentar." ujar Jana.
"Pulang ke rumah toksik itu?" Beo Jane.
"Iya. Ada barang ku yang harus aku ambil." Bola basket itu enggak boleh hilang. Ia harus menemukannya.
"No! Jana! kamu enggak boleh pergi ke sana! mereka bisa menyuruh kamu ini itu! mereka gila!" Jane harus menjaga Jana secara ketat, karena sebentar lagi akan ada acara penting. Jangan sampai kejadian yang enggak diinginkan padanya.
"Ini penting banget, Jane. AKu mau mengambil sesuatu pemberian seseorang." teman masa kecil yang menghilang karena harus pindah rumah.
"Baiklah, baiklah. Aku akan antar kamu, dan setelah itu. Kamu enggak boleh pergi lagi ke sana!"
***
"Akhirnya kamu pulang juga!"
Rayyan berada di depan pintu, ketika Jana dan Jane sampai di rumah itu. Rayan menghampiri Jana dan menatap sinis ke arah Jane.
"Tidur di mana kamu?" tanya nya.
"Bukan urusan kami!" Jane yang menyahut.
Ingin rasanya Rayyan menonjok perempuan jadi jadian itu. Namun rahangnya masih terasa sakit, bahkan masih memar. Ia trauma pada perempuan jadi jadian itu.
Jana dan Jane masuk, dan Rayyan berdecak karena enggak bisa menghalangi keduanya masuk.
Jana masuk ke dalam dan mencari sesuatu di dalam lemarinya. Sebuah bola basket kecil yang ia temukan dan membuatnya tersenyum.
"Hanya itu?" tanya Jane kesal. Ia kira sebuah baju atau perhiasan. Tapi yang di ambilnya malah bola basket mini. Jane sangat gemas pada perempuan itu.
"Ini tuh pemberian boba. Dia teman kecilku." Jana memasukannya ke dalam tas nya. Dari arah pintu tiga orang sudah menunggunya.
"Bagus ya, pulang pulang bawa laki masuk ke kamar!" sinis mertuanya.
"Emang masalah, anak anda saja pulang bawa perempuan hamil!" balas Jane. Membuat Ratna memutar kedua bola matanya jengah.
Gwen meraih lengannya Rayyan karena ingin memperlihatkan pada Jana, kalau ia begitu disayang oleh laki laki itu.
"Sayang, dua hari lagi kita akan bertemu mis secret. Aku akan dipoto dan langsung bekerja sama dengannya. Aku akan menjadi orang kaya dan memiliki banyak uang!"
Celoteh Gwen, membuat Jane mengulum senyumnya. "Miss secret enggak akan pernah mau bertemu kamu, jalang!" serang Jane.
"Cih, apa urusan anda cewek jadi jadian!" Gwen kesal.
"Punya gaun hasil donasi saja bangga!" sinis Jane lagi. Gwen ingin menyerang laki laki itu, namun Rayyan menahannya.
"Ibu dan Gwen masuk dulu, aku mau bicara dengan Jana."
Gwen tidak terima, namun ia tetap saja harus pergi. Setelah Gwen dan ibunya pergi, Rayyan pun mendekati Jana.
"Mana cincin kamu?" tanya nya.
"Untuk apa?" sahut Jana.
"Aku butuh uang! lagi pula kita akan segera bercerai kan? sini cincin kamu, aku akan menjualnya!"
Banyak kebutuhan, dan Rayyan rasa cincin itu bisa memenuhi kebutuhan mereka selama ia menunggu gajihan.
"Ambilah!" Jana melepaskan cincinnya dan berikan pada Rayyan. "Aku tidak butuh cincin itu!" Dia hampir pergi, namun Rayyan menahannya.
"Dari mana kamu punya uang banyak sebenarnya! apa sih yang kamu lakuin?"
"Apa yang aku lakuin jelas bukan urusan kamu!"
Di tempat lain Aksa Adhitama sedang berada di tempatnya seorang desainer kondang.
"Ini ukuran badannya siapa?" tanya Aksa pada Abhimanyu.
"Ini ukuran tubuhnya miss secret. Ada seseorang pengusaha yang mengirimkannya." ujar Abimanyu sang desain.
"Miss secret?" Aksa mengulang. Pasalnya ia juga mau memberikan ukuran badannya Miss secret. Ia tidak meminta ukuran badannya namun ia mengira ngira saja dari toktok yang selalu dilihatnya.
"Iya. kenapa?"
"Apakah pengusaha itu yang akan membayarnya?"
"Oh, tentu."
Aksa tersenyum kecil. "Kalau gitu, bilang ke pengusaha itu, aku yang akan membayar gaunnya!"
"Hah! apa?"
"Aku yang akan membayar gaunnya!"
Aksa duduk di sofa dan melihat banyak model gaun hasil rancangan Aishaka Abimanyu.