Kenangan Bola Cinta

1007 Words
"Ayo Pak. Asistennya Miss secret sudah berada di dalam." Ajak Raka pada Aksa. Keduanya masuk ke dalam sebua Restoran di mana keduanya akan bertemu dengan Asistennya Miss secret. Mereka sudah janjian dan sore ini mereka bertemu di sana. Seorang lelaki berpakaian aneh itu tersenyum pada Aksa dan Raka. "Terima kasih, sudah datang menemui kami." dia mengulurkan tangannya pada Aksa. "Dengan?" "Oh, saya Aksa Adhitama. Saya pemimpin ONE TV." Aksa memperkenalkan diri. "Saya Jen, atau panggil saja Jeni. Atau apa saja yang pak saka suka." Jane memegang tangannya Shaka dengan genit. Membuat Shaka melebarkan kedua mata indahnya, namun ia segera mengendalikan dirinya. Raka sungguh ingin tertawa melihat mimik wajah sang atasan yang seperti nahan pipis. "Oh, ini siapa?" Jane beralih ke lelaki tampan lainnya. "Saya Raka. Asistenya Pak Shaka." Raka bersalaman sebentar saja, ia merasa geli bersentuhan dengan laki laki jadi jadian itu. Kemudian mereka pun membahas apa saja yang akan nanti miss secret lakukan di ON TV. "Kita akan mengadakan gimmik." ujar Shaka. "Gimmik?" Jane membeo. "Betul. Kita akan mengiring opini kedekatakan miss secret dengan pemilik on TV. yaitu saya." ujar Aksa. Hal itu tentu saja membuat Jane mengerjapkan kedua matanya. "Eh, sepertinya saya pernah melihat bapak. Tapi saya lupa di mana, ya." Laki laki itu terlihat menggaruk garuk kepalanya. Pun begitu yang dirasakan oleh Aksa dan Raka. Sepertinya mereka memang telah mengenal Jane ini di suatu tempat, namun mereka pun lupa di mana letaknya. "Ya sudah lah. Kita bahas yang kontraknya." ujar Aksa kembali mengalihkan topiknya. Kemudian mereka pun kembali membahas apa yang akan dilakukannya. Jane sesekali genit pada Aksa. Laki laki itu sangat tampan, dan Jane tentu saja menyukainya. Lalu Aksa merasa geli dan sungguh ingin segera mengakhiri percakapannya dengan laki laki jadian itu. "Sial! asisten miss secret ini sangat bebahaya!" Keluh Aksa, ketika ia dan Raka selesai berbicara dengan Jane. Lalu saat ini keduanya sedang berada di mobil menuju ke ON TV. "Eh, pak. Sepertinya kita pernah bertemu dengan jane di butiknya Mira itu. Apa bapak ingat?" Raka kembali berkata dari sampingnya Aksa. Laki laki itu sedang megemudi. "Oh, iya?" "Iya. Dia yang memukul lelaki itu. Atau jangan jangan miss secret itu adalah perempuan yang ada di butik itu?" tebak Raka lagi, semakin Aksa kembali memutar ingatan pada kejadian di butiknya Mira. "Oh, iya." sahut Aksa. "Bagaimana pak, dia cantik kan?" tanya Raka. "Mmm biasa aja." jawab Aksa dengan sebuah dehaman. "Ya ... enggak asik. Kalau menurutku dia cakep sih, pak. " ujar Raka. "Kan belum tentu juga dia miss secretnya kan?" ujar Aksa. "Iya sih." Mereka sama sama terdiam. ketika ponselnya berdering.Ternyata panggilan dari Serena Lopes, sang mantan waktu Aksa kuliah. "Halo, Rena!" Panggilan manis yang selalu di ucapkan Aksa ketika pacaran dulu. Dan itu tentu saja membuat si gadis tersenyum di balik telpon sana. "Aku senang kamu mengundang ku." ujarnya. "Oh. Aku melihat berita mu di media." jawab Aksa. "Mmm ... aku sekarang berada di butiknya shaka. Aku melihat gaun yang kamu pesan kan untuk selebriti toktok itu." Sejenak gadis itu terdiam. "Mmm aksa ... apakah aku boleh memiliki gaun itu?" Aksa terdiam. Dia sudah memesankan gaun itu hanya untuk miss secret. Aksa ingin memberikan sesuatu yang terbaik untuk kliennya. "Maaf sekali, Serena. Aku enggak bisa berikan gaun itu untuk kamu. Karena aku sudah memberikannya pada miss secret." Di sana Serena cemberut. Jujur saja, ia tidak menyukai hal ini. Namun apalagi yang bisa ia lakukan, selain menerima semuanya. "Baiklah. Kalau begitu, aku akan mencari gaun yang lain saja." suara Serena terdengar kecewa sekali. Dan membuat Aksa menjadi serba salah, jadinya. "Serena! kamu silakan pilih gaun yang mana saja. Aku akan membayarnya." Bujuk Aksa. Ia tidak mau gadis itu kesal padanya. Dari sana, Serena tersenyum. Ia sungguh merasa terhibur oleh laki laki itu. sepertinya hubungan mereka memang bisa dilanjutkan dan serena berharap pertemuan nanti adalah awal baru hubungan mereka. "Baiklah, Aksa. Aku akan memilih gaun terbaik." "Pilih lah, sesuai keinginan mu. Dan aku akan membayarnya. Anggap saja ini permintaan maafku, karena aku enggak bisa memberikan gaun yang kamu inginkan." Senyuman Serena semakin mengembang mendengar itu. "Terima kasih, aksa." "Sama sama. Kalau begitu, apakah ada yang mau kamu katakan lagi padaku?" "Mmm ... aku ingin kita dinner sebelum acara itu. Apakah kamu bisa?" Jantung Serena deg degan menunggu persetujuan Aksa. "Mmm ... akan aku kabari lagi nanti, serena. Kalau begitu. Aku tutup dulu ponselnya." "Baiklah. selamat sore." Serena dan Aksa pun mengakhiri percakapannya. "Apakah kamu mau balikan lagi dengan Serena, pak?" Tanya Raka. "Mmm enggak tahu." Jawab Aksa. Dia memasukan ponsel ke saku jasnya. "Saya pikir mungkin Serena berubah, enggak seperti dulu yang sangat suka marah marah." Ujar Raka. Dan Aksa pun terdiam. Serena memang pemarah luar biasa. Aksa selalu saja salah dimatanya, sehingga berakhir lah hubungan mereka, karena Aksa merasa tidak tahan dengan sikapnya Serena. *** "Masih di simpan saja!" Setelah selesai ngantor, Raka kembali menjadi temannya Aksa. Bukan sebagai bawahan dan atasan lagi. Saat ini ia berada di kamarnya Aksa. Ditemuinya laki laki itu sedang memegang bola basket kecil. "Aku masih belum menemukan gadis itu. gadis yang aku berikan bola ini. " ujarnya. Dulu aksa ketika berusia sepuluh tahun, bertemu dengan gadis kecil berusia tujuh tahun. Aksa jatuh dari sepeda dan pas di depan gadis itu. Saat itu kedua nya sedang berada di taman kota. Lutut Aksa terluka, dan gadis itu membawa plester. Kemudian ia memberikannya pda AKsa. Sebagai kenangan Aksa memberikan bola basket kecil yang selalu ia bawa di dalam tasnya. Aksa memiliki dua bola yang sama sehingga satunya ia berikan pada gadis itu. Setelah kejadian itu Aksa selalu mengingatnya. Namun sayang, ketika ia datang ke sana lagi. Ia tidak lagi menemukan gadis itu. "Aku bahkan enggak tahu namanya!" Lirih Aksa dengan senyuman letihnya. Aksa sudah mencari gadis itu ke mana mana. Namun hasilnya tetap saja nihil. "Apakah kamu menyerah?" Tanya Raka. "Tidak. Aku enggak akan pernah menyerah. Aku akan terus mencarinya, ke mana pun dan sampai kapan pun." ujarnya. "Bagaimana kalau gadis itu sudah menikah. Apa yang akan kamu lakukan?" Aksa terdiam. Bola kecil di tangannya ia remas remas. Helaan napas dalam membuatnya semakin merasa kelam. "Mungkin aku akan merebutnya!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD