Bab 13

1042 Words
Pintu tertutup dengan rapat, menyembunyikan dua insan berbeda gender di dalam ruang tertutup tersebut. Daniel dan Kaniya. Bibir Kaniya tertutup rapat dengan pandangan yang tetap menunduk ke bawah ketika Daniel hanya duduk di kursi kebesarannya dengan mata yang menatap lurus ke arah Kaniya. Sekali lagi pria itu hanya diam memerhatikan Kaniya selagi gadis itu menghindari tatapan matanya. Memerhatikan dengan lekat bagaimana wajah cantik itu masih seindah dulu, meski suasana dan penampilan gadis itu berbeda. Bagaimana pun juga Kaniya atau Diamandis akan tetap selalu memikat banyak orang dengan segala pesonanya. Banyak orang akan berlomba-lomba untuk mendapatkan gadis itu dengan segala cara, seperti saat ini misalnya. Kaniya tidak akan bisa luput dari serangan pria m***m di luar sana tanpa kekuatan apa pun yang bisa melindunginya. Daniel menatap kasihan pada gadis itu. “Apa yang kau inginkan sekarang?” tanya Daniel memecah suasana sunyi di antara mereka. “Saya tidak melakukan hal itu, Tuan Daniel.” Hanya itu yang dikatakan Kaniya. “Apa buktinya?” tantang Daniel kemudian. “Tidak ada orang yang melihat, tidak ada kamera juga yang bisa ditunjukkan. Dengan apa aku harus memercayai kata-katamu?” Kaniya terdiam tidak bisa menjawabnya. Daniel mengatakan hal yang sebenarnya. Tidak ada bukti apa pun yang bisa Kaniya tunjukkan untuk membela diri. Posisinya sebagai karyawan baru di perusahaan itu tidak membantunya lepas dari pandangan buruk orang di sekitar mereka. “Hahh, apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku bisa menyelamatkan karyawan baru sepertimu huh? Aku bahkan tidak tahu apa kau pantas untuk diselamatkan olehku,” imbuh Daniel dengan sengaja menghela napas panjang dan menunjukkan ketidak peduliannya terhadap masalah Kaniya. Mendengar ketidak pedulian Daniel tentu berhasil membuat Kaniya semakin merasa cemas. Karirnya di perusahaan ini berada di ujung tanduk dan Kaniya tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk mempertahankan posisi ini. “Saya ... saya akan melakukan apa saja yang anda inginkan, Tuan Daniel!” seru Kaniya dengan putus asa. kedua tangan gadis itu mengepal dengan kuat untuk menahan tiap gejolak emosi yang dirasakannya. Dan sekali lagi ucapan itu berhasil membuat Daniel terdiam di tempat menatap Kaniya dengan pandangan tajam. Lagi-lagi gadis itu mengatakan hal berbahaya dengan begitu mudahnya, batin Daniel merasa geram dengan apa yang baru saja dikatakan Kaniya. Daniel merasa ingin memberinya pelajaran, bahwa Kaniya perlu berhati-hati dalam segala ucapannya, terlebih di depan seorang pria asing seperti dirinya. “Seperti apa?” tegas Daniel. “Huh?!” Kaniya merasa bingung dengan pertanyaan itu. Kini Daniel bangkit dari duduknya, lalu melangkah dengan penuh intimidasi menuju Kaniya. Dia berdiri tepat di depan Kaniya, menjulang tinggi dengan postur tubuh besar yang selisih puluhan senti tingginya dari tinggi Kaniya. Membuat gadis itu mendongak ke atas untuk melihat betapa mendominasinya pria itu terlebih dengan jarak mereka yang begitu dekat saat ini. “Aku bertanya, dengan cara apa kau akan membuatku ingin menyelamatkanmu, Nona Kaniya?” ulang Daniel dengan tiap tekanan dalam ucapannya. “Saya ...saya—“ Kaniya merasa bingung untuk menjawabnya karena gadis itu hanya mengatakan hal tersebut dengan asal, dengan harapan Daniel akan memberinya keringanan. Tenggelam dalam pikirannya yang sibuk mencari tahu jawaban yang tepat, Kaniya tidak menyadari tatapan tajam Daniel yang mengarah padanya saat ini. Pria itu merasa gemas sekaligus geram dengan kecerobohan Kaniya dalam berucap. Daniel beralih mendekatkan wajahnya pada gadis itu dan membuat gadis itu langsung membeku di tempat. Pandangan mata mereka terkunci satu sama lain. Kaniya seolah merasa sesak seketika melihat wajah mereka begitu dekat saat ini. “Dengar, Nona Kaniya. Apa kau menyadari apa maksud dari ucapanmu itu? Kau mengatakan akan melakukan apa pun yang kuinginkan? Bagaimana jika aku menyuruhmu untuk melepas semua kain sialanmu itu dan bercinta denganku di sini! Sekarang!“ Jantung Kaniya seketika berdebar begitu kencang. Jelas gadis itu tidak akan menyangka dirinya akan mendengar kalimat itu keluar dari bibir Daniel yang Kaniya kira begitu membencinya tersebut. “Saya—saya... “ Kaniya tidak sanggup berkata-kata karena dirinya begitu terkejut dengan apa yang telah dikatakan Daniel. Mata gadis itu hanya menatap takut pada mata tajam Daniel yang melihatnya seolah dia ingin memakan hidup-hidup. Jarak wajah keduanya yang begitu dekat membuat Kaniya secara otomatis memundurkan tubuh untuk menjauhi Daniel. Namun pria itu justru mengikuti gerakannya dan semakin mendekat. “Ah!” Kaniya tersentak kaget ketika satu tangan Daniel tiba-tiba menarik pinggangnya untuk semakin mendekat, sekaligus menahan tubuh Kaniya untuk tidak bergerak menjauh darinya lagi. Kaniya langsung menahan d**a keras Daniel dengan kedua tangan untuk tidak semakin menempel padanya. Kaniya merasa takut melihat bagaimana seriusnya pria itu saat ini. “Tu—tuan Daniel—“ pekik Kaniya tertahan ketika Daniel mendekati ceruk lehernya secara perlahan. Gadis itu merasa panik hingga tanpa sadar meremas pakaian depan Daniel dengan kedua tangannya. “Kenapa? Kau bilang kau akan melakukan apa pun bukan?” balas Daniel dengan suara beratnya. Pria itu seolah tidak berniat menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Kaniya. Bahkan Daniel mulai menyentuh dengan halus leher jenjang itu lewat hidung mancungnya hingga menimbulkan rasa geli pada Kaniya. Sementara kedua tangan Daniel semakin mencoba menempelkan tubuh mereka dan membuat Kaniya terkurung dalam dekapannya. Kaniya sendiri merasa gemetar. Dirinya berusaha mendorong tubuh Daniel untuk menjauh darinya, akan tetapi kekuatannya tidak sebanding dengan tubuh keras Daniel yang seperti dinding. Kaniya ingin berteriak kencang. Dirinya ingin menyelamatkan diri, lalu Kaniya teringat bahwa pria yang tengah memeluknya saat ini adalah satu-satunya pria yang memegang kunci kehidupannya di perusahaan ini. Kaniya takut untuk menolak dan dikeluarkan dari tempat ini karena mencari pekerjaan di luar sana tidak mudah baginya. Sementara Kaniya butuh pekerjaan ini untuk menghidupi dirinya dan Kalio. Tidak apa. Jangan memaksakan dirimu, Kak. Kau bisa bersandar padaku dan biarkan aku yang melakukannya untukmu. Tiba-tiba Kaniya mengingat pesan Kalio ketika dirinya merasa terpuruk dulu karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Ucapan Kalio berhasil membuat Kaniya tertegun di tempat. Kalio selalu mengatakan bahwa dirinya adalah gadis berharga untuknya. Kalio sangat menyayanginya. Kalio selalu ingin melindunginya. Kalio jelas tidak akan suka jika Kaniya harus mengorbankan masa depannya demi pekerjaan ini. Mengingat ucapan manis Kalio yang selalu memberikan dukungan padanya tidak perduli bagaimana pun kondisinya, membuat Kaniya merasa lebih tenang. Benar, Kaniya tidak bisa menjadi lemah dan hanya diam menerima perlakuan seperti ini. Dirinya harus melawan, demi Kalio, dan masa depannya. Setelah memutuskan hal itu, Kaniya kemudian mengumpulkan seluruh kekuatannya dan mendorong tubuh besar Daniel dalam satu hentakan kuat. “Hentikan!” seru Kaniya dengan tegas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD