Bab 12

1052 Words
Bagaimana pun marahnya Daniel rasa hingga dirinya ingin menghancurkan segalanya saat ini, kenyataannya pria itu kini hanya tetap diam di tempat menatap pria m***m itu dengan tajam nan dingin. Membuat suasana menjadi semakin menegang, sementara Kaniya hanya bisa menundukkan kepala tidak berani menatap langsung mata tajam Daniel. “Aku bertanya apa yang sedang kalian lakukan tadi?!” tanya Daniel sekali lagi dengan nada suara rendah dan penuh intimidasi. Membuat Kaniya dan pria m***m itu semakin begidik ngeri. “Kami ... kami, karyawan baru ini mencoba menggoda saya, Pak!” tuduh pria m***m itu pada Kaniya. Seketika Kaniya mendongakkan kepala dengan kedua mata yang membulat lebar tidak percaya setelah mendengar tuduhan langsung tersebut. “Apa?!” seru Kaniya yang merasa tidak terima dengan ucapan pria itu. “Dia—“ Pria itu menuding Kaniya. “Dia mencoba menggoda saya dengan memprovokasi saya lewat kata-kata, Tuan Daniel!” “Apa yang kau katakan?! Aku tidak pernah melakukan hal itu!” balas Kaniya dengan tegas. “Jangan berpura-pura polos kau! Kau memakai parfum untuk menggodaku bukan?! Tapi setelah aku datang mendekat, kau justru bersikap seolah kaulah korbannya. Dasar wanita licik!” tuduh pria itu semakin semangat menyalahkan Kaniya di depan Daniel. Entah sejak kapan suasana di luar ruang semakin banyak orang yang berkumpul karena merasa penasaran dengan apa yang terjadi di dalam. Membuat mereka bertiga kini menjadi pusat perhatian. Kaniya semakin tidak menyangka dengan apa yang telah pria itu katakan. Sudah jelas bahwa dia sendiri yang mencoba mendekati dan melecehkan dirinya. Bagaimana bisa pria itu menuduhnya melakukan hal seperti itu? Kaniya akhirnya menoleh ke arah Daniel untuk meminta kepercayaannya. Kaniya tidak ingin pria itu semakin salah paham dan memecatnya seperti ini. “Tuan Daniel, sungguh, saya tidak melakukan hal itu! Dia sendiri yang tiba-tiba datang mendekati saya dan melecehkan saya. Saya mohon percayalah pada saya, Tuan!” pinta Kaniya dengan wajah memelas dan penuh harap. Tidak ada reaksi dari Daniel selain tatapan dingin penuh kebencian dari pria itu yang berhasil membuat Kaniya menggigit bibir bawahnya. Kaniya menyadari bahwa Daniel sangat membencinya. Namun jika pria itu sampai percaya dengan tuduhan itu tanpa memberikan perhatian terlebih dahulu, dia akan menjadi pria yang sangat keterlaluan. Kaniya akan sangat kecewa dan terluka. “Bohong! Beraninya kau berbicara seperti itu! Kau itu hanya karyawan baru di sini, jadi tutup saja mulutmu itu!” sentak pria m***m itu. “Akh!” rintih Kaniya kesakitan ketika pria itu juga berbicara sembari menarik kasar lengan atas Kanae demi mengancam gadis itu untuk tetap diam. Rona wajahnya yang memerah menahan amarah, menatap Kaniya dengan melotot tajam. Semua itu terekam jelas di mata Daniel yang masih diam memerhatikan mereka berdua. Mata tajam Daniel melihat jelas bagaimana tangan besar pria itu mencengkeram dengan kuat lengan kecil Kaniya demi membuat gadis itu tetap diam. Jelas akan timbul memar di sana setelah ini. Mengetahui hal itu membuat Daniel semakin dilanda amarah. Mata tajam Daniel seolah terbakar hingga menunjukkan garis-garis kecil berwarna merah di sekitar matanya disertai kedua tangan yang kini telah mengepal dengan kuat. Daniel memang membenci Kaniya. Namun melihat dirinya bersentuhan dengan pria lain tetap membuat Daniel merasa marah, berpikir bahwa dalam pikirannya selama ini mengenai betapa rendahnya gadis itu adalah benar adanya. Daniel menolak untuk memercayai perkataan Kaniya, walau sejujurnya Daniel mengetahui bahwa gadis itu telah mengatakan hal yang sesungguhnya. Kebenciannya saat ini terhadap gadis itu lebih besar dari rasa simpati Daniel kepadanya. Karena itu, Daniel memilih untuk menutup mata pada kenyataan yang terjadi. “Cukup!” ucap Daniel kemudian yang berhasil membuat kedua orang berbeda gender di depannya langsung terdiam dan menoleh ke arahnya. “Kau, kembali ke tempat kerjamu sekarang!” tunjuk Daniel dengan kata pada pria m***m itu. Seketika membuat pria itu tersenyum cerah karena menyadari bahwa Daniel berada di pihaknya. Dengan senyuman miring melempar ejekan pada Kaniya untuk menunjukkan siapa pemenang sebenarnya, pria itu kemudian melangkah pergi setelah memberikan salam perpisahan kecil pada Daniel dengan sopan. Meninggalkan Kaniya yang kini menundukkan kepala dalam-dalam untuk menyembunyikan rasa kecewanya. Satu tangan gadis itu masih memegang lengannya yang sakit bekas cengkeraman tangan pria m***m tadi. Bukannya mengusap dengan lembut untuk mengurangi rasa sakitnya, gadis itu justru semakin menekan kuat lengan itu untuk melepaskan emosi yang kini melanda batinnya. Daniel menatap Kaniya dengan raut wajah dingin. Dirinya merasa cukup puas melihat bagaimana menderitanya gadis itu saat ini karena merasa telah dipermalukan di depan umum seperti ini. Semua orang akan berpikir bahwa Kaniya adalah gadis rendah yang akan merayu pria tidak perduli tempat. Ini cukup membuat Daniel merasa senang. Memang harus seperti itu adanya. Semua orang harus tahu bagaimana buruknya gadis berwajah cantik ini. Dia hanyalah seorang wanita sombong yang tidak tahu diri. Bersikap mahal seolah dirinya adalah yang paling sempurna di dunia. Kenyataannya gadis itu hanyalah sama seperti dirinya. Seseorang yang hanya bisa memendam cinta sebelah mata untuk orang yang bahkan tidak memandang dirinya. Bahkan status Diamandis tidak bisa disamakan dengan agungnya status Damian kala itu. Sama dengan status Kaniya yang hanya merupakan gadis miskin di mata Daniel saat ini. Dia bukan apa-apa dibanding Daniel. Gadis itu harus diberi pelajaran, begitulah tekad Daniel sejak dirinya telah dilahirkan kembali ke dunia. Daniel akan menunjukkan pada gadis itu tempatnya yang seharusnya, hingga Kaniya tidak akan bisa lagi memandang rendah dirinya. Untuk beberapa saat tidak ada sepatah kata pun di antara mereka. Daniel hanya memerhatikan Kaniya yang masih tidak mengangkat wajahnya, menyadari bahwa gadis itu tengah berusaha menahan rasa malu dan air mata di wajahnya. Di sisi lain Daniel juga bisa mendengar suara bisik-bisik di sekitar orang-orang yang masih berada di sekitar mereka. Daniel mulai merasa jengah. “Kau, ikut aku sekarang!” tegas Daniel kemudian. Tanpa menunggu balasan dari Kaniya, pria itu langsung membalikkan diri dan melangkah pergi. Seketika orang-orang yang berdiri di depan pintu segera memberikan jalan pada Daniel. Di belakangnya, Kaniya juga dengan patuh mengikuti langkah kaki Daniel tanpa kata lagi. Menahan ketidakadilan yang baru saja diterimanya. Kaniya berusaha untuk menahan diri, hanya demi pekerjaan ini. Walau sebenarnya dirinya tahu bahwa kehidupannya di perusahaan ini tidak akan menjadi sama lagi nanti. Semua telah kembali hancur sama seperti sebelumnya, di mana semua dikarenakan wajah cantik yang dirinya punya ini. Tiap perbuatan buruk yang harus diterimanya, semua karena wajah cantik yang dia punya. Tidak ada yang bisa Kaniya lakukan selain mempercayai bahwa wajah cantik miliknya hanya akan menjadi pembawa sial dalam hidupnya. Kaniya benar-benar membenci wajah cantiknya ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD