Bab 14

1184 Words
Tubuh Daniel berhasil terdorong ke belakang walau tetap tidak banyak selisih jarak yang diciptakan dari pria itu karena tenaga dorongan Kaniya. Kaniya menatap ke atas di mana wajah tampan Daniel berada. Seketika pandangan mata dingin yang membekukan dari pria itu seolah menusuk tatapan Kaniya dengan dalam. “Kenapa? Kau takut?” tanya Daniel tanpa perasaan. Pria itu menatap lekat raut wajah Kaniya yang kini sudah terlihat gelisah, akan tetapi tersimpan keyakinan dalam diri. “Kau mengatakannya sendiri kalau kau akan melakukan apa saja untuk pekerjaan ini, benar bukan?” “Itu—itu benar. Tapi bukan yang satu ini.” “Yang satu mana? Kau ingin mengatakan kalau kau tidak mau melayaniku?” Jantung Kaniya sudah berdetak kencang sedari tadi, dan kini seolah ada penabuh gendang yang baru saja memukul dadanya dengan kuat hingga membuatnya tersentak sekaligus kehilangan napas untuk sesaat. Kaniya merasa tidak nyaman ketika Daniel secara terang-terangan mengatakan seolah dirinya adalah wanita rendah yang siap melakukan apa pun termasuk menjual tubuh hanya untuk mendapatkan sesuatu. Gadis itu kembali menggigit bibir dalamnya dengan kuat untuk menahan gejolak emosinya. Sebagai gantinya tatapan mata Kaniya berubah menjadi tajam pada pria itu. Kaniya tidak ingin terlihat lemah di depan orang yang telah merendahkannya dengan begitu mudah. “Tidakkah kau ingin pekerjaan ini. Kau sendiri yang mengatakan demikian, seolah kau tidak perduli dengan apa yang akan kulakukan setelah mendengar ucapan itu darimu, Nona Kaniya. Aku hanya ingin menerima bait darimu.” “Saya akan melakukan apa pun untuk pekerjaan ini, tapi bukan untuk menjual diri, Tuan Daniel. Saya juga punya harga diri!” “Kau punya harga diri? Di mataku, harga dirimu sudah mati setelah kau dengan seenaknya menggoda karyawanku tadi,” sindir Daniel dengan mata sinis. “Saya tidak melakukan hal itu! Saya bersumpah saya tidak melakukan hal itu, Tuan Daniel!” “Lalu buktikan! Buktikan jika kau memang tidak bersalah. Apa kau bisa?!” tantang Daniel. Seketika Kaniya terdiam di tempat. Daniel tahu bahwa Kaniya tidak akan bisa membuktikan hal itu, dan itu yang Daniel inginkan. Daniel hanya ingin merendahkan Kaniya serendah-rendahnya di depannya, bahkan di depan semua orang. Daniel hanya ingin menunjukkan kepada dunia betapa rendahnya posisi Kaniya sebenarnya. Dan bagaimana seharusnya Kaniya menundukkan kepala di depannya. Daniel ingin menunjukkan pada dunia bahwa statusnya jauh lebih tinggi dari gadis itu baik di masa lalu, maupun di masa sekarang, untuk memberikan gadis itu pelajaran karena telah berani mempermainkan perasaannya di kehidupan mereka yang sebelumnya. Melihat bagaimana tidak berdayanya gadis itu saat ini di mata Daniel, membuat pria itu merasa puas. Memang seperti itu harusnya Diamandis sebagai Manusia, di depan Damian yang merupakan salah satu Makhluk Tinggi. “Saya memang tidak bisa membuktikan bahwa saya tidak bersalah, Tuan Daniel. Tapi jika kehadiran saya di sini hanya untuk dipandang rendah dan harus melakukan hal yang rendah seperti itu, maka saya akan memilih untuk pergi!” balas Kaniya dengan menatap Daniel begitu tegas. Ada yang salah dengan pria itu sejak awal mereka bertemu. Ya, sejak awal Kaniya menyadari bahwa Daniel telah membencinya entah karena apa. Kaniya menyadari bahwa dirinya terlalu berani untuk mengatakan hal, dan tidak menyadari bahwa maksud dari ucapannya bisa menimbulkan kesalah pahaman yang tidak diinginkan seperti ini. Tapi bukan berarti Daniel bisa berlaku tidak sopan kepadanya. Kaniya sangat yakin bahwa Daniel memang sengaja mengartikan maksud dari ucapan Kaniya itu dengan arti yang lain. Walau Daniel memang Atasannya, tapi pria itu tetap tidak berhak untuk merendahkan dirinya. Kaniya lebih baik memutuskan untuk pergi dari tempat ini, jika dirinya harus melayani keinginan pria itu dan menerima tiap cacian darinya. “Jadi kau memilih untuk pergi? Kau sendiri yang memohon untuk bekerja di tempat ini, kini kau dengan seenaknya mengatakan ingin pergi? Apa kau pikir tempat ini adalah sebuah mainan bagimu? Huh?!” “Saya tidak pernah menganggap tempat ini adalah sebuah mainan, Tuan Daniel. Saya benar-benar ingin bekerja untuk perusahaan ini. Tapi anda dan karyawan anda-lah yang memaksa saya untuk memutuskan hal ini. Kalian dengan seenaknya melecehkan saya seperti tadi—“ Ucapan Kaniya seketika terpotong ketika Daniel tiba-tiba menekan rahang bawahnya dengan satu tangan besarnya. Membuat gadis itu terkejut dengan aksi kasar Daniel, terlebih dengan tatapan mata pria itu yang berkilat begitu tajam kepadanya. “Jangan pernah samakan aku dengan pria b*****t itu, Nona Kaniya! Statusku jauh lebih tinggi dari pria rendahan seperti dia.” Daniel melepas cengkeraman tangannya dan perlahan memberikan jarak di antara mereka lagi. “Baiklah. Jika kau memang ingin keluar, maka keluar saja. Tidak ada gunanya juga kau di sini. Kau sudah menunjukkan betapa rendahnya dirimu di depan semua orang hari ini, Nona Kaniya. Dan aku sebagai Atasan tidak akan bisa menolak keinginanmu itu untuk keluar dari tempat ini.” Kaniya menarik napas sekali dengan dalam, sebelum menghembuskannya dengan pelan. Jadi seperti ini dirinya akan keluar. Menyadari betapa tidak terhormatnya alasan dirinya keluar dari tempat ini, Kaniya akhirnya melangkah keluar dari ruangan itu. Mengambil semua barang miliknya yang tersimpan dalam loker kerjanya, walau tidak banyak barang yang tersimpan di sana selain tas. Mengganti seragamnya dalam diam, lalu melangkahkan kaki dengan diiringi perhatian banyak orang yang ada di sekitarnya. Tidak perduli pandangan semua orang yang terlihat merendahkannya, Kaniya tetap akan melangkah dengan dagu terangkat. Tidak membiarkan setetes air mata pun jatuh membasahi wajah cantiknya. Kaniya tidak bersalah, dan dirinya hanya ingin melindungi kehormatannya sebagai seorang Perempuan walau semua itu tidak memiliki bukti apa pun yang bisa ditunjukkannya. Kaniya tidak ingin menunjukkan kelemahannya di depan semua orang, terlebih di depan pria m***m yang baru saja dilewatinya, yang telah membuatnya berada dalam situasi sialan ini. Biarlah hanya Kaniya dan Tuhan yang tahu kebenarannya. Dan biarlah hanya Daniel dan Tuhan yang tahu bagaimana rumitnya perasaan Daniel saat ini. Pria itu tidak pernah menyangka bahwa Kaniya akan memilih untuk keluar dari tempat ini. Tidak, sejak awal Daniel sudah tahu bahwa Diamandis atau pun Kaniya, keduanya sama-sama wanita dengan harga diri yang tinggi. Jelas mereka tidak akan terima jika diperlakukan seperti ini, tapi Daniel tidak pernah menyangka akan kehilangan gadis itu dalam waktu secepat ini. Semua ini karena pria sialan itu. Pria m***m yang telah berani melecehkan Kaniya tadi. Karena pria itu, Daniel harus kehilangan semua rencana untuk menghancurkan hidup Kaniya di tempat ini. Daniel perlu memberi pelajaran padanya setelah ini. “Hahh sial!” umpat Daniel setelah dirinya mendudukkan diri kembali. Pria itu menyandarkan tubuh dan kepalanya dengan perasaan kesal. Menyadari bahwa aksinya tadi juga cukup berlebihan untuk Kaniya yang baru bekerja di tempat ini. Tidak adanya hal yang mengikat gadis itu, hingga membuat dia memutuskan keluar dengan begitu mudah. Teringat kembali di mana Daniel hampir kehilangan fokus ketika dirinya menghirup aroma tubuh Kaniya lewat celah lehernya tadi. Daniel mengumpat kembali. Bisa-bisanya dirinya melakukan hal itu. Daniel merasa bodoh dan jelas akan terlihat seperti pria m***m di mata Kaniya karena melakukan hal itu. Kaniya tidak pernah mengetahui betapa Daniel juga membenci tingkah absudnya yang di luar kendali seperti itu. Daniel sudah menganggap gadis itu sebagai masa lalunya. Masa lalu yang hanya ingin dibunuhnya. Daniel sudah membunuh perasaannya sejak gadis itu telah melukai harga dirinya di masa lalu. Bisa-bisanya dirinya terbuai hanya karena aroma tubuh gadis itu. “b*****t!” umpat Daniel sekali lagi, menyadari betapa bodohnya dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD