4

1126 Words
Masa cuti Bayu hampir habis. Mereka memanfaatkannya untuk bersenang senang,mengunjungi keluarga Meywinda dan juga wisata kuliner juga. Seperti seharian ini, Meywinda berencana mengajak Ibu dan juga Bapaknya ke pantai,sengaja memilih destinasi pantai yang ada di daerah gunung kidul karena menurutnya pantai disana bagus,memiliki pasir putih. "Win, Ibu sama Bapak duduk di gazebo sana ya?" Kata Ibu menunjuk salah satu gazebo yang memang disediakan untuk para turis. Meywinda dan Bayu menikmati suasana pantai dengan menyusurinya. "Sayang berdiri disitu deh aku fotoin" kata Bayu ketika ia melihat angle yang menurutnya bagus. Meywinda menuruti saja,ia yakin kamera milik Bayu penuh dengan foto dirinya. "Kita foto bareng dong" pinta Meywinda. Lalu Bayu meminta pengunjung juga untuk mengambil gambarnya dengan sang istri. "Coba kalau semuanya kumpul, pasti seru deh, sayangnya Mas Agung belum bisa ambil cuti, Rahma juga nggak bisa pulang,jadi sesepi ini" kata Meywinda. "Iya sih,ke pantai kan emang enaknya rame rame tapi mau gimana lagi" kata Bayu. Kemudian mereka melanjutkan menyusuri pantai. Menikmati kebersamaan mereka. Beberapa saat kemudian Meywinda mengajak Bayu untuk kembali pada Ibu. "Ibu mau pesan apa?" Kata Meywinda menawarkan makanan. Hari sudah siang,waktunya makan. Sejak tadi duduk Ibu hanya memesan beberapa cemilan saja, makanya setelah Winda sampai langsung menawarkan makan berat. "Mas mau apa?" Tanya Meywinda pada Bayu yang masih sibuk dengan ponselnya. "Terserah sayang aja" Meywinda mengangguk. Setelah memesan mereka berbincang santai. Suasana kekeluargaan yang tercipta membuat hangat keduanya. "Sayang nggak bisa kumpul semuanya ya" kata Ibu sambil tertawa pelan. Sedikit nyesek sih buat Meywinda. Dimasa tua Ibu dan Bapaknya,mereka justru ditinggal jauh anak anaknya. Mas Agung yang mendapat tugas di Surabaya jarang pulang kalau tidak libur dan sengaja mengambil jatah cuti, Meywinda yang diboyong Bayu ke Bandung pun sama,tidak bisa setiap saat pergi berkunjung. Terakhir Rahma yang kala itu masih di Jakarta,tadinya masih rutin beberapa bulan sekali pulang tapi sekarang adik bungsu Meywinda itu sedang mengikuti pertukaran pelajar antar negara ke Adelaide,Australia. Otomatis tidak membuat Rahma pulang,hanya setiap liburan semester saja baru bisa pulang untuk sekedar menyapa Ibunya. Ibu dan Bapak sendiri bangga dengan pencapaian anak anaknya. Tugasnya selama ini membuahkan hasil,meskipun hanya Meywinda yang memutuskan untuk tidak bekerja tapi tidak membuat orang tua mereka kecil hati. Ketika Meywinda mengutarakan niatnya untuk tidak bekerja dan fokus mengurus suami dan bisnis kecilnya,sekaligus meminta ijin dan juga ridho ya. Dengan bijaknya Ibu bicara "Nduk,ketika Bayu sudah membaca ijab Qabul,kamu sudah berpindah tanggung jawab nya,Bayu surga kamu,apa yang aku rasakan Bayu lah tempat kamu mengeluh,Ridho suami ridho ibu juga,setelah ijab Qabul tugas Ibu dan Bapak sudah selesai,apapun yang Bayu perintah kamu harus menuruti nya. Sekarang yang bisa Ibu lakukan hanya mendoakan kalian supaya sukses dengan jalannya masing masing" kata Ibu waktu itu membuat Meywinda tidak kuasa menahan haru. Berkat doa Ibu juga usaha Meywinda sukses sampai terkenal sekarang,ia bisa membuka lapangan pekerjaan tanpa bekerja dengan perusahaan manapun. Lalu,mereka menikmati makanan yang sudah mereka pesan. Olahan ikan dan beberapa sayuran menjadi pilihan menu kali ini. Ibu dan Bapak tampak menikmati,dimasa tua nya Ibu dan Bapak terlihat masih saja romantis. "Udah nggak ada yang ketinggalan Nduk?" Tanya Bapak ketika mereka sudah selesai memasukkan tas berisi cemilan yang mereka bawa. Meywinda mengangguk pelan,lalu masuk ke dalam mobil. Bayu sudah siap di balik kemudi,Ibu dan Bapak duduk di belakang, Meywinda sudah pasti di sisi samping Bayu di depan. "Besok pesawatnya jam berapa?" "Malam buk, soalnya mau cari oleh oleh dulu buat temen temen kantor Mas Bayu" *** Badan Meywinda rasanya remuk. Badannya pegal pegal, perjalanan rumah-pantai-rumah membuatnya pegal bukan kepalang. "Kenapa sayang?" Tanya Bayu ketika mendapati istrinya sibuk memijit punggung. Bayu baru saja keluar kamar mandi. Wajah lelahnya sudah tidak terlihat,setelah sampai ia langsung ke kamar untuk mandi dsb. Sedangkan Meywinda membantu Ibu membereskan cemilan yang tadi ia bawa. Perjalanan yang membuatnya remuk ditambah membantu pekerjaan rumah. Ibu itu orangnya Tidak mau menunda pekerjaan,makanya setelah sampai sengaja sekalian dibersihkan. Baru setelah selesai Winda baru bisa naik ke kamarnya. "Pegel Mas" "Mau dipijit?" Tawar Bayu. Meywinda paham ia saja yang hanya duduk pegalnya bukan main bagaimana dengan Bayu yang menyetir tadi. "Nggak usah,nanti juga sembuh" kata Mey sambil tersenyum simpul. Bayu mengusap punggung istrinya. Diciumnya kening Mey singkat. "Yaudah kamu mandi,pake air anget percaya deh pasti nanti enakan" Meywinda mengangguk lalu pergi ke kamar mandi. Melaksanakan ritual mandinya. Sembari menunggu Meywinda mandi Bayu duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Ia mengecek beberapa email yang masuk. Pekerjaannya memang tidak bisa ditinggal barang sebentar. Fyi, Bayu bekerja seperti Mas Agung,disalah satu kantor pajak juga. Hanya saja jabatan Mas Bayu lebih tinggi dari Mas Agung,sedangkan Mas Agung baru akan dipromosikan untuk naik jabatan bulan ini,jadi ada penilaian yang dijalani Mas Agung,termasuk untuk tidak mengambil cuti waktu dini. "Lagi liburan pun,Mas juga sibuk ponsel, kaya gitu kemarin aku disita hp nya" gerutu Meywinda setelah keluar dari kamar mandi. Wajahnya sudah lebih segar setelah mandi. Ia duduk di samping Bayu,langsung disambut hangat oleh sang suami. "Udah wangi sayangku" kata Bayu menciumi area wajah Mey. Seolah mengalihkan pembicaraan. "Mas ih" "Tadi ada telfon dari atasan aku, seminggu lagi ada audit makanya terpaksa buka hp buat cek email apa yang harus disiapin" kata Bayu, Meywinda hanya diam toh itu memang tanggung jawab Bayu. "Marah?" "Enggak Mas,itu kan memang pekerjaan Mas,resiko" Bayu mengangguk saja. Meywinda memang begitu,sabar,keibuan. Salah satu sifat yang Bayu suka dari seorang Meywinda. Orang Selow,kadang manja sih tapi ia mudah mengerti kondisi orang lain. "Besok mau beliin oleh oleh apa ya buat anak anak" tanya Bayu mulai membuka obrolan. "Nanti coba cari di Malioboro aja,atau Deket tugu itu ada bakpia kukus yang baru dibuka,kemarin aku liat ** nya kayaknya enak" usul Meywinda. Bayu sih hayuk saja,apapun yang Meywinda usulkan pasti itu enak dan yang terbaik. "Kamu nggak mau beli oleh oleh?" "Nggak tau sih nanti,kalau ada yang menarik yaaa dibeli heheh" Bayu terkekeh. Mereka diam menikmati kebersamaan keduanya. Bayu mendekap istrinya,sedang Meywinda selalu merasa aman dan nyaman berada di dekapan Bayu. Sejak awal menikah bahkan ketika Meywinda takut pada Bayu waktu itu Bayu mendekap erat tubuh mungil yang sekarang montok itu erat. Seolah mengatakan bahwa mereka akan baik baik saja. Awal menikah, Meywinda menghindari Bayu. Ia takut untuk menghadapi hal didepannya. Perkenalan mereka yang tidak lama juga sebenarnya membuat Meywinda takut melangkah. Meskipun sudah mantap dan yakin memilih Bayu sebagai imamnya Meywinda tetap saja masih mempunyai rasa tidak nyaman. "Sambil jalan,kita sambil kenalan kan" kata Bayu waktu itu. Saat Meywinda Tiba tiba tidak fokus ketika diajak bicara,akhirnya Bayu paham karena ia mengatakan akan memboyongnya ke Bandung,tinggal disana, Meywinda ketakutan ia takut tidak bisa mengikuti jika hidup disana. *** Akhirnya selesai part ini. Mungkin part selanjutnya akan ada cerita awal mereka ketemu,gimana Bayu membuat Meywinda percaya. Pokoknya bakal seru kalau kalian ngikutin. Selamat membaca,jangan lupa vote and commen ya. Karena dengan itu bisa buat aku semangat buat. Jangan lupa follow juga ya guys hehehe #indonesiamembaca2020 #watty2020 Septi yulianingrum
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD