Bab 4

2736 Words
MIKE - Jalur setapak yang dilaluinya untuk sampai di kediaman Jessie Sue tidak begitu mulus. Jalur itu dipenuhi oleh kerikil dan rumput liar setinggi mata kaki sehingga Mike harus berhati-hati sebelum menghentikan sedannya di dekat sana. Garis kuning sepanjang lima meter telah dipasang untuk membatasi sejumlah penduduk dan awak media yang berdatangan untuk menyaksikan kejadian itu. Joey Mrytle bersama dua orang petugas polisi lainnya telah menunggu Mike di dekat pagar. Joey sedang menunjuk ke arah pagar dan berbicara pada dua petugas ketika Mike mengamatinya dari balik kemudi. Sejauh itu, mobil ambulans belum tiba, namun beberapa awak media mulai berdatangan dan memarkir mobil-mobil mereka di sembarang tempat. Mike sedang memandangi barisan pohon dan jalur setapak kecil di dekat sana. Ia mengingat pagar kawat yang membatasi area itu. Kediaman Jessie Sue terletak jauh dari keramaian dan letaknya tidak jauh dari anak sungai. Bangunan yang tersusun atas struktur kayu-kayu tua itu mulai lapuk. Usianya mungkin hampir mencapai setengah abad. Dulu bangunan itu ditempati oleh pasangan suami istri yang kemudian bercerai dan memutuskan untuk menjual rumahnya dengan harga rendah. Hanya saja bangunan itu tidak terlihat begitu kacau seperti sekarang. Kaca jendela di bagian sampingnya pecah, di tengah-tengahnya terdapat sebuah lubang hitam sebesar kepalan tangan yang memperlihatkan bagian dalam rumah. Sebuah kursi dan meja kayu yang diletakkan di teras tampak berdebu. Pintu di bagian depannya reyot dan berderit ketika digeser terbuka. Terdapat sebuah tangga kayu yang mengarah ke ruang bawah tanah. Kini tangga itu hampir rusak dan lapuk dimakan usia. Selain itu sebuah pohon besar yang tumbuh di halaman belakang nyaris jatuh menimpa atap. Dahan-dahannya menunduk menutupi lubang di atap, sementara daunnya yang tumbuh lebat masuk melewati lubang itu dan merambat di sepajang lotengnya. Dulu Mike sering berkeliaran di dekat sana. Ia suka berjalan menyursuri tepian sungai dan memandangi arusnya yang deras. Tak jauh dari sana terdapat gapura yang membatasi kawasan penduduk dengan area hutan. Mike sering melihat truk-truk yang membawa potongan kayu-kayu besar bergerak keluar masuk area hutan. Mike juga mengenal seorang penjaga yang suka bertugas mengawasi kawasan itu. Tom Wesley telah bertugas selama puluhan tahun untuk memastikan kawasan itu aman dari para pemburu liar. Mike sudah mengenalnya sejak remaja, ia suka mengobrol dengan Wesley sesekali dan diusianya yang kini hampir menginjak angka enam puluh tiga tahun, Wesley masih suka bekerja disana sebagai penjaga hutan. Setiap sore sebelum langitnya gelap, Wesley mengitari kawasan di pinggir hutan hingga anak sungai bersama seekor anjing hitam yang selalu bersamanya untuk memastikan para pengunjung sudah meninggalkan area itu. Kemudian pada pukul tujuh, Wesley akan mengunci akses masuk ke dalam hutan dan kembali ke rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter jauhnya dari sana. Mike dapat dikatakan sudah cukup familier dengan tempat itu. Ia mengingat setiap detailnya dengan jelas: pagar kawat setinggi satu meter, bebatuan besar di tepi sungai hingga pohon-pohon tinggi yang hampir menyandingi usia Mike saat ini. Kini kawasan itu tampak lembab. Daun-daun kering berguguran di atas tanah yang basah. Awannya tampak gelap dan cahaya matahari nyaris tidak menyentuh permukaannya akibat tertutup oleh puncak bukit dan pohon-pohon tinggi di hutan. Hari ini tidak jauh berbeda, bahkan segalanya terlihat lebih mengerikan setelah kabar kematian Jessie Sue diumumkan. Jess, yang dikenal Mike sejak remaja, pernah berada di satu asrama yang sama dengan Mike sebelum wanita itu terlibat dalam pergaulan yang salah dan menyeret dirinya dalam dunia hiburan, ditemukan tewas di dalam rumahnya. Mike tidak mengenal Jess cukup dekat, namun ia telah melihat wajah Jess lebih dari sekali di sebuah kedai ketika Mike sedang mengambil waktu istirahat untuk makan siang. Jess seringnya datang bersama Jill. Mereka duduk berhadap-hadapan dan mengobrol sembari menikmati minuman yang mereka pesan disana. Tampaknya, keduanya telah berteman cukup akrab. Jess, sama seperti Alice Maureen, bekerja untuk Sean Trevor di klub yang sama. Hanya saja Alice Maureen ditemukan tewas di kediamannya belasan tahun yang lalu sementara Sean Trevor yang baru-baru ini menggantikan ayahnya untuk mengelola klub itu sering muncul di kantor Mike akibat beberapa tindak pelanggaran yang sering kali dilakukannya. Baik Sean maupun Jess sama sekali bukan orang asing di kota itu, namun Mike tidak cukup mengenal mereka dengan baik untuk mengetahui insiden yang telah menimpa Jess pada sore yang gelap. Ketika Mike akhirnya memutuskan untuk turun, dua orang dari kantor media lokal bergerak mendekatinya, sementara yang lainnya berusaha mengambil gambar wajah Mike dengan kamera mereka. Joey Mrytle yang menyadari hal itu segera menghentikan mereka dan membantu Mike menerobos kerumunan orang di sekitar sana dan begerak masuk melewati garis kuning yang membatasinya. “Bagaimana keadaannya?” tanya Mike segera setelah mereka berada beberapa meter jauhnya dari jangkauan awak media. “Sejauh ini aman. Ray sudah memastikan seluruh kawasan bersih. Tidak ditemukan tanda-tanda pembobolan atau masuk secara paksa. Seluruh pintu masuk sudah diperiksa.” “Bagaimana dengan ruang bawah tanah?” “Sudah bersih.” “Dan atap?” “Tidak ada jalan masuk dari atap.” “Kau yakin? Apa kau sudah memeriksa loteng?” “Ya, semuanya bersih,” tegas Joey saat sembari melangkah bersisian bersama Mike melewati pintu masuk. Laki-laki berusia akhir tiga puluhan itu kemudian berkata, “Hugh Gilbert datang lima belas menit yang lalu, sekarang dia sedang memeriksa jasad korban bersama Todd.” “Bagaimana itu bisa terjadi?” “Dugaan sementara korban tewas akibat bunuh diri. Petugas menemukan sejumlah pil di atas meja, mereka menunggumu sebelum membawanya ke lab untuk diperiksa, mungkin kau mau melihatnya sendiri.” “Ya.” Ketika Mike sampai di ruang tengah, bau busuk di sekitarnya langsung tercium tajam. Hugh Gilbert, sang ahli medis, ditemani oleh dua orang petugas lainnya sedang berdiri mengelilingi jasad korban sebelum Mike datang mendekat untuk melihatnya. Dua petugas itu segera menyingkir begitu Mike sampai disana, seorang di antara mereka membantu Hugh mencatat semua informasi sementara yang lainnya mengambil gambar korban dengan kamera. Mike merasakan darahnya berdesir cepat ketika menyaksikan kondisi tubuh korban. Wajahnya memucat sedang kulit tangan dan kakinya membiru. Korban mengeluarkan cairan bening dari mulutnya sedang mata dan hidungnya memerah. Ketika Mike berjalan mendekat untuk mengamatinya lebih jelas, bau busuknya tercium semakin tajam. Terdapat cairan kekuningan yang keluar dari lubang telinga korban dan barisan giginya yang mengintip di balik bibir pucat itu mulai menghitam. Sementara itu terdapat bintik-bintik merah pada sekujur tubuh korban dan ketika Mike mengamatinya lebih baik, ia melihat luka-luka yang mengaga terbuka di pundak korban memperlihatkan dagingnya yang membusuk dan mulai menghitam. Kengerian yang sama pernah dialaminya ketika ia melihat jasad Sylvia Marlene di dalam bathup. Wajahnya sepucat wajah Jess dan kuku-kuku jarinya menghitam. Rahangnya amat tirus dan tubuhnya tampak begitu kurus sehingga tulang-tulang di balik kulit pucatnya tampak begitu kentara. Kondisi Jess tidak kalah mengerikannya dari Sylvia Merlene dan keduanya sama-sama mengeluarkan cairan bening dari mulut mereka. “Apa ini?” bisik Mike. Hugh Gilbert saat itu menatapnya, kemudian mengarahkan jari-jarinya yang terbungkus oleh sarung tangan ke luka di atas tubuh korban. “Luka ini baru berumur dua hari. Kulitnya mengelupas karena terjadi pembusukan di dalam tubuhnya. Kebanyakan lukanya tidak disebabkan dari luar, namun terjadi karena pembusukan di dalam. Darahnya nyaris terkuras habis, korban mungkin telah mengalami kondisi seperti ini selama beberapa pekan dan kondisi ini semakin memburuk setiap harinya.” “Ada apa dalam darahnya?” “Aku belum dapat memastikannya, tapi aku akan memeriksa pil-pil itu.” Gilbert menjulurkan plastik bening yang menyimpan botol dan sejumlah pil di dalamnya pada Mike kemudian menjelaskan. “Jika melihat dari labelnya, ini adalah obat yang biasa dikonsumsi sebelum seseorang berhubungan seks, semacam pembersih rahim dan alat vital namun dalam dosis yang lebih tinggi dan berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan, dan melihat dari bentuk pil itu, aku menduga bahwa ada zat kimia berbahaya yang tekandung di dalamnya. Kemungkinan besar korban telah menelan obat-obatan itu, dan untuk memastikannya aku akan membawa sampel darahnya juga untuk diperiksa.” “Bagaimana dengan organ vitalnya?” “Semuanya tampak bagus, tidak ada tanda-tanda luka pada organ vitalnya. Seperti yang kukatakan, pembusukan terjadi di dalam dan kondisi seperti ini umumnya terjadi dalam beberapa pekan sebelum menjadi semakin parah.” “Apa dia memiliki riwayat penyakit dalam atau..” “Sejauh yang kulihat seluruh organ dalamnya tidak mengalami kerusakan serius. Kemungkinan besar terjadi akibat reaksi kimia yang disebabkan oleh obat-obatan itu.” Mike memutar wajah dan menatap Joey dari atas bahunya saat mengatakan, “apa kau menemukan obat-obatan lain disini?” “Hanya beberapa aspirin, dan.. alkohol. Ada banyak alkohol di lemarinya.” “Cari tahu dari mana dia mendapatkan obat-obatan itu!” pinta Mike kemudian berbalik menatap Gilbert. “Aku ingin autopsi. Apa kau bisa membuat surat perintahnya?” “Aku tidak yakin, Mike.. akan sulit untuk mendapatkan izin.” “Aku tidak peduli, jasad korban akan diautopsi sebelum dikembalikan ke keluarganya.” “Omong-omong soal keluarganya,” potong Joey saat mendekati Mike. “Mereka sudah sampai di luar.” “Jeanette disini?” “Tidak, itu hanya putranya. Seorang remaja bernama Kyle.” “Dimana Jeanette?” “Kyle tidak mengatakan apa-apa.” Mike mengangguk sebelum berjalan mendekati jendela. Matanya menatap melewati kaca jendela untuk mengamati jalanan di luar sana. Dari sana Mike menyaksikan mobil ambulans baru saja memasuki halaman depan. Dua orang petugas yang turun dari kursi depan dan membawa tandu. Sementara itu orang-orang yang berdatangan semakin banyak. Kini jumlahnya puluhan dan masing-masing dari mereka berusaha menerobos masuk untuk melihat ke dalam. Sementara itu, tiga orang polisi berdiri di belakang sana. Tobias Lewis terlihat berdiri bersama petugas lainnya, kini polisi muda itu berjalan menuju halaman belakang tepat dimana dua orang petugas lainnya sedang berdiri mengerumi seorang wanita berambut pirang yang berdiri di hadapan mereka. Mike mengenali wajahnya yang tampak pucat, kedua matanya merah dan sembab akibat menangis, jari-jari tangannya bergetar dan wanita itu berdiri dengan kaku sembari melipat kedua tangannya seolah masih tidak memercayai apa yang terjadi pada temannya. Julia Maureen, alias Jill, mengenakan sweter berwarna biru navy dan menggikat rambutnya di belakang. Wanita itu sedang berbicara dengan dua petugas yang mengelilinginya dan kemunculan Tobias tiba-tiba memperburuk suasana. Jill tampak marah, Mike tidak dapat mendengar apa yang diucapkannya namun kelihatannya Jill sedang memprotes dua petugas itu sebelum Tobias datang untuk menengahi mereka dan menarik Jill menjauh dari keramaian. Mike menyaksikan kepergian wanita itu persis ketiga dua petugas ambulans masuk membantu Gilbert membaringkan jasad korban di atas tandu. Ia menunggu hingga mereka membawa jasad itu pergi dan masuk ke dalam ambulans. Dari tempatnya berdiri Mike menyaksikan awak media mulai ribut saat jasad Jess di bawa keluar melewati pintu depan. Tiga orang polisi berusaha menahan mereka agar tidak melewati garis kuning. Situasinya baru mereda begitu ambulans berhasil membawa jasad Jess pergi meninggalkan kediamannya. “Apa yang dikatakan Jill?” tanya Mike pada Joey Mrytle yang masih berdiri di belakangnya. “Maksudmu Julia?” “Apa yang dia katakan?” “Dia masih tidak mau berbicara. Wanita itu histeris satu jam yang lalu, sekarang kondisinya sudah membaik, tapi aku tidak yakin dia mau berbicara. Clyde sudah berusaha menanganinya.” “Minta Clyde untuk berhenti memaksanya!” pinta Mike. Joey mengangkat alisnya, menunggu hingga Mike berbalik dan menegaskan maksudnya. “Beri dia waktu, aku yang akan berbicara dengannya.”   --   Dalam hitungan menit kediaman Jessie Sue telah dipenuhi oleh sejumlah orang yang berdatangan terus-menerus, seolah-olah seluruh penduduk kota hadir di satu tempat yang sama untuk menyaksikan kejadian tewasnya sang penghibur yang hampir berusia 45 tahun itu. Sementara itu, tiga orang petugas telah dikerahkan untuk menyisir seluruh tempat di kediaman Jess untuk menemukan sejumlah bukti. Ketika Mike melangkah keluar, suara percakapan orang-orang di sekitar berdengung di telinganya. Mike mendapati beberapa kamera telah menyorot wajahnya. Seorang wartawan yang dikenalinya selama belasan tahun datang menghampiri Mike demi mendapatkan informasi yang diinginkannya. Pria bernama Boren itu berusaha menghalangi langkahnya saat bertanya, “Sheriff, bagaimana kondisi korban?” Mike mengabaikan pria itu sebelum dua orang wartawan lainnya berdatangan dan yang lain ikut menyusul untuk mengepungnya. “Tidak ada kesaksian untuk saat ini,” ujar Mike. Alih-alih mengindahkannya, para wartawan itu berebut giliran untuk mengajukan pertanyaan mereka:   Apa benar korban melakukan aksi bunuh diri? Ada rumor yang menyebut bahwa korban sedang hamil, apa itu benar? Sheriff! Apa yang kau saksikan di dalam? Apa korban akan diautopsi? Bagaimana dengan keluarganya? Apa ada seseorang yang bertanggungjawab atas kejadian ini?   Mike menatap lurus ke arah dua petugas yang sedang berlari ke arahnya. Joey hadir bersama Raymond Douglas untuk membantu Mike memundurkan awak media. Sementara itu, Mike mengamati wajah mereka satu persatu, nyaris tidak merasa asing dengan semua wartawan yang hadir disana. Kemudian ia mengangkat wajah dan mengulangi ucapannya dengan suara tegas. “Tidak ada kesaksian untuk saat ini.” Ketika Mike berbalik, ia mendapati Jill sedang mengamatinya. Wanita itu sedang berdiri berhadap-hadapan dengan Tobias Lewis, salah seorang petugas petugas yang baru melewati dua tahun masa percobaan untuk bekerja di kantornya. Tobias mengucapkan sesuatu, namun tatapan Jill bergerak melewati bahunya dan tertuju langsung ke arah Mike. Mike masih berdiri di tempatnya dan menatap wanita itu untuk waktu yang lama. Julia Maureen adalah wanita yang sama yang diselamatkannya sepuluh tahun lalu dalam sebuah kejadian yang nyaris menewaskannya. Kala itu Jill ditemukan di ruang bawah tanah rumahnya dalam kondisi terikat dan nyaris tewas akibat kehabisan nafas jika saja Mike tidak datang cukup cepat untuk menyelamatkan remaja itu. Mike mengingat bagaimana wajah Jill memucat, kedua matanya memerah dan bekas ikatan menyebabkan luka yang membekas di pergelangan tangan dan kaki Jill. Mike juga ingat ketika ia menggendong Jill keluar dari ruang bawah tanah yang terasa panas dan kedap udara. Tubuh kecil Jill terasa rapuh di lengannya. Jill mengalungkan kedua tangannya yang kurus di atas pundak Mike, nafasnya terdengar lemah sementara jari-jarinya mencengkram lengan Mike dengan kuat. Wanita itu mengalami serangan panik ketika Mike mengangkatnya. Karena ketakutan akan penyerang yang menyebabkannya terkurung di ruang bawah tanah, Jill menangis histeris. Butuh beberapa menit untuk menenangkan Jill sebelum Mike akhirnya berhasil meluluhkan remaja itu. Namun Jill tidak pernah merasa nyaman dengan petugas lainnya. Remaja itu menolak berbicara pada siapapun dan Jill akan menghindar atau berteriak jika ada seorang petugas yang memaksanya untuk mengungkapkan kejadian yang dialaminya. Jill dirawat selama dua hari penuh dan Mike bertugas mengawasi remaja itu secara sukarela. Jill mulai terbuka ketika Mike mendekatinya. Wanita itu menceritakan kejadian yang dialaminya di ruang bawah tanah meskipun Mike yakin bahwa Jill tidak sepenuhnya menceritakan kejadian itu secara utuh. Jill hanya memberinya informasi samar-samar, Mike tahu persis sesuatu yang disembunyikan wanita itu, hanya saja Mike tidak suka mendesaknya. Jill memiliki paras cantik seperti ibunya. Kedua matanya bulat dan besar, rambutnya berwarna pirang, sedang wajah pucatnya bebentuk oval. Jill memiliki sepasang mata berwarna biru yang mengingatkan Mike pada Alice Maureen, sang penghibur. Namun Jill adalah wanita yang berbeda. Jill tercatat memiliki riwayat buruk atas kematian ibunya. Sementara itu Dean Randall, pria yang tercatat sebagai ayah biologis Jill, adalah teman Mike sejak duduk di bangku SMA. Randall pria yang suka berbicara kasar dan gemar mempermainkan wanita. Mike dan Randall sering mengunjungi klub yang sama, bermain biliar atau sekadar menikmati alkohol bersama kelompok mereka. Masalahnya, Randall menyukai wanita dan Randall tercatat telah menikah duakali sekaligus gagal dalam kedua pernikahan itu. Setelah belasan tahun berteman dengan pria itu, Mike mengetahui secara jelas bahwa emosi Randall sangat tidak stabil. Hubungan Randall dengan Alice Maureen tidak lebih dari hubungan seorang penghibur dengan pelanggan yang membayarnya untuk sebuah kesenangan. Bahkan Mike tidak pernah tahu jika Alice telah mengandung anak Randall saat itu. Jill lahir dan dibesarkan tanpa mengetahui siapa ayahnya. Jika Mike ada di posisi Jill, lebih baik tidak mengetahui siapa ayahnya. Namun kejadian tewasnya belasan tahun yang lalu tak terhindarkan dan insiden itu sekaligus mempertemukan Jill dengan Randall. Kali pertama Mike mengenal Jill, ia memiliki perasaan waspada bahwa Randall akan memperlakukan Jill dengan buruk. Hal itu terbukti ketika Mike menemukan Randall mabuk dan nyaris menyakiti Jill di rumahnya. Untungnya Mike datang sebelum Randall melakukannya. Kejadian di ruang bawah tanah itu adalah insiden lain. Randall mungkin tidak bertanggungjawab, namun tetap saja, jika pria itu mengawasi putrinya dengan baik, hal itu mungkin dapat dihindari. Hari ini, wajah Jill terlihat sama pucatnya seperti kala itu, hanya saja situasinya berbeda. Seseorang tidak berusaha menyakiti Jill, melainkan Jessie Sue, seorang penghibur yang telah berteman dengannya. Sejak awal Jill berusaha menghindari petugas yang berusaha berbicara dengannya dan keberadaan Tobias tidak membuat keadaan wanita berusia dua puluh lima tahun itu membaik. Alih-alih mengacuhkannya, Jill tampaknya tidak memedulikan ucapan Tobias sedikitpun karena wajahnya mulai memerah dan wanita itu mengatakan sesuatu dengan keras sebelum bergerak menjauhi Tobias. “Dia sangat sulit untuk diajak bekerja sama,” ucap Joey ketika mendekatinya. “Biarkan dia,” putus Mike sebelum begerak kembali ke dalam sedannya dan mengendarai sedan itu untuk mengikuti kemana Jill pergi.  - Beritahu saya tanggapan kalian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD