30

1500 Words
Pagi hari di Jakarta, Dewa sudah terbangun dari tidurnya lebih dahulu. Ia pun sekarang langsung membangunkan tema-temannya yang mayoritas masih tidur. Namun ada juga yang sudah bangun termasuk Dimas, Alfa dan Raka. Wajar saja mereka sudah bangun karena jika mereka masih di penjara memang mereka harus bangun di jam-jam segini. Itu sudah menjadi hal yang biasa mereka lakukan karena jika tidak mereka akan mendapatkan hukuman. "Yang lainnya belum pada bangun ini, kayaknya kita semua nanti bakalan agak lama sih karena kita berangkat telat jadi pasti di jalan bakalan agak lama. Tapi ga papa sih karena emang mereka kayaknya pada capek banget. Toh kita masih punya waktu juga nanti." Ujar Dewa kepada teman-temannya itu. "Iya, gua juga lihat mereka kasihan karena kayaknya mereka emang sekarang kecapekan banget sih." Ujar Dimas dan sekarang mereka mandi karena nanti akan gantian dengan teman-temannya yang lainnya juga. Dewa merasa lebih tenang saat ini karena setidaknya dirinya bisa mendapatkan kebahagiaan bersama dengan teman-temannya ini. Apalagi mereka sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri, ia juga mendapatkan keluarga baru yang sudah menolongnya saat mereka ada di dalam penjara. "Guys woy semuanya pada bangun. Dah telat nih kita, ayo cepetan pada mandi sekarang." Ujar Arhan kepada teman-temannya yang sekarang pun langsung terbangun dari tidurnya dan mereka sudah bersiap untuk mandi. Langsung saja semuanya heboh karena ternyata mereka sudah benar-benar terlambat dan tidak sesuai dengan rencana mereka yang akan berangkat pagi buta. Tapi ya sudah yang penting mereka jadi berangkat. Sedangkan sekarang ini Nayara pergi bersama dengan Bagas, Marco dan teman-teman Marco juga. Mereka sekarang sedang berada di salah satu restoran karena mereka memang ingin sarapan disana. Nayara sangat bersemangat sekarang, ia tak sabar nantinya dirinya akan makan enak lagi. "Nay, jadi udah memutuskan belum mau lanjut dimana?" Tanya Bagas. "Dimana ya Gas? Enaknya dimana? Hehehe udahah Gas. Jangan dipikirin sekarang, dipikirin besok-besok aja." Ujar Nayara dan Bagas pun akhirnya mengangguk. Padahal Bagas sangat ingin tahu karena memang Bagas juga akan memikirkan tentang hal itu apakah ia akan pindah atau tidak jadinya. "Nay, kamu mau makan apa?" Tanya Marco kepada Nayara saat mereka sudah duduk di restoran. Nayara pun kini me agak ke arah buku menu itu dan kini ia sudah membuka-buka. Namun pada akhirnya pilihannya adalah pilihan yang klise yaitu nasi goreng, tapi tak hanya nasi goreng saja karena Nayara juga membeli daging. Kini ia bermain lagi setelah memesan makanan. "Nay, mau es krim?" Tanya Marco lagi dan Nayara lagi-lagi mengangguk. Melihat anggukan dari Nayara itu sedari tadi teman-teman Marco rasanya ingin mencubit pipi dari Nayara karena Nayara sangat lucu sekali sekarang. Mereka sangat gemas dengan Nayara karena memang bagi mereka Nayara selucu itu. Ia juga cantik, makanya mereka heran kenapa ada lelaki yang sampai menyia-nyiakan seorang Nayara. Karena Nayara itu terlalu berharga untuk disiakan, jadinya mereka benar-benar merasa sangat heran.. "Bagas, kesana sebentar yuk, mau di fotoin disana." Ujar Nayara sembari menunjuk ke arah pantai yang sekarang sedang sepi. Makanya Nayara ingin foto disana mumpung sedang tidak banyak orang juga. "Dimana Nay?" Tanya Bagas dengan lembut karena ia pun tak bisa bersikap kasar kepada Nayara karena memang Nayara juga tidak bisa dikasari. Makanya sekarang ini ia berusaha sebisa mungkin untuk tak marah. "Disana, ayo dong mau ya. Please." Ujar Nayara yang terus menerus meminta hingga pada akhirnya hal itu membuat Bagas mengangguk juga. Kini mereka berdua sudah berjalan menuju ke luar dari restoran karena mereka akan pergi ke dekat pantai. Memang tadi Nayara meminta untuk di foto dekat pantai. Jadilah sekarang mereka ada di sini dan Bagas sedari tadi memperingatkan kepada Nayara supaya nayyara tidak terlalu mendekat ke pantai karena nanti Nayara bisa terkena air. Nanti Nayara bisa sakit juga. "Nay, gue kan udah bilang jangan dekat-dekat ke sana nanti lu ke cipratan air. Nanti lo malah nggak jadi makan dan balik ke kamar karena mau ganti baju lagi. Udah sinian Lo " ujar Bagas dan Nayara akhirnya mengangguk. "Ihhh padahal kan disana tadi kalau diambil foto bagus banget tahu. Tapi ya udah deh ntar gue dimarahin lagi nih." Ujar Nayara kepada Bagas dan sekarang Nayara pun sudah berjalan mendekat ke arah Bagas tersebut. "Good girl." Ujar Bagas dan sekarang ini Nayara sudah tersenyum. Bersama Bagas, Nayara sealu merasa aman dan tenang. Tak hanya itu saja karena Nayara selalu merasa bahwa dirinya memiliki seseorang yang bisa diandalkan di dalam hidupnya. Ia sangat beruntung memang memiliki Bagas di hidupnya yang hampir mati ini. "Makasih ya Bagas karena udah mau jadi teman gue dan pastinya udah selalu ada di saat gue butuh. Gua ga tahu gimana kalo ga ada Lo sama keluarga Lo mungkin gua sekarang udah ga terarah. Itu pun juga kalo gua masih tetap hidup di dunia ini. Kalo aja gua memutuskan untuk mati beberapa waktu yang lalu kan who know juga." Ujar Nayara dan Bagas menatap sedikit tajam ke arah Nayara karena Bagas tidak pernah suka ketika Nayara mengatakan hal-hal seperti itu. Nayara yang di tatap seperti itu oleh Bagas kini langsung meminta maaf kepada Bagas karena ia tahu bahwa dirinya salah. Bagas langsung meminta Nayara untuk kembali ke restoran lagi. “Ayo kita ke restoran lagi aja, nunggu makanan jadi disana aja. Nanti Bang Marco nyariin kalo kita lama-lama disini.” ujar Bagas padahal itu hanya alasannya saja karena dirinya tidak mau terlalu lama disini. Nanti Nayara malah bermain air lagi. Itu tidak akan sehat untuk tubuh Nayara. “Iya Bagas, ayo kita ke restoran lagi.” ujar Nayara dan mereka berdua sudah berjalan menuju ke restoran. Di pertengahan jalan, Bagas menatap ke arah Nayara dan sekarang ini Bagas mengatakan sesuatu kepada Nayara. "Nay, lo tahu kan kalau gue nggak pernah suka lo ngomong kayak gitu. Begitupun juga dengan bang Marco, jadi gue minta sama lo buat nggak pernah bilang hal seperti itu lagi ya. Okay?* Tanya Bagas mendapatkan anggukan dari Nayara. Bagas pun langsung kembali tersenyum dan kini ia menggandeng Nayara kembali ke tempat duduk mereka lagi. Ternyata minuman mereka sudah datang dan saat sudah kembali duduk mereka berdua langsung minum karena memang mereka haus setelah tadi berjalan. "Kok tumben cepet foto-fotonya?" Tanya Marco kepada Nayara itu. Nah kan benar. Marco sebenarnya tidak mencari Nayara karana jika sudah bersama Bagas, Marco tidak khawatir kepada Nayara. Apalagi sudah jelas bahwa mereka akan ke bawah untuk foto-foto saja. Makanya saat mereka berdua kembali dengan waktu yang cepat Marco malah menanyakan hal itu kepada mereka. "Iya cepat habisnya Bagas nggak ngebolehin Nayara buat foto di pinggiran pantai sih." Ujar Nayara yang melaporkan hal itu kepada Marco. "Ya kan gue cuman takut kalau nanti lo kecipratan air dan pasti nanti baju lo bakalan basah Nay." Ujar Bagas dan Marco setuju dengan Bagas. Masalahnya jika Nayara sakit nanti Bagas dan Marco yang akan sangat khawatir, mereka sebisa mungkin tidak akan membiarkan Nayara untuk sakit. Karena mereka akan selalu menjaga Nayara juga sampai Nayara bisa kuat. "Foto-foto di pinggir pantainya nanti atau besok lagi ya kan sekarang kita mau makan dulu. Masak mau makan malah bajunya basah sih nanti kalau masuk angin gimana hayo." Ujar Marco dan Nayara tersenyum karena ia selalu suka bagaimana cara Marco memperhatikan dirinya dengan lembut. "Kita pulangnya jadinya besok kan ya bang bukan hari ini kan?" Tanya Nayara dan Marco lagi-lagi mengangguk. Melihat anggukan dari Marco membuat Nayara sangat semangat karena memang Nayara masih ingin di sini. Bahkan kemarin Nayara sempat berpikiran untuk tinggal di sini saja dan melanjutkan sekolah di sini. Namun ia sadar diri dirinya ingin bersama siapa di sini? Contoh yang dia punya di dunia ini hanya Bagas dan keluarganya saja. Tidak mungkin ia meminta pada Bagas untuk pindah ke sini hanya karena dirinya. Makanya ia sadar diri dan tidak memikirkan hal itu lagi. Karena hal itu terlalu mustahil untuk menjadi sebuah hal yang bisa menjadi kenyataan. Jangan memikirkan hal yang ga akan pernah bisa menjadi kenyataan Nayara. Ga boleh, karena pasti kepikiran terus dan ga bakalan baik. Jadi sekarang lebih baik memikirkan hal-hal yang kiranya bisa di wujudkan aja. Batin Nayara kepada dirinya sendiri. Ia berusaha untuk menyadarkan dirinya sendiri agar ia tidak terpaku pada hal-hal yang membuatnya merasa tidak berhak hidup. Sedangkan Keenan dan teman-temannya hari ini baru berjalan menuju ke restoran tempat mereka akan melakukan sarapan. Restoran yang akan mereka gunakan untuk sarapan sudah di depan mata, lagi-lagi Keenan dan teman-temannya melihat Nayara dan Bagas yang baru saja keluar dari restoran. Namun mereka tak melihat hal itu dan sekarang ini mereka sudah masuk ke dalam restoran. Mereka masuk ke ruangan yang berbeda dengan yang dimasuki oleh Marco dan yang lainnya karena memang Marco dan yang lainnya berada di ruangan VIP yang lain sedangkan Keenan juga pergi ke ruang VIP. Mereka kemarin sudah memesan makanan jadi sekarang ini mereka tinggal makan karena saat sudah sampai makanan sudah disiapkan juga. Kini mereka langsung makan karena setelah ini mereka akan pergi ke salah satu pulau lain dan menyebrang kapal kecil. Mereka benar-benar tak sabar dengan hal itu, sekarang ini mereka sudah makan sembari ngobrol. Sebenarnya masih banyak daerah-daerah atau tempat lain yang ingin mereka datangi tapi mereka tidak bisa melakukannya karena mereka terkendala oleh waktu yang sangat mepet. Jadinya mereka tidak bisa lakukan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD