Dewa dan yang lainnya saat ini sedang barbequean di puncak. Mereka memutuskan untuk menginap semalam disini dan besok baru pulang. Semuanya sedang asyik membakar daging, sosis, jagung dan masih banyak lagi makanan yang sekarang ini sedang mereka bakar. Mereka semua benar-benar menikmati hari - hari mereka disana. Hari -hari yang bagi Dimas, Raka dan Alfa tidak pernah membayangkan hal itu sebelumnya. Tak pernah ada bayangan tentang hal itu. Bisa hidup tanpa bekerja saja tak pernah mereka bayangkan. Sungguh bagi mereka Dewa memang Dewa penyelamat mereka.
"Dewa handphone Lo bunyi terus tuh." Ujar Arhan dan Dewa pun kini mendekati handphonenya yang memang ia tinggal di meja di dekatnya.
Melihat nama Papanya yang ternyata ada di handphonenya itu sebenarnya Dewa malas untuk menjawabnya. Namun pad akhirnya sekarang ini Dewa tetap menjawabnya, mungkin memang ada hal yang penting juga.
"Dewa, kamu kemana saja? Kenapa Papa telfon tidak bisa?" Tanya Papanya yang jujur saja membuat Dewa langsung menjauhkan handphonenya dari telinganya karena perkataan dari Papa Dewa itu membuat telinga Dewa lumayan sakit saking kerasnya. Entah kenapa Papanya marah kepada Dewa.
"Saya sedang bersama teman-teman saya Pa. Ada apa Papa mencari saya? Tumben sekali Papa mencari saya." Ujar Dewa yang juga heran.
"Kamu lupa? Besok adalah pernikahan Papa dengan calon Mama kamu Dewa. Kamu jangan sampai melupakan hal itu." Ujar Papa Dewa yang kini membuat Dewa tersenyum dengan sinis, rasanya ia ingin mematikan panggilan ini sekarang juga. Ah seharusnya tadi ia tidak usah mengangkat panggilannya karena memang tidak berguna juga, informasi yang di berikan oleh Papanya ini sangat tidak berguna untuk hidupnya saat ini atau nanti.
"Calon Mama? Selamanya Mama saya hanya satu saja. Tidak ada Mama yang lainnya karena bagi saya, Mama tidak akan pernah tergantikan. Saya tidak akan menghadiri pernikahan Papa ini." Ujar Dewa membuat Papanya kesal, giginya bergemeletuk karena menahan emosi dan rasa kesalnya itu.
"Kamu akan datang Dewa, Papa akan mengerahkan semua orang Papa untuk mencari kamu dan membawa kamu ke pernikahan Papa." Ujar Papa.
"Buat apa sih Pah? Buat apa saya harus datang jika untuk pernikahan ini saja saya tidak senang, saya tidak bahagia dan pastinya tidak memberikan ijin kepada Papa. Selamanya saya tidak akan mau memiliki Mama baru. Papa harus ingat itu. Papa kalau memilih untuk memiliki keluarga baru, it's okay. Dewa ga masalah karena toh selama ini Papa juga tidak pernah bersama dengan Dewa." Ujar Dewa yang sudah sangat kesal kepada Papanya itu.
"Silahkan Papa membuat keluarga baru, tapi itu berarti Papa juga kehilangan saya. Karena saya tidak akan masuk ke keluarga baru yang di buat oleh Papa. Silakan juga jika Papa mau mencari Dewa. Kita lihat siapa nanti yang akan menang, anak buah Papa atua teman-teman Dewa." Ujar Dewa yang setelah itu langsung mematikan panggilan itu. Bahu Dewa saat ini naik turun tanda bahwa ia sedang menahan emosi yang sejak tadi menguasainya.
Sekali lagi ia tak akan perduli apa bila Papanya ternyata memang akan menikah lagi, silakan ia juga tidak mau untuk susah payah menggagalkan pernikahan yang juga bukan kemauan dirinya itu. Iya tidak akan merecoki apa pun asalkan papanya juga tidak melibatkan dirinya dalam pernikahan itu.
Setelah sudah mematikan panggilan itu, sekarang ini Dewa sudah kembali ke teman-temannya. Dewa berusaha untuk mendinginkan pikiran dan hatinya sebelum ia tadi bergabung dengan yang lainnya tapi bagi yang sudah mengenal Dewa lama pasti mengetahui bahwa saat ini Dewa sedang menahan emosi. Karena hal itu sangat terlihat jelas dari wajah Dewa.
"Ada masalah ya Dewa? Yang tadi itu bokap Lo?" Tanya Andra itu. Dewa mengangguk dan wajahnya masih terlihat sangat keras, sepertinya pembicaraan yang tadi terjadi merupakan pembicaraan yang sangat amat tidak baik. Maka dari itu sekarang ini mereka semua sedang melihat ke arah Dewa. Mereka juga ikut khawatir dengan apa yang saat ini sedang terjadi oleh Dewa.
"Ya siapa lagi kalau bukan dia? Kali ini Papa benar-benar udah keterlaluan sih." Ujar Dewa yang bisa didengar oleh teman-temannya juga. Mereka semua sudah hampir hafal jika Dewa terlihat sangat marah itu berarti karena ada yang mengusik dirinya dan akhir-akhir ini Dewa sama sekali tidak membuat masalah dengan musuh-musuhnya tapi Dewa hanya memiliki masalah dengan papanya saja. Makanya mereka langsung menebak hal itu.
Dewa memang tadi mengatakan hal itu tapi beberapa detik kemudian ia kini langsung meminta maaf karena telah mengatakan hal seperti itu kepada teman-temannya yang saat ini seharusnya tidak membahas tentang hal ini. Kan sekarang ini mereka semua sedang liburan jadi memang tidak seharusnya mereka semua membahas masalah, apalagi ini juga masalah keluarga Dewa. Lagi pula memang Dewa tidak pernah membahas masalahnya.
"Sorry guys, gue nggak bermaksud buat bikin lo semua jadi bad mood. Tadi gue cuman sedikit kelepasan aja, jadi sekarang lebih baik kita lupain yang tadi. Lo semua lanjut aja." Ujar Dewa yang mana sebenarnya teman-temannya ingin bertanya lebih lagi kepada dewa tapi mereka tahu bahwa sepertinya Dewa tidak mau membahas tentang hal itu lagi. Maka dari itu sekarang ini Dewa sudah masuk ke dalam villa dan ia ingin menenangkan diri sebentar. Sebenarnya Alfa sudah akan menyusul dewa tapi Arhan tidak membolehkan Alfa melakukan hal itu karena Arhan tahu bahwa Dewa saat ini ingin tenang lebih dahulu. Dewa ingin menenangkan diri sendirian disana.
"Udah biarin aja Dewa sendirian karena kalau ada masalah sama Papanya pasti dia emang mau sendiri lebih dahulu. Nanti kalau misalnya semuanya udah membaik jadi dia dia bakalan gabung lagi kok sama kita. Udah kita lanjut makan aja sekarang." Ujar Arhan dan mereka pun mengangguk. Sepertinya hal-hal seperti ini sangat sering terjadi karena memang mereka sudah sangat hafal dengan yang dirasakan oleh Dewa.
"Besok-besok lo padahal nggak usah kaget ya kalau misalnya ada masalah antara Dewa sama Papanya karena itu emang udah sering terjadi. Ya bisa dibilang hubungan antara Dewa sama Papanya itu kurang baik." Ujar Arhan dan Alfa, Dimas serta Raka pun mengangguk. Mereka juga tahu karena mereka sudah bisa mengerti sejak kemarin-kemarin mereka melihat Dewa yang ketika membicarakan bapaknya sepertinya sedikit emosi juga dia.
Akhirnya mereka melanjutkan barbequean sedangkan Dewa sudah berada di balkon kamar lantai 2 sembari menyesak rokok yang ada di tangannya. Dewa melihat teman-temannya yang Untung saja sekarang ini sudah fokus makan lagi, seharusnya tadi memang ia tidak kembali dulu ke sisi teman-temannya karena dirinya malah membuat suasana tadi menjadi canggung dalam beberapa saat. Setelah itu ia bisa mengatasi semuanya. Ia begitu tenang tadi karena ia pikir ia akan mengacaukan semuanya, tapi untung saja dirinya masih bisa menghandle itu. Lebih baik ia sekarang menyendiri lebih dahulu dan membiarkan teman-temannya saat ini menikmati barbequan bersama dan mengobrol bersama. Semoga mereka juga sekarang ini tak memikirkan tentang dirinya yang sedang tidak baik-baik saja ini.
Sedangkan sekarang ini Keenan dan teman-temannya sedang membereskan barang-barang mereka karena besok pagi-pagi sekali mereka harus sudah berada di bandara. Ya, memang mereka besok akan pulang pagi-pagi karena ternyata akan ada acara keluarga di rumah keluarga Keenan. Entahlah acara apa itu tapi sepertinya merupakan arisan keluarga yang mana kemarin-kemarin mama dan papa Keenan lupa dengan hal itu jadi mereka saat mengingatnya langsung meminta Keenan dan teman-temannya pulang.
"Lagi pula juga mama aneh nih, masak mau ada acara arisan anak-anaknya suruh kumpul semua. Coba deh Bang Garda, bukannya lebih baik kita ada di sini kan daripada ikut acara arisan kayak gitu ya nggak Bang?" Tanya Keenan kepada Garda, Garda dan Gina pun juga akan ikut kumpul ke rumah Keenan karena memang arisan itu merupakan arisan keluarga besar Keenan.
"Ya jelas lah Nan, ngapain juga kita datang ke sana yang akhirnya cuma gabut aja kan? Tapi ya udahlah kita kan bisa liburan next time juga. Next time maybe Bali? Or Labuan Bajo?" Tanya Garda kepada Keenan dan Keenan kini tersenyum dengan sangat bersemangat ketika memikirkan tujuan liburan itu.
"Prefer langsung Raja Ampat tahu. Iya ga!" Ujar Gina dan sekarang ini langsung diangguki oleh Keenan. Mereka ini benar-benar sudah memikirkan liburan selanjutnya saja padahal liburan selanjutnya masih sangat lama.
"Udah guys mendingan sekarang kita cepetin packing terus tidur deh biar besok kita bisa bangun pagi buta karena kita nggak boleh telat nih sampai ke bandaranya. Soalnya penerbangan selanjutnya adanya cuman sore doang." Ujar Axel dan mereka mengangguk. Sekarang ini mereka sudah menyelesaikan packing mereka dengan cepat dan setelah itu baru mereka tidur karena ini sudah pukul sepuluh malam. Jika saja besok mereka tak harus bangun pagi mungkin mereka baru akan tidur pukul dua belas atau satu malam karena mereka sangat sering ke pinggir pantai untuk melihat bintang.
Sedangkan Nayara sekarang masih ada di luar bersama Bagas, nayara sedang duduk dan kepalanya disandarkan ke bahu Bagas. Mereka berdua sedang menikmati udara malam dan melihat bintang serta bulan yang malam ini sedang sangat indah. Mereka sebenarnya tak ada di bawah karena mereka ada di balkon. Sekarang ini Bagas melihat ke arah nayara yang mana ternyata nayara sudah tertidur dengan pulas. Inilah kenapa dirinya hanya membolehkan untuk Nayara lihat bintang dan bulan di balkon karena memang Nayara selalu ketiduran. Kemarin saja iya harus menggendong nayara dari bawah sampai ke kamar, bukannya ia tidak kuat. Ia kuat tapi terkadang jika terlalu lama digendong Nayara akan terbangun dan itu akan mengganggu tidur Nayara. Setelah itu juga Nayara akan lama bisa tidur lagi jadi Bagas tidak akan mengulang kesalahan yang sama seperti apa yang dilakukan kemarin. Ia akan membuat Nayara tertidur dengan pulas meskipun ia pindahkan nanti.