16

1510 Words
"Ya tapi kan tetep aja Nay, udah lah mending sekarang ngobrolin yang lainnya aja. Ga usah ngobrolin tentang itu." ujar Bagas kepada mereka semua. Mereka tentu saja mengangguk karena sepertinya juga tidak etis jika membahas tentang masa lalu terus menerus. Padahal masa depan cerah. "Jess, Lo ga ada shooting? Kayaknya sinetron lo masih tayang tiap hari deh. Ga kejar tayang Lo?" tanya Zaki dan mereka semua kini menatap Jessica. Jessica meminta waktu sebentar untuk mengunyah dan menelan makanannya lebih dahulu sekarang dan mereka pun menunggu Jessica menjawab. Tampak Jessica sudah selesai menelan makanannya itu. "Gua ada shooting, cuma ini jam makan siang gua. Jadi ya ga ada salahnya kan kalo gua ada disini?" tanya Jessica kepada mereka semua. "Padahal banyak tempat makan di sekitar tempat shooting Lo. Tapi Lo malah jauh-jauh kesini. Buang-buang energi." ujar Marco pada Jessica. "Marc, yang buang-buang energi kan gua tuh. Bukan Lo. Jadi Lo ga perlu dong mikirin itu. Atau Lo udah mulai mikirin gua?" tanya Jessica pada Marco. "Ngapain juga gua mikirin Lo, banyak tuh diluaran sana fans boy Lo yang mikirin Lo tiap hari tiap waktu." ujar Marco kepada Jessica dan ia tersenyum. "Cemburu eh?" tanya Jessica kepada Marco dan sekarang ini mereka semua yang ada di table itu hanya mendengarkan dua orang itu berbicara. "What? Of course not. Why i'm jealous? I have not reason to jealous with othe people is like you." ujar Marco pada Jessica dan Jessica diam saat ini. "Kapan-kapan juga cemburu." ujar Jessica dan Nayara bingung sekarang karena ia tidak tahu bahwa ternyata Jessica ini sangat dekat dengan Marco. Bahkan sepertinya mereka berdua ini memiliki hubungan yang entah itu apa. Jessica saat ini masih makan dan ia juga mengobrol dengan teman-teman Marco karena jika ia terus mengobrol dengan Marco, sudah sedari tadi Marco pergi dari sini karena tidak nyaman dengan adanya Jessica itu. "Kak Jessica gimana rasanya shooting kejar tayang gitu kak? Pasti capek banget ya kak? Cuma Kak Jessica selalu kelihatan cantik banget sih. Bahkan lebih cantik dilihat secara langsung." ujar Nayara kepada Jessica. "Ah masa sih? Thank you Nayara. Ya memang capek sih tapi karena gua suka ya jadinya gua nikmatin aja semuanya. Semuanya bakalan kelihatan ringan kalo kita menikmatinya." ujar Jessica tersenyum pada Nayara. Ia heran bagaimana bisa Nayara dekat dengan Bagas dan Marco. Apalagi sampai membuat mereka berdua yang biasanya sedingin es jadi mencair. Ia rasanya ingin bertanya kepada Nayara kenapa Marco bisa secair itu saat bersama dengan Nayara. Ia benar-benar iri kepada Nayara juga. Ia sudah lumayan lama mencoba untuk dekat dengan Marco tapi semuanya sia-sia saja karena ia sama sekali tak bersambut. Ia di tolak terus menerus juga sekarang ini. "Guys kayaknya gua harus balik ke lokasi shooting deh. Ah ya, kalian pesan apa pun ya gua udah bayarin." ujar Jessica membuat mereka semua saling tatap sekarang ini. Pasalnya mereka kini menatap ke arah Marco yang sudah siap marah-marah karena seharusnya dirinya yang mentraktir. Ia tidak mau jika di traktir seperti ini, apalagi ia di traktir oleh seorang perempuan. "Siapa bilang Lo bisa bayarin? Gua yang bayarin semuanya. Gua bakalan ganti." ujar Marco yang sekarang ini memanggil waiters dan membayar semua yang sudah di bayar oleh Jessica. Ia mengembalikan uang yang telah Jessica bayarkan tadi. Jessica menatap Marco dan sepertinya ia salah. "Lain kali ga usah sok tahu Lo. Lagi pula seharusnya Lo ga usah datang kesini." ujar Marco yang membuat Jessica sedih tapi karena ia jago akting jadi dalam sepersekian detik ia bisa menguasai dirinya dan ia pun tersenyum. "Okay, i'm wrong but sorry i don't know about it. Gua bakalan belajar dari sini untuk date kita selanjutnya ya Marc. Guys gua balik dulu ya." ujar Jessica dan mereka semua kini mengatakan kepada Jessica untuk berhati-hati. Setelah kepergian dari Jessica, sekarang ini teman-teman Marco menatap ke arah Marco dengan pandangan yang heran sekarang ini. "Lo jangan keterlaluan gitu dong sama Jessica. Lagi pula ada ya orang aneh kayak Lo tuh. Bisa-bisanya Lo dari dulu nolak Jessica. Apa sih kurangnya Jessica Marco? Dia tuh bener-bener udah bagus banget." ujar Angga. "Bener woy, kasihan tahu Jessica tuh. Tiap hari kayak gitu terus Lo nya ya." ujar Zaki pada Marco tapi dasarnya Marco memang tidak bisa di ilangi jadi ya sekarang ini dirinya diam saja. Ia sama sekali tidak mengatakan apa pun hingga sekarang ini mereka pun sudah mengubah arah pembicaraan. Nayara terlihat sangat bahagia ketika bersama dengan Marco dan teman-temannya ini. Melihat Nayara bahagia tentu saja membuat Bagas dan Marco juga ikut bahagia karena mereka tak melihat Nayara menyakiti dirinya sendiri. Sementara itu sekarang ini di basecamp Genk Dewa, semuanya sedang duduk-duduk sembari melakukan hal yang memang sering mereka lakukan yaitu bermain game dan yang lainnya. Sementara tiga orang penghuni baru si rumah ini yaitu Dimas, Raka dan Alfa saat ini sedang membereskan pakaian mereka dan juga semua barang-barang baru milik mereka bertiga yang tadi di belikan oleh Dewa. Mereka tidak menyangka bahwa pertemuan mereka dengan Dewa mampu mengubah hidup mereka menjadi jauh lebih baik lagi. Jujur saja mereka mungkin saat ini hidup di jalanan jika mereka tidak mengenal Dewa. Karena juga siapa yang sudi untuk menampung mereka? "Gua lega temen-temen gua nerima balik Lo bertiga. Mereka akan sama mau itu da gua atau ga ada gua. Jadi Lo semua tenang aja, ga usah khawatir kalo mereka bakalan berubah atau gimana karena mereka hanya akan berubah kalau emang mereka benar-benar terganggu dengan Lo bertiga. But i think itu ga akan terjadi sih." ujar Dewa kepada Dimas, Raka dan Alfa itu. "Sekali lagi kita ucapin terima kasih buat Lo Wa. Kita benar-benar ga nyangka kalo hidup kita bakalan berubah jadi lebih baik kayak gini. Kita janji ga bakalan khianati kepercayaan Lo buat kita dan kita juga janji bahwa suatu saat nanti kita bakalan balas kebaikan lo ini." ujar Dimas kepada Dewa. "Udah ga usah Lo pikirin pada. Intinya mah sekarang ini ya Lo pada harus benar-benar rajin belajar. Gua ga bohong soal niat gua bakalan masukin Lo pas ke sekolah yang sama dengan gua dan yang lainnya. Tentunya setelah Lo udah benar-benar ikut kejar paket." ujar Dewa kepada tiga orang tersebut. "Kalo udah pinter Lo pada ntar bisa sukses dah. Ngelihat Lo semua sukses nanti bakalan bikin gua bahagia banget sih." ujar Dewa tersebut. "Gila ya, ada loh orang sebaik Lo gini. Sampai heran gua kenapa Lo bisa sebaik ini deh sama orang. Ga nyangka sih bener-bener gua." ujar Alfa. "Gua ga sebaik itu kali. Lagi pula gua benar-benar baik cuma sama orang yang juga baik ke gua. Like a simbiosis mutualisme." ujar Dewa menjelaskan. "Woy ini gimana gua mau mandi panas banget." ujar Raka yang memang ada di kamar mandi. Mereka bertiga pun langsung berjalan dan saat ini Raka sudah menggunakan handuknya bertanya kepada mereka bertiga. Dewa pun menjelaskan bagaimana cara merubah air itu menjadi air dingin atau air panas. Sekarang ini ia juga menjelaskan hal lainnya kepada teman-temannya ini karena mungkin memang banyak hal baru yang mereka temukan disini. Dewa sekarang keluar dari kamar mereka dan ia pun turun kembali ke bawah sembari membawa rokoknya. Ia sudah menghisap rokok tersebut sedari ia berada di tangga. Teman-temannya kini sepertinya sedang merencanakan untuk membeli makanan. Dewa mendekati mereka semua. "Mau beli apaan Lo pada?" tanya Dewa tersebut sekarang ini. "Chicken paling dah, tapi gua juga ga tahu. Mereka masih bingung tuh. Kalo gua mau apa-apa juga gua sikat." ujar Aaroon sembari menunjuk teman-temannya yang sepertinya masih sedikit berdebat karena belum menemukan makanan yang pas untuk mereka makan nanti. Ya memang tidak beda dengan para cewek mereka ini jika sudah tentang memilih makanan. "Jan lupa belinya yang banyak ya." ujar Dewa dan mereka mengangguk. Sekarang ini Dewa keluar ke depan rumah untuk menghabiskan rokok yang telah ia bakar itu. Udara segar benar-benar menyapanya, ia tampak tak pernah memikirkan ketika ia ada di penjara tapi bukan itu yang sebenarnya terjadi. Ia sangat kepikiran ketika dirinya masih ada di penjara. Namun ia juga tidak bisa mengatakan apa pun, ia tak bisa berekspresi apa pun saat itu karena ia ingin tahu seberapa lama Papanya akan mengetahui tentangnya. Ternyata itu sangat lama, butuh waktu satu tahun padahal ia bisa saja saat itu mengatakan pada polisi untuk menghubungi Papanya atau pengacaranya. Namun ia tidak melakukan hal itu karena ia ingin tahu seberapa lama ia akan mendekam disini dengan ketidakpekaan dari Papanya itu. Papanya memang tak pernah memedulikan dirinya. Namun disaat seperti ini seharusnya Papanya datang dengan cepat, tapi ternyata sangat lambat. "Lucu, Papa ga pernah ngecek keberadaan gua di rumah kali ya. Atau dia yang ga pernah balik selama ini? Kemana dia? Sibuk kerja atau malah main sama cewek ga jelas?" ujar Dewa sendiri dengan bertanya-tanya tentang hal itu. Ia sama sekali belum menemukan jawaban yang pasti karena sampai saat ini ia tidak tahu apakah Papanya itu memang memiliki seorang kekasih atau tidak mengingat Papanya memang sudah lumayan lama sendiri juga. Lagi pula Lo berharap apa sih Dewa, jangan terlalu berharap sama bokap Lo karena dia ga bisa diharapkan sama sekali. Mungkin kalo dia ga inget siapa dia, dia ga bakalan mau repot-repot buat bebasin gua dari penjara karena dia juga ga akan pernah perduli sama keadaan Lo. Batin Dewa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD