15

3800 Words
Dewa sudah berada di jalan, sementara itu teman-teman Dewa yang ada di basecamp, yaitu mereka yang sudah pulang dari sekolah sekarang bingung karena terdapat banyak paket yang datang. Mereka bilang ini paket Dewa. Karena Dewa tidak bilang apa-apa jadi mereka semua tak ada yang menyentuhnya sama sekali. Kini Aaroon menghubungi Dewa tapi tidak diangkat oleh Dewa tentunya karena sekarang Dewa sedang menyetir jadinya ia tidak tahu ada telfon masuk juga karena handphonenya ia mode silent. "Gimana Roon? Bisa di telfon?" tanya Andra dan Aaroon menggeleng. "Lagi di jalan otw kesini paling itu Dewa." ujar Mada menjawab mereka. Mereka pun mengangguk karena memang bisa saja hal itu terjadi ke mereka. Kini mereka sudah membahas hal lain lagi sembari makan camilan disana. Mobil Dewa sudah memasuki rumah tingkat empat yang menjadi basecamp ia dan ganknya. Rumah ini dulu merupakan rumah Dewa tapi ia menggunakannya sebagai basecamp, memang lantai empat dan terlihat seperti hotel. Terdapat banyak kamar juga tapi yang dipakai juga banyak karena memang terdapat beberapa orang yang juga tinggal di rumah ini. Dewa tak pernah mempermasalahkan bagi siapa pun yang ingin tinggal di rumah ini asalkan mereka tidak membawa barang haram kesini karena Dewa tidak akan menerima siapa pun yang membawa barang haram ke tongkrongannya. "Dewa, ini kita ngapain mampir ke hotel?" tanya Dimas yang polos. "Hotel? Astaga Dim, ini bukan hotel tapi basecamp gua. Jadi ini juga bakalan jadi rumah Lo bertiga, tapi sorry emang kayak hotel sih karena yang tinggal disini nantinya bukan hanya Lo bertiga aja. Ga papa kan? Tapi kalo Lo bertiga ga nyaman...." ujar Dewa belum selesai berbicara sudah dipotong Alfa. "Lo gila? Dimana letak ga nyamannya woy, ini rumah sebagus ini. Kita masuk pun belum pernah Wa. Ini yakin kita boleh tinggal disana?" tanya Alfa. "Ya yakin lah, udah yok turun." ujar Dewa saat mereka sudah memarkir mobil. Tampak mereka pun sudah turun, kini Dewa berjalan masuk ke dalam. "Oh udah sampai ya paketan gua." ujar Dewa saat ia masuk ke dalam. "Nah ini nih yang dari tadi di telfon ga di angkat, ternyata bener Lo masih di jalan ya tadi. Ini Lo beli banyak banget buat apa woy?" tanya Putra ke Dewa. "Buat temen-temen baru itu, sini masuk." ujar Dewa kepada Alfa, Dimas, dan Raka. Mereka bertiga pun kini sudah masuk ke dalam juga. Saat ini mereka bertiga menjadi fokus perhatian dari teman-teman Dewa yang lain. "Ah ini temen-temen barunya? Wah hai guys, kenalin gua Mada." ujar Mada memperkenalkan diri terlebih dahulu karena sedari tadi mereka hanya diam saja. Mungkin karena terlalu terkejut dengan apa yang terjadi juga. Dewa membawa mereka mendekat agar mereka bisa berkenalan dahulu. Tampak sekarang ini mereka duduk sembari mengobrol, awalnya Dimas, Raka dan Alfa masih canggung dengan mereka tapi namanya juga lelaki yang bisa nyambung dengan cepat jadinya mereka sudah mengobrol dengan biasa saja. "Oh ya, kamarnya Lo pada ada tuh diatas. Yang isi bed tiga kan Wa?" tanya Putra kepada Dewa karena beberapa waktu lalu memang sudah dibicarakan di kamar mana mereka bertiga akan tinggal. Dewa mengangguk. Kamar itu lah yang memang akan digunakan ileh Dimas, Rama dan Alfa selama mereka hidup di basecamp ini. Dewa memang tidak memisah kamar mereka bertiga, Dewa membiarkan mereka satu kamar tapi jangan salah, kamar mereka termasuk kamar besar. Ada kamar mandi di dalam, lalu juga dilengkapi dengan lemari masing-masing. Mereka pun membawa barang-barang yang tadi dikirim ke atas dengan lift. Sebenarnya ada tangga tapi karena bawaan banyak jadi memakai lift saja. "Terus Lo pada mau lanjut kemana?" tanya Andra kepada mereka bertiga. "Hah? Lanjut? Lanjut apa?" tanya Dimas yang bingung karena Andra mengatakan tidak lengkap jadinya ia berpikir sebenarnya apa yang dimaksud oleh Andra mau lanjut kemana itu. "Lo kalo ngomong yang lengkap dong Ndra. Maksudnya Andra itu mau lanjut sekolah dimana, ayok lah gabung kita aja di SMA Garuda." ujar Mada. "Nah bener tuh maksud gua, iya gabung ke SMA Garuda aja bareng sama kita. Dijamin paling aman." ujar Andra kepada mereka bertiga sekarang ini. "Sorry guys, tapi gua, Raka sama Alfa ga lulus SMP." ujar Dimas menjawab yang mana membuat Andra dan Mada langsung menatap dengan pandangan seolah-olah mengatakan bahwa mereka salah berbicara saat ini. "Besok masuk ke Kejar Paket dulu. Terus kelas dua baru deh barengan sama gua kita masuk ke sekolah baru." ujar Dewa kepada mereka bertiga. "Wa, Lo ga akan pindah sekolah kan?" tanya Mada karena Dewa mengatakan sekolah baru jadi ia sudah berpikiran macam-macam sekarang. "Maksud gua tuh sekolah baru ya SMA kita, kan itu sekolah baru buat mereka bertiga besok. Dah Lo ga usah mikir macam-macam dah. Pokoknya gua bakalan tetep di SMA Garuda. Gua ga akan pindah kemana-mana." ujar Dewa membuat mereka tenang, kini mereka pun sudah sampai di kamar. Sementara itu, sekarang tampak Keenan berada di rumahnya, seperti biasanya ia bersama Bunda, Ravi dan Axel. Mereka sedang menonton film. "Bund, tadi udah diberi makan ya Pio?" tanya Keenan tersebut sembari masih menatap ke arah layar tv. Mendengar Keenan membicarakan tentang Pio, Bunda langsung menatap Ravi dan Axel. Ia pun kini menghela nafasnya. "Udah kok sayang, tadi Pio udah di kasih makan." ujar Bunda Keenan. "Okay Bunda, soalnya kasian kan kalo belum dikasih makan nanti Safa bisa marah-marah kalo tahu. Itu kan kucing kesayangan Safa." jawab Keenan. "Iya sayang, udah kok." ujar Bunda Keenan, Keenan mengangguk sembari saat ini melanjutkan menonton. Bunda Keenan tampak pamit ke dapur sebentar, ia sekarang sedang meminum air putih. Rasanya ia ingin menangis ketika melihat Keenan lagi-lagi seperti itu. Ia benar-benar sedih. Keenan, maafin Bunda karena Bunda masih nangis kepikiran tentang kondisi kamu. Semoga kamu akan semakin bahagia kedepannya ya sayang. Bunda sayang sama kamu. Batin Bunda Keenan yang kini menghapuskan air matanya. Tampak sekarang ini ia pun merapihkan dirinya lagi agar tak terlihat bahwa ia baru saja menangis, setelah itu ia kembali lagi ke tempatnya tadi. "Loh udah selesai film yang tadi?" tanya Bunda Keenan kepada mereka. "Iya Bunda, mau ganti film ini soalnya yang tadi juga udah habis sih hehehe. Kayaknya film Indonesia bagus juga nih." ujar Ravi kepada mereka. "Jangan deh, nonton Spiderman aja lah. Kan besok bakalan ada Spiderman yang baru tuh, nah kita nonton yang kemarin-kemarin dulu. Re-watch lah istilahnya kita." ujar Bunda Keenan dan mereka pun setuju saja. Lagi pula tadi jika jadi nonton film Indonesia pasti Bundanya langsung memilih genre drama yang menye-menye. Jadinya mereka pun menyetel Spiderman. Sebelum mereka benar-benar menonton, Bunda tampak mengambil makanan dan camilan lagi karena sudah hampir habis. Tak lupa juga mengambil Fanta, Lemon Tea dan juga pop corn yang untung saja ada di dalam lemari makanan. Jadinya tidak perlu beli lagi untuk itu semua juga. Kini mereka berempat sudah melanjutkan nonton Spiderman sembari memakan camilan yang ada. Bunda Keenan tampak tersenyum ketika melihat Keenan yang tampak enjoy dengan film ini. Ia harap Keenan tak membicarakan hal-hal yang semu lagi karena jika itu terjadi, ia pasti akan sangat sedih memikirkan bagaimana Keenan kedepannya hidup di dunia ini. Sementara itu, Nayara sekarang bersama dengan Bagas. Bagas tampak tenang karena beberapa waktu ini Nayara tidak kambuh, benar kata Nayara bahwa Nayara akan lebih bebas dan lebih nyaman ketika tidak bersekolah di sekolah yang sama dengan Rangga. Kini ia dan Nayara ingin pergi ke Caffe. Sebenarnya mereka tidak hanya berdua karena ada juga nanti Marco dan teman-temannya. Mereka memang sudah janjian untuk bertemu di Caffe. Marco yang mengajak mereka karena Marco ingin mentraktir mereka di tempat yang baru buka. Ada Caffe yang baru buka di dekat SMA Mandala. Caffe itu sebenarnya baru dibuka untuk anak-anak SMA Mandala saja, tapi karena ini Marco jadi mereka berdua diperbolehkan untuk pergi kesana juga. Jadinya kini mereka sudah berada di perjalanan menuju ke Caffe Mandala. Nayara berada di dalam mobil yang dikendarai oleh Bagas saat ini. Nayara tampak tersenyum senang karena akhirnya ia keluar juga ke Caffe karena akhir-akhir ini Bagas disibukkan dengan lomba dan Marco juga sibuk karena ia sudah berada di kelas dua belas. Makin banyak jam tambahan juga. "Seneng banget ya Nay." ujar Bagas sembari menatap ke arah Nayara. "Hehehe iya dong Gas, seneng poll pokoknya karena toh kita juga kemarin-kemarin jarang banget kan pergi bareng karena Lo sama Kak Marco sibuk beberapa waktu ini. Tapi ga papa, ini gantinya pas banget bakalan ditraktir hehehe. Apalagi harusnya ini Caffe cuman buat anak Mandala dulu. Berasa spesial banget kan kita ya." ujar Nayara dengan wajah sumringah. "Hahaha iya Nay, maaf ya kalo kemarin gua sama Kak Marco lama ga ajak Lo jalan." ujar Bagas dan Nayara pun mengangguk mengerti dengan keadaan dari Bagas. Lagi pula juga selama ia di rumah ia tidak bosan karena bersama dengan Bibi dan juga tutor home schooling yang sangat baik. "Oh ya Nay, Lo udah dapat sekolah yang mau Lo tuju?" tanya Bagas. "Emmm sebenarnya belum sih Gas, cuman udah ada beberapa kandidat sih gua. Tapi Gas, gua cuma mau pesan sama Lo. Kalo Lo ga bisa ikut sama gua, ga usah dipaksa. Gua bisa jaga diri gua sendiri kok Gas. I'm okay without you, i can do anything alone Gas. Kalo pun nanti gua butuh Lo, gua pasti akan langsung hubungi Lo. I swear." ujar Nayara kepada Bagas sekarang ini. "You can, but i can't Nay. Gua ga bisa ninggalin Lo sendiri gitu aja. Gua akan berusaha sebisa mungkin Nay." ujar Bagas kepada Nayara tersebut. Nayara menatap Bagas, selalu seperti ini memang jika ia meminta kepada Bagas untuk berhenti memperlakukan dirinya layaknya ia harus di jaga selalu. Ia tahu bahwa saat-saat tertentu dirinya bisa menjadi seseorang yang paling tega menyakiti diri sendiri bahkan bisa saja melakukan percobaan bunuh diri, tapi Nayara merasa bahwa akhir-akhir ini ia sudah membaik. Mentalnya sudah bisa ia atur sendiri. Lagi pula ia juga masih meminum obat dengan rutin. Namun tetap saja bagi Bagas, Nayara itu tidak bisa dibiarkan sendiri karena akan membuat semuanya menjadi runyam. Ia tahu bahwa Bagas hanya khawatir kepada dirinya, ia pun sangat bahagia memiliki Bagas dihidupnya karena mungkin tanpa Bagas ia sudah tidak ada lagi di dunia ini. Ya, itu bisa saja terjadi mengingat banyaknya penyelamatan Bagas yang terjadi kepada dirinya saat ia hampir meregang nyawa. Entah itu karena ia menyakiti nadinya atau ia meminum obat beracun semuanya bisa digagalkan. Bahkan ada suatu ketika saat Nayara hampir saja meregang nyawa jika telat sedetik saja Bagas membawanya ke rumah sakit. Entah ia harus bersyukur atau apa, ia sangat amat bersyukur karena masih punya Bagas dan keluarganya tapi disisi lain terkadang ia juga merasa bahwa ia sendirian saja. Thanks Bagas, gua ga tahu sampai umur berapa hidup gua kalo ga ada Lo, Kak Marco sama keluarga Lo. Batin Nayara yang sekarang memilih menatap ke arah luar jendela. Ternyata mereka sudah hampir sampai di Caffe. "Nayara, tolong telfonin Kak Marco dong. Bilang kalo kita udah sampai gitu." ujar Bagas dan Nayara pun kini mengangguk. Ia mengeluarkan handphonenya dan sekarang ini dirinya pun sudah menelfon Kak Marco. "Hallo Nay, lo udah sampai?" tanya Marco saat ia mengetahui handphonenya berbunyi dan saat melihat nama Nayara disana ia langsung mengangkat. Teman-temannya memang belum tahu siapa Nayara jadinya mereka bingung sebenarnya siapa yang sedang menelfon Marco itu. "Udah kak, gua sama Bagas udah di parkiran ini. Jemput ya, takut nanti ga dibolehin masuk kan." ujar Nayara kepada Marco dan Marco terlihat tersenyum yang lagi-lagi membuat teman-temannya kini sangat bingung. "Okay deh, gua jemput." ujar Marco yang setelahnya langsung mematikan panggilan itu dan sekarang ini tampak teman-temannya menatap ke arah Marco. Marco pun juga menatap balik ke arah teman-temannya itu. "Gua keluar bentar ya, tenang aja gua ga akan ninggalin Lo semua kok. Gua beneran mau nraktir Lo pada." ujar Marco kepada teman-temannya itu. "Mau jemput siapa sih Co? Lo tuh bikin penasaran aja deh sumpah. Apalagi tadi Lo juga keliatan senyum gitu kan jadinya kita mikir yang enggak-enggak loh." ujar Angga kepada Marco tapi Marco hanya menggelengkan kepalanya karena pasti teman-temannya memikirkan bahwa Marco mengajak pacar, padahal ia mengajar adik-adiknya yang paling ia sayang saat ini. "Udah lah lihat aja nanti, gua keluar dulu ya guys." ujar Marco tersebut. Marco pun kini keluar dan menjadi fokus perhatian banyak cewek yang memang sedang nongkrong di sana. Mereka benar-benar menyukai Marco, tapi Marco merupakan tipikal cowok es yang susah untuk dicairkan oleh mereka. Apalagi mereka juga tidak ada apa-apanya, Jessica yang merupakan artis yang satu sekolah dengan mereka saja sama sekali tidak dihiraukan. "Aduh Marco masa udah mau cabut sih, ga bener kan? Pasti dia cuma mau ngapain gitu aja kan?" tanya Nina kepada teman-temannya itu sekarang. "Ihh ya ga mungkin lah, gua beneran denger kok kalo Marco mau nraktir mereka disini. Ga mungkin lah dia kabur, paling juga dia lagi nyari apa gitu sih. Kalo gua mikirnya sih gitu." ujar Tia dengan pikirannya yang sangat positif. "Iya, ga mungkin kalo Marco kabur. Lo kayak ga tahu Marco aja. Lagi pula temen-temennya juga ga pada ngomel kok jadi masih aman." ujar Zara. Mereka pun terus melihat Marco sampai Marco akhirnya menghilang juga. Marco berjalan menuju ke parkiran dan ternyata memang benar Nayara dan Bagas sudah ada disana. Kini Marco merangkul Nayara dengan penuh sayang, jika Bagas merupakan adik lelakinya, Nayara ini sudah seperti adik perempuannya. Ia dari dulu ingin memiliki adik perempuan tapi tidak pernah terealisasi. Akhirnya ia bertemu dengan Nayara yang mana sahabat Bagas. "Nah kan gua ditinggal kan." ujar Bagas kepada Marco dan Nayara. "What, guys ini gua matanya salah atau gimana sih. Itu Marco bahwa cewek woy. Astaga pake rangkum gitu lagi." ujar Zara sangat shock. "Eh bener woy, mata Lo belum salah karena gua pun juga ngelihatnya. Itu cewek siapa sih. Eh btw itu yang belakangnya Marco, Bagas ga sih? Adiknya Marco?" tanya Tia dan mereka menatap lagi, benar bahwa itu adalah Bagas. "Itu yang cewek siapa ya? Kok Deket banget sama Marco. Tapi kayaknya cewek itu berangkat bareng sama Bagas ga sih? Soalnya bareng gitu biasaan sampainya. Pasti berangkat bareng deh." ujar Nina pada dua temannya itu. "Iya sih, gua setuju sama Lo. Argh cewek itu siapa." ujar Zara frustasi. Sementara Nayara sudah dibawa oleh Marco ke meja teman-temannya. Teman-temannya sudah mengira bahwa tebakannya itu benar karena Marco datang sembari merangkul cewek yang sama sekali belum ia ketahui siapa. "Hai kak." sapa Bagas kepada teman-temannya Marco sekarang ini. "Oh hai Gas, Lo datang juga ya." ujar Angga yang pertama kali sadar. "Iya dong kak." jawab Marco dan ia sekarang menatap mereka yang sepertinya bingung karena ada Nayara. Mereka juga belum tahu siapa Nayara. "Nay duduk disini." ujar Marco dan Nayara pun tersenyum kepadanya. "Guys kenalin ini adik gua." ujar Marco kepada teman-temannya yang sekarang tampak terdiam dan merasa aneh kepada Marco. Kenapa juga Marco mengatakan itu kepada mereka kan mereka sudah tahu bahwa Bagas merupakan adik dari Marco, justru yang mereka penasaran adalah cewek itu. "Co, kita kan udah tahu kalo Bagas ini adik Lo. Ga perlu Lo jelasin juta kita udah tahu kok." ujar Zaki kepada Marco dan Marco pun tertawa saat ini. "Hahaha bukan Bagas, kalo Bagas mah Lo semua juga udah tahu. Maksudnya gua tuh yang ini. Namanya Nayara, adik gua sekaligus sahabatnya Bagas." ujar Marco kepada mereka dan mereka tentu saja sangat terkejut karena setahu mereka Marco hanya punya satu adik saja, tapi setelah mendengar bahwa Nayara merupakan sahabat Bagas mereka sudah bisa mengira. Mungkin Nayara adalah sahabat sekaligus seseorang yang penting. "Ohh gitu, okay-okay kita paham." ujar Angga kepada Marco tersebut. Nayara pun sekarang tersenyum kepada mereka dan ia juga tak lupa memperkenalkan dirnya kepada tiga teman dari Marco. Mereka berkenalan. "Nah karena udah pada kumpul semua jadi ayo kita pesen sekarang." ujar Marco dan mereka pun sudah mulai membuka menu makanan disana. Sementara saat ini Angga dan yang lainnya menatap menu dan Nayara. Ya, mereka sangat mengakui bahwa Nayara cantik. Mereka bahkan rasanya ingin marah karena Marco baru memperkenalkan Nayara saat ini kepada mereka. "Ngapain Lo bertiga pada kompak ngeliatin Nayara." ujar Marco galak. "Hadeh abangnya galak parah sumpah. Habisnya Lo punya adik secantik ini kenapa baru dikenalin ke kita sekarang dah. Harusnya dari dulu." ujar Zaki. "Iya tuh, kan jadinya mubazir ga dikenalin dadi dulu." ujar Angga lagi. "Yeee lagi pula juga gua ga akan ngasih Nayara ke Lo pada tahu ga. Ga cocok Lo sama Nayara." ujar Marco sembari megelus lembut rambut Nayara. Hal itu membuat beberapa cewek yang ada disana berteriak secara bersamaan karena sekarang ini mereka melihat Marconya mereka kini mengelus lembut rambut perempuan yang sama sekali belum mereka tahu itu siapa. Mereka benar-benar sangat penasaran karena Marco terlihat sangat lembut kepada siapa pun dan ini baru pertama kalinya mereka melihatnya. "Aduh fans-fans Lo pada salah tangkap tuh sama kayak kita tadi, makanya mereka teriak-teriak ga jelas karena Lo sekarang keliatan lagi sama pacar Lo dah." ujar Angga melihat cewek-cewek yang pada berteriak heboh. "Hahaha anjir emang bener, mereka pada putus asa tuh." ujar Zaki. "Udah deh ga usah dipikirin, ga usah dilihat tinggal makan aja kita mah sekarang ga usah mikirin mereka udah." ujar Marco yang memang tidak pernah memikirkan merek karena lagi pula juga kenapa dia harus memikirkan mereka semua yang tidak ada andilnya di hidup Marco. Tidak penting juga. "Kak Marco jangan gitu dong, nanti kalo mereka denger mereka bisa sedih loh. Atau gua bilang ke mereka aja nih ya kalo gua cuma adik Lo aja?" tanya Nayara karena setelah ia lihat banyak sekali sepertinya yang patah hati. "Ga usah Nay, lagi pula mereka juga ga ada yang tanya." Jawab Marco. "Ya elah pakek segala ga tahu lagi, mereka ga tanya karena mereka ga bisa nanya. Intinya mah mereka takut buat nanya sama Lo." ujar Dilan. Mereka masih mengobrol sembari menunggu makanan mereka datang, sementara perempuan lainnya kini banyak yang sudah patah hati bahkan ad ayang membuat story juga hingga story tersebut sampai di lihat Jesica. Jessica yang sedang syuting itu pun memberhentikan syutingnya itu sekarang. Oh God, it's real? Marco bawa cewek? Kayaknya ga mungkin deh kalo itu ceweknya dia. Gua aja di tolak sama Marco. Masa iya sih Marco suka sama cewek itu. Ga, gua ga bisa biarin. Gua harus lihat sendiri siapa dia dan apa hubungannya sama Marco. Batin Jessica yang ingin memastikan sendiri. "Ra, habis ini break berapa jam?" tanya Jessica pada managernya. "Break dua jam Jess, kenapa? Lo mau kemana?" tanya Ara tersebut. "Gua mau ke Caffe Mandala, ada yang harus gua urus." Ujar Jessica. "Lah tapi kan kemarin Lo bilang ga mau datang, kenapa sekarang tiba-tiba mau datang?" tanya Ara dengan bingung. Namun Jessica tak menjawabnya dan kini Jessica sudah berjalan menuju ke mobilnya untuk pergi ke Caffe Mandala. Untung saja Caffe itu dekat dengan tempat syuting. Gua harus pastiin sendiri, kalo dia beneran cewek Lo gua akan terima Co. Gua ga akan bersikap kekanak-kanakan atau bersikap alay. Gua akan ikut bahagia kalo Lo juga bahagia Co. Kebahagiaan Lo adalah kebahagiaan gua juga meskipun gua bersikap munafik. Batin Jessica yang sudah ada di jalan. Nayara sudah mendapatkan makanannya, yangain pun juga sudah mendapatkan makanannya. Kini mereka sedang makan bersama-sama. Nayara benar-benar senang karena ternyata makanan di Caffe ini sangat enak. Tidak sia-sia ia harus merelakan beberapa waktu tidak bersama dengan Bagas dan Kak Marco jika balasan yang diberikan adalah makanan seenak ini. "Sumpah kak enak banget ini. Tapi sayang ga bisa kesini terus ya." ujar Nayara membuat mereka bertanya kenapa kok Nayara bicara seperti itu. "Kenapa Nay? Kok gab bisa kesini terus?" tanya Angga sekarang. "Lha iya kan ini Caffenya anak SMA Mandala Kak. Lha gua sama Bagas kan beda sekolah." ujar Nayara yang sangat polos tapi juga menggemaskan. "Astaga Nayara, nih ya Lo mau kapan pun kesini gua temenin deh. Pokoknya Lo ga perlu mikirin gimana cara kesini, cukup telfon ke gua aja dijamin Lo langsung bisa masuk deh ke Caffe ini." ujar Dilan pada Nayara. "Heh Lo gombalin adek gua ya Lo. Jangan mau Nay, kalo ada apa-apa pingin kesini telfon Kakak aja daripada telfon mereka." ujar Marco itu. "Hahaha kakak ini lucu semua deh, padahal kan kalian temenan kok malah pada marahan gitu. Tapi lebih baik kan makan bareng-bareng kayak gini lagi, lebih asyik ga sih?" tanya Nayara kepada mereka dan mereka mengangguk. Mungkin mereka akan melakukan ini setiap sebulan sekali. "Oh ya Nay, Lo satu sekolah sama Bagas?" tanya Zaki penasaran. "Awalnya sih iya kak, tapi terus aku pindah hehehe. Pindah home schooling sih lebih tepatnya." ujar Nayara dan Zaki sudah ingin bertanya apa alasannya tapi tak jadi karena Marco mengehentikan pertanyaannya itu. Marco hanya tidak mau jika hari Nayara rusak karena pertanyaan dari Zaki. Mereka pun kini masih makan bersama hingga pada akhirnya banyak pengunjung Caffe yang mengeluarkan handphonenya, mereka bertanya-tanya ada apa dan ternyata Jessica datang ke Caffe. Marco tak memperdulikan Jessica, ia masih terus makan sekarang hingga akhirnya Jessica duduk di dekat Marco. Jessica hanya diam saja sembari menatap ke arah Marco sementara teman-teman Marco sudah menatap mereka berdua. Nayara kini menatap sekilas wajah Jessica dan ia terkejut ketika sadar bahwa itu adalah artis terkenal yang membintangi beberapa judul sinetron yang sering ia tonton. "Oh my God itu Jessica yang artis kan?" tanya Nayara dengan terkejut. Jessica pun melihat Nayara dan ia tersenyum, karena memang Jessica itu sangat friendly. Jessica menyapa Nayara membuat Nayara sangat senang. "Hai, gua Jessica." ujar Jessica mengajak berkenalan Nayara saat ini. "Halo Kak, aku Nayara." jawab Nayara masih dengan wajah sumringah. "Ah iya Nayara, gua boleh kan gabung di table kalian?" tanya Jessica itu. "Mau ditolak tapi Lo juga udah ada disini kan Jess, ga ada gunanya nolak Lo karena Lo udah duduk disini." ujar Marco mengatakan itu kepada Jessica. "You know me so well Marco." ujar Jessica berinteraksi dengan Marco. Karena itu lah sekarang ini Nayara bertanya dengan berbisik pada Bagas tentang sebenarnya apa hubungan Jessica dengan Marco dan saat Bagas menjawab bahwa Jessica menyukai Marco, Nayara pun sangat terkejut. Namun lagi-lagi ia benar-benar excited dengan kabar yang ia denger itu. "Kak Jessica pesan aja kak, biar Kak Marco yang bayarin. Kita juga di traktir sama Kak Marco." ujar Nayara dengan senang dan Jessica mengangguk. Jessica melihat menunya sembari ia memikirkan sebenarnya siapa Nayara bagi Marco karena mereka tidak seperti couple tapi dekat. Jessica sudah memesan makanannya dan sekarang ini ia mengajak ngobrol mereka lagi sembari mencari celah untuk mengetahui sebenarnya siapa Nayara karena tak hanya pada Marco saja tapi juga kepada Bagas, Nayara terlihat sangat dekat. Sepertinya mereka lebih dekat dari pada Nayara dengan Marco. Jessica sudah mendapatkan makanannya dan ia makan. "Oh ya? Jadi Lo mantannya Rangga?" tanya Angga membuat Bagas dan Marco menatap kesal kepada Angga dan dua temannya yang lain. Ya mereka tahu bahwa Nayara sendiri yang mengatakan hal itu tapi mereka takut jika mood Nayara berubah nanti. Mereka tidak mau hari Nayara menjadi bad. "Gua kan udah bilang jangan tanya itu ke adik gua." ujar Marco membuat Jessica langsung menatap ke Marco, adik. Satu kata itu membuat Jessica sangat lega meskipun ia tahu bahwa hanya Bagas adik kandung Marco tapi sepertinya Nayara juga hanya dianggap adik saja oleh Marco tersebut. "Kak Marco udah lah gua ga papa kok." jawab Nayara dan mereka melanjutkan makan mereka lagi. Jessica kini sudah tenang dan sudah lega.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD