Dewa saat ini sedang memikirkan banyak hal, termasuk juga dirinya yang akan kembali bersekolah di SMA Garuda. Ia tahu bahwa semua orang pasti sudah mengenal dirinya, lagi pula siapa yang tak mengenal ia dengan gosip yang beredar bahwa dirinya merupakan seorang pembunuh dan pemakai zat adiktif itu. Semuanya sudah tahu, ya kecuali mungkin beberapa orang yang memang belum mengetahuinya karena belum mengenal tentang Dewa.
Namun bagi orang yang mengetahui SMA Garuda dari lama, pasti mereka tahu siapa Dewa. Dewa yang sangat ditakuti kehadiran dirinya. Bahkan para kakak kelas pun dulu juga takut padanya dan tidak mau berhubungan dengan dirinya apalagi sampai ada masalah dengannya juga.
Sementara itu, Keenan sekarang sedang berada di rumahnya bersama dengan dua temannya. Mamanya kebetulan sekali sedang pergi bersama dengan Papanya. Jadi sekarang ia hanya bertiga saja dengan Ravi dan Axel.
"Gua bosen nih, keluar yuk? Kemana gitu." ujar Keenan kepada mereka. Sementara itu Ravi dan Axel pun jadi saling tatap karena tadi Mama dan Papa Keenan tidak mengijinkan mereka untuk keluar karena lagi pula juga di luar sedang hujan. Ya meskipun mereka bisa menggunakan mobil tapi tetap saja bahaya karena hujannya cukup deras. Maka dari itu Ravi dan Axel kompak menolak ajakan dari Keenan untuk keluar dari rumah dan main di luar.
"Di rumah dulu deh Nan. Lo ga lihat hujannya deras banget? Lagi pula juga kita diminta buat di rumah aja kan tadi. Mending kita main apa aja gitu." ujar Axel yang kini diangguki oleh Ravi. Keenan pun kini hanya diam saja.
"Ck, gua mau beli Starbucks nih. Bentar aja juga keluarnya. Cuma di depan aja kali." ujar Keenan kepada dua temannya itu. Mereka berdua diam aja berpikir lagi karena memang Starbucks dari rumah Keenan cukup dekat. Namun meskipun dekat, tetap saja ada resiko yang bisa saja terjadi.
"Pesen online aja lah. Lo kau apa?" tanya Ravi ke Keenan pada akhirnya.
"Biasanya, half sugar ya." ujar Keenan dan mereka pun mengangguk. Kini mereka sudah memesan Starbuck. Tampak sekarang ini mereka bertiga menunggu di ruang tamu sembari menonton TV. Sebenarnya bisa saja mereka naik ke atas untuk melihat TV yang ada di atas sembari tiduran. Namun tidak untuk sekarang karena mereka menunggu pesanan mereka datang lebih dahulu baru mereka nanti akan naik ke atas dan menikmati film atau bermain game di atas. Mereka masih menunggunya sekarang ini.
Saat menunggu seperti ini, Keenan tiba-tiba saja kepikiran dengan Safa. Ia seharusnya juga mengajak Safa untuk datang kesini dan bermain bersama dengannya dan yang lainnya. Namun mengajaknya sekarang juga sudah terlambat karena lagi pula disini sedang hujan dan ini hujannya sangat deras.
"Harusnya tadi kita ngajak Safa juga buat main disini. Kenapa gua bisa lupa sih. Lo berdua juga kenapa pada ga ingetin tua." ujar Keenan dengan marah yang mana membuat Ravi dan Axel kini saling tatap berdua. Mereka sedang mencari jawaban yang bisa membuat Keenan tidak lagi menbahas hal lain disini termasuk juga dengan membahas tentang Safa. Mereka tidak mau jika Boys Time mereka ini nantinya akan terganggu. Jangan sampai hal itu terjadi nantinya. Mereka tidak mau lagi ada masalah at least untuk sekarang ini karena mereka sedikit leah juga sebenarnya.
"Lo lupa Nan? Kan Safa emang lagi ga bisa main, dia lagi pergi ke rumah saudaranya. So, kalo pun diajak juga pasti ga bisa." ujar Ravi membuat Keenan bingung karena ia mencoba mengingat apakah itu benar yang dikatakan oleh Ravi karena ia memang mudah melupakan sesuatu juga.
"Apa iya? Beneran Xel? Kok gua ga ingat ya?" tanya Keenan dan Axel tentu saja mengangguk sebagai jawaban untuk pertanyaan dari Keenan itu.
Keenan memang mudah lupa entah karena apa. Bahkan belakangan ini ia sering lupa apakah ini hari Senin atau hari Minggu. Ia juga lupa tentang banyak hal, jadinya ia saat ini memang kemana-mana selalu bersama dengan dua temannya itu jika tidak ada Bunda dan Ayahnya. Benar-benar Keenan sangat beruntung bisa mengenal Ravi dan Axel. Tak hanya itu saja karena ia pun juga beruntung bisa berada di keluarga yang sangat menyayangi dirinya.
"Iya, Lo mah lupa aja. Udah deh kita have fun bertiga sekarang. Boys time ini kita." ujar Axel dan Keenan pun akhirnya mengangguk juga. Hal itu tentu saja membuat Axel dan Ravi merasa tenang. Mereka kini mengalihkan pembicaraan itu dengan pembicaraan yang lainnya juga. Tak beberapa lama kemudian pesanan mereka sudah datang dan setelah itu mereka baru naik ke atas. Di lantai atas mereka ingin bermain game PS bersama-sama.
Permainan game itu berhasil membuat fokus Keenan hanya pada game itu sehingga Keenan tak lagi memikirkan hal yang lainnya termasuk juga dengan Safa. Mereka bermain dalam waktu yang cukup lama kali ini karena mereka bermain sampai malam hari, baru saat Mama dan Papa Keenan datang mereka menyelesaikan permainan itu karena pasti nanti akan di marah. Mereka akan di marah jika terlalu lama bermain game seperti itu juga.
"Bunda sama Ayah bawain martabak kesukaan kalian tuh. Coba deh kalian makan, nanti biar Bibi bawain ke atas ya." ujar Bunda Keenan.
"Asyik, makasih nya Bunda Keenan tersayang. Bunda emang selalu tahu apa yang Keenan suka. Pokoknya Keenan love bunda terus-terusan." ujar Keenan yang mana saat ini membuat Bunda Keenan tampak tersenyum bahag8a melihat anaknya bisa tersenyum bahagia seperti sekarang ini. Ia berharap bahwa senyuman ini tidak pernah luntur dari wajah Keenan.
"Sama-sama sayangnya Bunda Keenan. Love you pokoknya ya." ujar Bunda yang kini sudah pergi ke kamarnya bersama dengan Ayah Keenan.
Keenan dan kedua temannya itu pun kini sedang menunggu martabak mereka yang sedang di siapkan di piring oleh Bibi. Mereka tak sabar saat ini.
Sementara itu, sekarang ini Nayara sedang bersama dengan Bagas. Mereka sedang berada di salah satu Caffe karena tadi memang Nayara ingin pergi ke Caffe dan ia ingin makan. Maka dari itu malam ini disini lah mereka.
"Nay, udah bener-bener fix mau masuk ke SMA Garuda?" tanya Bagas.
"Iya Bagas, udah deh Lo ga perlu ikutan pindah Gas. Gua bisa kok disana nanti kenalan sama orang lain dan cari temen. Don't worry." ujar Nayara.
"Tetap aja gua khawatir Nay." jawab Bagas membuat Nayara kini memegang tangan Bagas dan ia menggenggamnya. Ia memberi isyarat bahwa semuanya akan baik-baik saja dan tidak akan ada masalah apa pun.