14

1950 Words
Mereka sudah selesai di pemakaman dan kini Dewa membawa mereka ke Mall. Mall ini merupakan Mall milik Papanya, tapi ia tetap akan membayar sendiri semua barang disini karena meskipun ia anak pemilik Mall tetap saja semuanya tidak ada yang gratis di dunia ini. Mungkin ia akan mendapatkan diskon yang lebih besar daripada diskon dari pengunjung yang lainnya disini. Ketiga temannya itu terlihatsangat bingung karena sekarang ini mereka malah pergi ke Mall padahal tadi Dewa mengatakan untuk pergi ke rumah yang akan mereka tinggali. Maka dari itu mereka pun memikirkan bahwa apakah Mall ini adalah rumah Dewa, tapi sepertinya tidak mungkin jika ini merupakan rumah Dewa. "Loh Dewa, kenapa kita ke Mall? Rumah lo ada di Mall?" tanya Dimas karena saking penasarannya. Ia juga tidak tahu sebenarnya karena di atas mall ini memamg ada rumah dan ada juga apartement. Bisa saja mema "Udah ikut aja Lo pada." ujar Dewa dan kini mereka sudah masuk ke dalam. Tampak Dimas, Alfa dan Raka seperti orang yang baru saja masuk ke Mall. Dewa menatap mereka dengan pandangan sedih tapi juga senang karena Dewa kini bisa membawa mereka kesini, ia bisa membagi bahagianya. "Pak Dewa, maaf saya tidak tahu jika Bapak kemari." ujar salah satu lelaki dengan pakaian jas hitam yang kini tampak mendekati Dewa itu. "Pak Vito, saya memang tadinya tidak ada niat kemari. Santai saja Pak, ah ya kalo gitu saya jalan-jalan dulu ya pak." ujar Vito kepada Dewa itu. "Perlu kami antarkan pak? Pak Dewa ingin membeli apa?" tanya Vito lagi. "Ga perlu pak, saya mau santai saja disini bersama dengan teman-teman saya. Terimakasih pak." ujar Dewa dan ia pun berjalan lagi. Kini Alfa, Dimas dan Raka tampak menatap ke arah Dewa dengan bingung. Bagaimana mereka tidak bingung jika mereka baru saja melihat Dewa diperlakukan seperti itu. Mereka jadi berpikiran sebenarnya siapa Dewa di dalam Mall ini juga. "Wa, Lo siapa deh?" tanya Raka kepada Dewa di depannya itu. "Lah, gua ya gua dong? Emangnya gua siapa?" tanya Dewa tersebut. "Enggak, habisnya Lo kayak orang penting disini." ujar Raka juga. "Ga kok, eh ayo masuk kesini. Nah ini Lo pada pilih mau yang mana sekarang. Baju, jaket, celana, jeans, kemeja pokoknya semua boleh ambil." ujar Dewa kepada mereka saat mereka semua sampai di salah satu toko fashion yang terkenal. Dimas, Alfa dan Raka pun hanya diam karena bingung. "Wa, Lo minta kita buat pilihin buat Lo?" tanya Alfa yang tidak paham. "Buat Lo bertiga, pilih sendiri. Ini anggap aja gua beliin pakek gaji Lo bertiga. Gih pokoknya sama gua ga boleh nolak ya Lo pada." ujar Dewa dan sekarang ini Dewa masih melihat mereka diam, karena itu ia mengambil empat tas, untuk mereka dan untuk diri ya sendiri. Kini ia mengambil baju untuknya dan untuk mereka lalu memberikan tas kepada mereka lagi. "Nah, terus sekarang Lo semua ambil deh yang Lo mau." ujar Dewa. Dewa sudah keliling disana sendiri, teman-teman yang lain juga sudah berkeliling. Jujur saja mereka bingung karena ini pertama kalinya mereka beli di tempat yang mewah seperti ini, lagi pula juga mereka sangat kaget karena oleh Dewa di ajak kesini. Mereka pun memilih tapi hanya memilih sedikit saja. "Ini Dewa gila atau gimana deh? Kenapa kita diminta uang beli ini? Sumpah gua ga tahu gimana cara kita buat balasnya." ujar Dimas tersebut. "Kan udah dibilang, kita kerja sama Dewa." jawab Alfa yang mengambil paling banyak sendiri tanpa ia melihat harganya terlebih dahulu sekarang. Alfa bukannya maruk atau serakah tapi ini pertama kalinya ia pergi kesini jadinya ia benar-benar semangat sampai mengambil semua barang yang menurutnya bagus untuknya. Sedangkan Raka dan Dimas baru mengambil beberapa saja. "Al, iya sih kita kerja nanti sama Dewa. Tapi masa kerja jadi temennya Dewa doang? Lo ngambil banyak gitu tahu ga sih harganya berapa? Lo pasti ga lihat harga kan?" tanya Dimas kepada Alfa. Alfa pun mengerutkan dahinya. "Lah emang berapa sih harganya, paling juga cuma lima puluh... Weh ini ga salah harganya lima ratus ribu? Satu kaos doang?" ujar Alfa yang sedikit berteriak, jujur saja ia sangat kaget sekali melihat harga satu kaos yang ia ambil. Kini dirinya mencoba untuk mengembalikan kaos yang sudah ada di tas ke tempat semula. Ia mengambil banyak, tidak bisa ia bayangkan jika dirinya mengambil sepuluh kaos saja sudah lima juta sendiri, sangat mahal. "Loh kenapa kok di balikin? Stop jangan dibalikin. Ini juga kenapa Lo berdua kok pada belinyaa cuman dikit? Tambah lagi gua aja udah dua tas. Kalo perlu gua pilihin sini." ujar Dewa kepada mereka bertiga sekarang ini. "Wa bukan apa-apa ya, ini gaji kita berapa woy ini harganya mahal-mahal banget." ujar Dimas kepada Dewa dan Dewa pun tertawa sekarang ini. "Astaga hahaha, gua kira apa coba. Ya gini ya, gaji kalian itu unlimited, tak terhingga pokoknya di gua. Jadi Lo pada pilih aja, lagian ini semua nanti banyak diskonnya. Gas ga usah pada mikir, kalo yang seukuran kalian ambil aja deh udah. Habis ini kita masih beli sepatu, tas, terus juga sendal dan lain-lain deh. Gua tuh sengaja kemarin-kemarin ga beli banyak, karena nunggu Lo bertiga." ujar Dewa kepada Alfa, Dimas dan Raka. Mereka bertiga seolah-olah mengatakan ini serius ga sih, tapi semuanya terjawab oleh Dewa yang mengambilkan mereka baju, celana dan bermacam-macam lainnya sekarang. Mimpi apa mereka semalam sampai mereka baru keluar dari penjara tapi sekarang ini mereka sudah seperti orang kaya karena beli barang sebanyak ini. Padahal ini semua mereka bisa beli dengan uang dari Dewa. Bukan, bukan uang dari Dewa tapi benar-benar dibelikan oleh Dewa juga. "Pokoknya beli semuanya ya, nah beli ini juga. Nih kira-kira cocok ga ya buat Lo." ujar Dewa sudah benar-benar seperti apa sekarang ini karena sekarang mereka sudah membawa dua tas berisi baju, celana dan yang lain. "Yok guys kita ke kasir sekarang." ujar Dewa dan sekarang ini sedang di hitung. Mereka sampai diminta untuk duduk karena saking banyaknya yang dibeli. Setelah sudah dihitung semuanya dan semua barang juga sudah berada di goodie bag masing-masing Dewa pun membayarnya. Setelah sudah membayar, Dewa keluar bersama dengan teman-temannya menuju ke toko sepatu, tas dan masih banyak yang lainnya. Mereka langsung memilih disana. Dewa juga memilihkan untuk teman-temannya, Dewa benar-benar ingin menjadi tempat pulang yang nyaman bagi mereka bertiga. Jadi ia membelikan semuanya untuk mereka. Lagi pula ia tidak ingin nantinya ada kesenjangan di basecampnya. Meskipun teman-temannya itu tidak akan memikirkan hal seperti itu, tapi justru dirinya yang memikirkan hal seperti itu dari sekarang. "Yang ini nanti tolong dikirim ke alamat ini ya kak." ujar Dewa kepada mereka dan mereka pun kini mengangguk. Mereka tentu mengiyakan karena ini merupakan anak dari pemilik Mall dan satu-satunya yang akan menjadi penerus dari Papanya jadi Mall ini besok juga akan menjadi milik Dewa. Sekarang mereka lanjut pergi ke barbershop, tapi sebelum itu mereka mampir makan karena ternyata belanja juga sudah lama memakan waktu dan mereka benar-benar lapar. Sekarang ini tampak mereka sudah makan. "Wa, ini serius ga papa? Kita udah ngabisin uang banyak banget." ujar Dimas yang merasa tidak enak kepada Dewa, tapi Dewa terlihat sangat tenang. Ia seperti merasa bahwa ini semua tidak ada apa-apanya juga. "Hahaha ga papa sumpah deh, habis ini ke bank dulu ya. Gua buatin rekening buat Lo bertiga." ujar Dewa yang lagi-lagi membuat mereka kaget. "Ga Wa, engga deh. Lo udah ngawur kalo ini. Rekening juga buat apa sih Wa? Sumpah ini semua udah banyak banget." ujar Dimas yang ingin menolak. "Udah deh, itu buat ngirim gaji Lo bertiga. Dah pokoknya ga boleh ada yang nolak. Harus ingat kalo gua ga suka sama penolakan ya." ujar Dewa. "Gua udah janji sama Lo bertiga buat jadi tempat pulang bagi Lo bertiga dan gua mau tempat pulang yang gua janjikan ke Lo bertiga itu tempat pulang yang nyaman dan ngebuat kalian bertiga betah. Intinya tetap jadi temen gua, Lo bisa balas pakek itu aja. Cukup itu karena gua ga minta yang lainnya. Eh iya sama kalo dah sukses sepuluh tahun kedepan jangan lupa sama gua ya hahaha." ujar Dewa membuat mereka bertiga menjadi sangat terharu. "Dewa Lo buat gua mau nangis tahu ga, sumpah deh bikin mau nangis aja ini mah." ujar Alfa dan mereka berdua pun mengangguk setuju dengannya. "Pokoknya jangan sungkan sama gua, nanti Lo pada juga gua kenalin ke temen-temen gua. Mereka baik-baik jadinya usah takut, lagi pula nanti Lo bakalan jadi temen mereka juga. Gua mau semua temen gua juga temenan." ujar Dewa kepada mereka dan mereka pun kini mengangguk. Hari ini benar-benar sangat membahagiakan bagi mereka berempat, sekarang mereka sedang memakan makanan yang sudah tersaji di meja mereka berempat. “Eh btw itu Dewa kan? Dia sama siapa woy? Jangan-jangan teman barunya ya itu? Atau siapa? Ganteng semua woy.” ujar Lani yang merupkan anak SMA Mandala yang dulu satu SMP dengan Dewa. “Eh iya, sumpah akhirnya gua lihat Dewa juga setelah dia keluar dari penjara. Gula sih badannya udah bener-bener jadi. Pas gitu ga sih, pelukable banget.” ujar Naira. “Hahaha iya pelukable tapi bukan pelukable buat lo ya tentunya. Milik bersama tuh dia.” ujar Lani kepada Naira. “Eh iya iti ganteng-ganteng sih. Kalo ga dapat Dewa, boleh lah dapat salah satu temennya kan. Nanti tetep bisa masuk ke circlenya Dewa hahaha.” ujar Naira tertawa. “Yeee lo mau pansos ya, eh bentar deh gua mau foto Dewa. Super ganteng masa di anggurin gitu aja sih.” ujar Lani. Lani pun sudah beberapa kali mengambil gambar dari Dewa yang menurutnya berkali-kali lipat lebih tampan daripada beberapa tahun lalu. “Lan, Dewa itu masih single apa udah ada yang punya sih? Dari dulu kabarnya cuma simpang siur aja. Lo kan pernah satu sekolah sama dia, nah banyak kabar kayak gitu apa ga?” tanya Naira dengan penasaran. “Kepo banget sih lo, hahaha. Engga ada kabar sih dulu. Dia kayak gitu aja dari dulu ga pernah keliatan punya pasangan. Gua kira sih dia itu emang belum ada yang cocok buat dia gitu loh. Iya ga sih? Soalnya ga mungkin kalo dia m**o. Bisa patah hati sejabodetabek entar.” ujar Lani menjawab tentang pertanyaan itu. Setelah makan selama lima belas menit akhirnya mereka sudah pergi membeli sepatu dan perlengkapan sekolah yang lain. Mereka tidak membeli buku atau pulpen karena di rumah, Dewa sudah menyetok banyak. Sekarang yang mereka cari adalah handphone, laptop dan tablet. At least hari ini harus dapat handphone terlebih dahulu karena Dimas, Alfa dan Raka sama sekali belum memiliki handphone. Mereka berempat langsung pergi ke iBox. Dewa meminta pegawai sana untuk mengambilkan model terbaru dan saat itu juga dihidupkan lalu di isi dengan nomor. Tak tanggung-tanggung ia membeli tiga karena dirinya sendiri sudah membeli juga beberapa waktu lalu. "Nah ini ya, handphone Lo pada. Sama kayak punya gua." ujar Dewa. "Buset, gua seumur-umur punya handphone langsung iPhone woy. Thanks Dewa, tolong gaji gua ga usah dikirim ya. Gua tahu ini mahal banget woy. Apalagi juga yang tadi-tadi." ujar Alfa kepada Dewa, Dewa hanya membalas dengan tertawa karena tiga temannya itu sangatlah polos sekali. Kini mereka sudah keluar dari Mall, mereka akan pergi ke bank dan saat di bank mereka langsung melakukan pembuatan rekening untuk Dimas, Alfa dan Raka. Mereka sedikit lama disana dan sekarang ini mereka sedang menunggu rekening serta ATM mereka siap. Setelah sudah, mereka pun keluar dari bank. Kini sudah saatnya bagi Dewa untuk membawa mereka ke rumah yang akan mereka tinggali yaitu basecamp tempatnya dan ganknya. Gua harap kalian semua benae-benar bisa bersahabat nantinya. Please be nice guys, mereka bertiga ini bener-bener mSih polos dan ga tahu apa-apa. Merek masuk ke penjara juga karena kepolosan mereka. Gua harap ga akan ada yang manfaatin kepolosan mereka dan gua harap juga nantinya Dimas, Alfa dan Raka bakalan ga polos lagi. Karena kalo mereka kayk gini terus pasti mereka nantinya bakalan dimanfaatin sama orang-orang jahat di luaran sana. Batin Dewa sembari melihat ketiga teman barunya ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD