18

1410 Words
Meskipun Nayara mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja tanpanya, tapi tetap saja Bagas selalu kepikiran dengan hal itu dan Bagas akan berusaha agar dirinya bisa untuk pindah juga ke tempat Nayara akan bersekolah. Ia akan berusaha sebisa mungkin karena ia harus melakukannya. Jika tidak bisa pindah, sepertinya Bagas tidak akan bisa tenang berada di sekolah karena ia akan terus menerus memikirkan tentang Nayara juga. Ia akan selalu merasa ketakutan ketika Nayara tidak berada di jarak pandangnya. Jika kemarin ia masih bisa tenang karena Nayara melakukan home schooling. Namun jika berasa si sekolah, itu merupakan hal yang berbeda lagi. Sekolah pada umumnya memang membuat Nayara bisa mengenal banyak orang. Namun tidak semudah itu bagi Nayara untuk mengenal orang lain. Nayara tidak mudah bergaul, jadi wajar saja jika Bagas takut jika di SMA yang akan di tuju oleh Nayara tadi malah akan membuat Nayara di bully disana. Ia tak mau hal itu terjadi karena Bullyan seperti itu bisa membuat penyakit Nayara kambuh. Meskipun Nayara mengatakan bahwa ia bisa sendiri tapi tetap saja Bagas tidak bisa jika harus melepas Nayara sendirian. "Gua pokoknya bakalan tetap berusaha supaya Lo bisa aman nanti. Gua bakalan janji sama diri gua sendiri buat selalu jagain Lo Nayara. Jadi Lo ga perlu khawatir lagi ya sama kedepannya nanti." ujar Bagas kepada Nayara. "Kita lihat nanti aja ya Bagas. Pokoknya gua minta supaya Lo ga terlalu mikirin tentang hal ini karena i'm okay." ujar Nayara dengan senyumannya. Sekarang ini, dewa sedang makan bersama dengan teman-temannya. Setelah makan, ia harus segera pergi karena ia harus pulang. Entah kenapa Papanya yang super sibuk itu memintanya untuk pulang, sepertinya ada hal yang membuat Papanya ingin bertemu dengannya karena Papanya seperti memaksa. Ia hanya berharap semoga apa pun itu tidak membuat dirinya marah dan pada akhirnya akan adu mulut dengan Papanya itu. “Lo beneran mau balik Wa? Ada apa sih emang? Kenapa balik secepat ini?” tanya Aaroon kepada Dewa karena ia dan yang lainnya berharap bahwa Dewa bisa lama disini. Lagi pula juga jika Dewa pulang mau ngapain juga dia karena ia pasti akan sendiri di rumahnya yang sangat besar tersebut. “Iya, gua harus balik. Ntar atau besok juga gua balik kesini lagi kok.” Ujar Dewa tersebut. Ia menjawab teman-temannya dengan setengah jawaban. Ia tidak menjawab apa alasannya untuk pulang karena ia sendiri pun juga tidak tahu kenapa Papanya meminta dirinya untuk pulang. Jadi ia tidak menjawab mengenai hal itu sekarang ini. Lagi pula ia juga tidak ingin jika masalahnya diketahui oleh teman-temannya yang ada disini. “Ntar kalo bisa balik kesini nginep disini ya Wa. Kita party kecil-kecilan lah. Kita juga belum nyambut Alfa, Dimas sama Raka. Jadi sekalian aja nanti, biar mereka juga betah disini.” Ujar Mada kepada Dewa. Sebenarnya Dewa sangat ingin, tapi masalahnya ia tidak tahu apakah nanti ia bisa pulang atau tidak. Jika ia tidak bisa pulang kesini ia tidak akan bisa ikut party itu. “Boleh tuh party nya. Kalo gua ga datang Lo pada party aja. Gua belum bisa pastiin bisa datang atau ga, tapi yang jelas gua ga papa semisal Lo pada mau party dulu.” Ujar Dewa pada temannya itu. Namun mereka semua kompak menggelengkan kepala. Mereka tidak akan bisa jika party tanpa Dewa saat Dewa sudah bisa bersama dengan mereka. Jadinya mereka mengatakan bahwa mereka akan menunggu Dewa bisa untuk ikut party tersebut. “Terserah Lo pada deh mau gimana, gua mah ngikut aja. Gua balik dulu ya sekarang. Have fun guys.” Ujar Dewa kepada mereka semua. “Loh Dewa, Lo mau kemana?” tanya Raka yang baru saja tiba dari kamarnya karena tadi ia ketiduran. Maklum saja ia sudah mulai nyaman dengan kasur empuk yang selama ini selalu ia idamkan dan sebelumnya saat belum tinggal disini ia sama sekali belum pernah merasakan kasur seempuk ini. Makanya saat ia baru saja tidur, ia malah terlelap dengan nyenyaknya. “Gua mau balik ke rumah gua dulu Ka. Tenang aja, disini aman, mereka semua bakalan selalu baik kok sama lo dan yang lain..” Ujar Dewa tersebut. “Lah, terus Lo balik kesini lagi atau ga nantinya Wa?” tanya Raka dengan pertanyaan lain lagi. “Iya, tenang aja gua bakalan balik kesini lagi kok nanti. Ga usah khawatir gitu deh Lo. Tapi kalo ga nanti ya besok sih. Belum bisa di prediksi soalnya.” Ujar Dewa dan Raka pun mengangguk sebagai jawabannya itu. “Ya udah Lo hati-hati di jalan ya.” Ujar Raka dan Dewa mengangguk. Kini Dewa sudah pergi dari sana. Ia pun sudah berada di perjalanan menuju ke rumahnya. Perjalanannya kali ini cukup ramai lancar keadaan jalannya, mungkin karena ini belum sore menjelang malam jadinya belum banyak orang yang pulang ke rumah setelah melakukan aktivitasnya di luaran rumah. Dewa akhirnya sudah sampai di rumahnya, saat sampai ternyata Papanya sudah datang. Tumben sekali Papanya datang lebih dahulu dan sepertinya Papanya juga tidak marah ketika ia datang terlambat. Padahal biasanya telat sebentar saja Papanya akan marah kepada dirinya. Melihat Dewa sudah tiba, Papa Dewa langsung meminta Dewa untuk duduk. Ia ingin berbicara pada Dewa sekarang ini. Ini merupakan masalah yang sangat penting. Dewa sedikit deg-degan diajak bicara seperti ini. “Dewa, Papa ingin bicara serius dengan kamu.” Ujar Papa Dewa tersebut. Dewa terdiam tapi ia menunggu Papanya menjawab perkataannya itu. Entah jawaban apa yang nantinya akan di berikan oleh Papanya kepada dirinya, ia sendiri juga tidak tahu tentang hal itu. Ia tak bisa menebaknya. “Dewa, Papa akan menikah lagi.” Ujar Papanya yang tentu saja membuat Dewa lumayan terkejut dengan hal ini. Bisa-bisanya Papanya itu mengatakan hal ini disaat seperti ini. Menikah lagi? Dengan siapa Papanya akan menikah? “Sama siapa? Kenapa Papa baru bicara ke Dewa sekarang? Dewa rasa memang Dewa tidak sepenting itu bagi Papa ya? Kemarin waktu Dewa di penjara dan sekarang waktu Papa akan menikah. Dewa seakan ga pernah dianggap disini.” Ujar Dewa pada Papanya itu. Ia mengatakan dengan sedih. “Bukan seperti itu Dewa. Papa akan menikah dengan salah satu kolega Papa. Lagi pula dia juga baik.” Ujar Papanya itu kepada Dewa. “Terserah Papa saja, lagi pula kalau pun Dewa ga ngijin Papa pun juga tetap akan menikah lagi kan?” tanya Dewa yang tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Papanya. Itu berarti perkataan dari Dewa benar semua. “Semester besok kamu bisa kembali ke SMA Garuda Dewa. Kamu bisa kembali sekolah disana dan nantinya saudara tiri kamu juga akan bersekolah disana sebagai siswa baru kelas sepuluh. Papa harap kamu bisa menjaga dirinya saat berada di sekolah.” Ujar Papanya yang membuat Dewa kini tersenyum. Ini lebih kepada senyuman yang menyakitkan untuk dilihat. “Bahkan bukan hanya Mama baru, tapi juga adik baru ya Pah? Dewa ga bisa janji dengan hal itu Pah. Maaf. Kalau tidak ada hal yang ingin di bahas lagi, sekarang ini Dewa mau keluar lagi. Tanggal dan tempat pernikahan nanti bisa chat ke Dewa. Dewa pasti akan datang ke pernikahan Papa.” Ujar Dewa yang sekarang sudah keluar dari rumahnya lagi. Rasanya ia benar-benar kesal sekarang ini. Ia juga menyesal karena tadi ia sudah memutuskan untuk pulang saat Papanya memanggilnya. Seharusnya ia tetap disana saja karena jika ia disana tadi, ia tidak akan mendengar tentang hal ini dari Papanya. Setidaknya ia bisa mengundur untuk tahu tentang pernikahan Papanya tersebut. Sial, Argh kenapa semua ini terjadi di hidup gua! Teriak Dewa saat ia membawa mobilnya memutari jalanan kota ini. Ia masih sangat kesal sekarang ini. Apalagi ini merupakan hal yang sangat menyakitkan dirinya. “Tahu gini gua tadi mending ga balik. Lebih baik gua di omelin Papa daripada gua harus dengerin Papa bilang kayak gitu tadi ke gua. Rasanya masih sangat sakit kalo dipikirin.” Ujar Dewa yang masih sangat kesal. Dewa saat ini tidak tahu harus pergi kemana, yang pasti ia masih belum ingin untuk pulang ke rumah basecamp karena pasti sangat aneh ketika mereka melihat dirinya disana padahal ia belum lama pergi. Apalagi ketika mereka melihat mata dan wajahnya yang sedikit merenggut karenanya. Dewa sekarang memilih untuk memuari kota dengan mobilnya. Ya, ia tahu padahal sekarang sedang macet-macetnya jalanan kota. Namun Dewa seakan menggunakan itu sebagai pengalihannya pada rasa kesal yang ia miliki terhadap Papanya. Ia sangat lama berada di perjalanan hingga sekarang ini ia memutuskan untuk pergi ke tempat yang bisa membuatnya tenang dan entah kenapa ia malah mengunjungi pasar malam yang ia lihat di jalanan ini. Ia turun dari mobil dan sekarang ia pun sudah mulai masuk ke dalam pasar malam itu, ia benar-benar tidak tahu kenapa ia berhenti disini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD