Mereka semua masih diam saja karena jujur saja mereka masih terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Dewa. Pasalnya Dewa mengatakan hal itu dengan tenang dan tiba-tiba. Mereka tidak menyangka bahwa Dewa bisa keluar terlebih dahulu, padahal jika menurut pada masa tahanan mereka Dewa akan keluar lebih lama. Masa tahanan Dimas kurang satu bulan lagi, Raka kurang satu setengah bulan dan Alfa masih kurang dua bulan lebih. Namun jika mereka bisa mendapatkan remisi maka mereka akan keluar lebih cepat.
"Lo beneran keluar? Gimana caranya Dewa?" tanya Dimas tersebut.
"Bokap gua udah datang jemput." jawab Dewa karena jika ia ditanya keluarganya bagaimana ya iya masih tidak tahu. Namun sepertinya ia tahu bahwa keluarnya dirinya harus dengan menyiapkan uang ratusan juta. Namun bagi Papanya uang segitu tidak ada artinya. Kan Dewa sudah bilang, sebenarnya Dewa bisa keluar dari dulu jika Papanya sadar dari dulu.
"Terus habis ini Lo mau kemana?" tanya Alfa kepada Dewa saat ini.
"Ga tahu sih gua, tapi masih di kota ini. Gua bisa aja balik ke rumah gua atau ke rumah kedua gua atau bisa aja dikirim ke luar kota bahkan luar negeri. Tapi kayaknya tetap di kota ini karena gua juga ga mau pergi jauh." ujar Dewa kepada mereka.
"Gila, ga nyangka banget Lo bakalan lulus secepat ini. Tapi gua ikut seneng bro, karena gua yakin kalo Lo cuma dijebak. Temenan sama Lo selama setahun disini itu buat gua bisa tahu kepribadian Lo. Semoga habis ini Lo bisa nyari kebenaran atas semuanya." ujar Dimas, Dewa pun mengangguk.
"Pasti, gua bakalan cari siapa dalangnya. Gua pastiin dia mendekam di penjara kayak apa yang gua dapatin. Dunia ini harus adik, kalo gua ga bisa dapatin keadilan itu gua bakalan nyari keadilan itu sendiri." ujar Dewa masih sangat dendam.
"Ya udah Dewa, meskipun berat tapi ini harus terjadi. Lagi pula gua, Dimas, sama Raka bakalan nyusulin Lo segera keluar dari sini. Doain ya semoga kita bakalan dapat hidup yang lebih baik setelah kita nanti keluar dari sini." ujar Alfa.
"Gua doain kalian. Semoga kalian juga dapat remisi biar masa tananan kalian semakin sedikit. Kalo Lo pada nanti udah keluar dari sini, Lo bisa ke alamat ini. Lo semua udah baik sama gua, gua bakalan balas kebaikan kalian." ujar Dewa kepada mereka. Dewa memberikan mereka masing-masing alamatnya. Meskipun ia tidak tahu nantinya ia akan kemana tapi sekarang ini ia memberikan kepada Dewa alamat rumahnya yang kedua.
Toh jika nanti mereka datang saat ia tidak ada di rumah itu ia bisa meminta Bibi untuk menghubungi dirinya juga.
"Iya siap deh Wa. Thanks juga Lo juga baik sama kita, lo ga pernah ngeliat kita dari sisi buruknya aja, lo juga lihat sisi baiknya kita meskipun utu minim." ujar Dimas.
"Intinya kalo Lo semua ga punya tempat pulang, Lo mending kesini daripada Lo semua ngelakuin hal kriminal lagi. Gua pastiin hidup kalian lebih baik dari ini nantinya." ujar Dewa dan mereka semua mengangguk. Tampak sekarang ini sipir penjara mendekati sel mereka, ia membukanya dan mengatakan bahwa Dewa sudah bebas sekarang ini.
Secepat ini Dewa bisa bebas karena bantuan Papana. Meskipun Papanya terlambat tapi ada hikmah yang dapat ia ambil dari keterlambatan Papanya itu. Karena Papany terlambat menjemputnya selama satu tahun lamanya ia menjadi bisa mengenal lebih dalam lagi ketiga orang ini, Dimas, Raka dan Alfa. Mereka bertiga sangat baik kepada dirinya. Ia akan membalas kebaikan dari mereka bertiga itu.
“Gua duluan ya, cepetan nyusul gua dan datang ke tempat itu.” ujar Dewa dan mereka bertiga kini mengangguk.
Dewa pun menyalami teman-temannya yang lain sekarang dan setelahnya ia pergi dari sana. Ia pergi dari jeruji besi yang selama setahun ini menjadi tempat tidur untuknya, tempat untuk beristirahat dan hidup.
"Gua seneng Dewa keluar karena gua yakin dia ga bunuh orang. Gua akui mungkin dia emang nakal cuma ga sampai menghilangkan nyawa orang. Lagi pula dia juga kayak terdidik banget anaknya, ga kayak kita." ujar Dimas.
"Bener, gua juga setuju sama Lo." ujar Alfa dan Raka bersamaan.
“Gua percaya sih sama ceritanya dia yang dia bilang kalo dia sebenarnya dijebak. Karena selama kita hidup sama dia juga dia ga kenapa-kenapa kan? Maksud gua dia ga bahaya. Malah baik banget.” ujar Dimas tersebut.
“Iya bener, Kalo Kirenina masih hidup gua bakalan kenalin dia sama Dewa. Gua yakin kalo dia sama Dewa hidupnya bakalan terjamin.” ujar Alfa menbuat Raka dan Dimas menjadi sedih karena Alfa membicarakan tentang Kirenina lagi. Mereka sangat merindukan Kirenina, tapi mereka tak lagi bisa bertemu dengan Kirenina. Bahkan pada hari terakhirnya Kirenina, mereka tidak visa bersama dengan Kirenina hingga Kirenina sudah berada di liang lahat juga.
Sampai sekarang mereka bertiga sama sekali belum pernah sampai ke makan Kirenina karena setiap meminta ingin pergi kesana, penjaga penjara selalu menolak. Permintaan mereka selalu ditolak dan bahkan tidak di dengar. Wajar saja karena mereka hanyalah tiga orang remaja yang masuk ke penjara remaja ini bahkan tanpa keluarga, dia sama sekali tak memiliki keluarga. Entah siapa keluarga mereka, sampai saat ini mereka tidak tahu juga.
Hidup sedari bayi di panti asuhan membuat mereka berpikir sebenarnya siapa orang tua mereka? Sebenarnya kenapa mereka bisa berada di panti asuhan? Apakah mereka dibuat atau mereka dititipkan yang pasti mereka tahu bahwa mereka sama sekali tidak diinginkan oleh keluarga mereka.
Sementara itu, Dewa sudah berjalan keluar dari selnya. Ia melewati banyak koridor yang didamping kanan dan kirinya terdapat sel-sel lain yang semuanya di huni. Kriminalitas remaja di kotanya memang sangat tinggi, dan semua hukuman berakhir dengan hukuman penjara. Padahal ada yang melakukan tindak kriminal yang sebenarnya itu masih bisa di berikan sanksi sosial atau sanksi-sanksi selain hukuman penjara. Namun semuanya memang seperti itu, semuanya mengacu pada hukuman penjara saja.
Mereka semua tampak melihat ke arah Dewa, mereka tentu tahu tentang Dewa. Dewa memang lebih sering diam, tapi jika sudah marah ia benar-benar sangat menakutkan. Pernah suatu ketika, Dewa melihat ada anak yang merupakan tahanan juga. Ia di bully oleh beberapa tahanan lainnya. Saat itu Dewa hanya diam saja, dua kali ia melihat ia hanya diam saja hingga akhirnya saat ketiga kalinya ia melihat ia sudah tidak bisa lagi berdiam diri.
Saat itu, Dewa langsung membuat gerombolan tahanan yang menganggu tahanan lainnya itu babak belur. Meskipun Dewa sendiri, ia bisa membuat mereka yang berlima itu babak belur. Setelah itu, tidak ada lagi yang berani menganggu Dewa, mereka juga seolah tidak mau mengenal Dewa.
Dewa menjadi pusat perhatian karena mereka yakin bahwa seharusnya Dewa belum keluar tapi sekarang ini ia sudah keluar dengan barang-barangnya. Namun mereka tidak mau memikirkan itu lagi, dengan tidak adanya Dewa toh mereka semua bisa bebas melakukan hal yang mereka suka.
"Papa kamu sudah ada di dalam mobil Dewa." ujar pengacaranya itu.
Dewa hanya diam, ia pun berjalan keluar dari penjara itu menuju ke mobil Papanya. Ia memasukkan barang-barangnya di bagasi dan setelah sudah, ia pun duduk di samping Papanya. Papanya hanya diam saja sekarang ini. Dewa tahu bahwa Papanya masih belum percaya jika Dewa tidak bersalah. Mobil itu sudah meninggalkan area penjara khusus remaja itu pada saat ini.
"Papa sudah mendaftarkan kamu home schooling. Setidaknya satu tahun ini kamu belajar di rumah terlebih dahulu, baru nanti saat kelas sebelas kamu bisa memilih ingin pergi ke sekolah mana." ujar Papanya tersebut.
"Baik Pa." ujar Dewa singkat kepada Papanya tersebut. Kini mereka sudah sampai di depan rumah mereka. Dewa dan Papanya memang hanya tinggal berdua saja karena Papanya telah lama bercerai dari Mamanya. Sebenarnya Dewa memiliki saudara bernama Raja, tapi Raja tinggal bersama dengan Mamanya. Sampai sekarang pun, Dewa tidak tahu dimana Mama dan Raja tinggal. Setiap ia tanya pada Papanya, Papanya selalu menjawab tidak tahu. Entah Papanya memang benar-benar tidak tahu atau ia berbohong.
Mereka sekarang sudah sampai di rumah mereka yang kedua. Memang rumah mereka ada banyak tapi yang sering digunakan hanya dua rumah saja. Papanya masuk ke dalan membuat Dewa pun juga masuk ke dalam.
"Untuk sementara kamu tinggal disini dulu, setiap Senin sampai Kamis akan ada tutor Home Schooling yang datang untuk mengajari kamu. Papa harap kamu tidak membolos karena kamu kehilangan banyak pelajaran." ujar Papanya dan Dewa hanya mengangguk saja. Ia malas untuk berdebat.
"Papa, masih ada pekerjaan. Papa pergi dulu." ujar Papanya dan kini Papanya itu sudah benar-benar pergi dari sana. Dewa pun kini berjalan menuju ke kamarnya setelah tadi ia kangen-kangenan dengan bibi yang ada di rumah.
Sementara itu, saat ini Keenan sudah berada di perjalanan pulang bersama dengan Ravi dan Axel. Mereka tadi sempat mampir pergi ke Caffe untuk membeli cake dan kopi. Saat di perjalanan ini mereka mengobrol.
"Sayang banget ya Safa ga bisa ikut kita kumpul. Lagi pula juga kenapa deh dia tadi harus ada acara sama keluarganya." ujar Keenan tersebut.
"Nan, Lo udah pernah ketemu sama keluarganya Safa?" tanya Ravi.
"Belum pernah sih, padahal gua pingin banget tuh. Kapan-kapan kali ya gua undang mereka buat makan malam bersama gitu." ujar Keenan itu.
"Percuma Nan, mereka ga akan pernah datang." ujar Axel yang langsung mendapatkan tendangan dari Ravi. Axel pun kini hanya diam saja.
"Loh kenapa percuma? Kan belum pernah dicoba. Lagi pula sekalian kenalan kan sama keluarganya Safa." ujar Keenan bertanya kepada Axel.
"Engga Nan, maksudnya Axel itu tuh percuma karena pasti keluarga Safa itu semuanya sibuk gitu. Jadi kan ya entah bisa datang atau ga gitu." ujar Ravi.
"Iya sih, makanya kita harus cari waktu yang pas kan. Yang kiranya ga sibuk gitu loh keluarganya Safa itu." jawab Keenan yang mana saat ini Keenan sudah sangat bersemangat karena ia sudah memiliki rencana untuk itu.
Mereka sekarang ini sudah sampai di rumah Keenan. Tampak mobil Ayah dan Bunda Keenan juga sudah dipanaskan, sepertinya mereka akan pergi. Mereka pun turun dari mobil dan saat mereka akan masuk ke dalam rumah mereka pun berpapasan dengan Ayah dan Bunda Keeenan.
"Kalian baru saja pulang ya?" ujar Bunda kepada mereka semua.
"Iya Bunda, tadi mampir dulu ke Caffe soalnya heheh." jawab Keenan.
"Ya udah kalian sekarang masuk gih ganti baju ya." jawab Bunda sembari membenarkan dasi milik Ayah Keenan. Mereka bertiga mengangguk.
"Bunda mau pergi kemana sama Ayah?" tanya Ravi kepada Bunda.
"Oh ini, Bunda sama Ayah mau ke pernikahan koleganya Bunda sama Ayah ini." jawab Bunda dan mereka bertiga pun mengangguk sekarang. Tak lupa juga mereka mengatakan kepada Bunda dan Ayah untuk hati-hati dijalan.
Keenan, Axel dan Ravi pun kini sudah masuk ke dalam rumah dan sekarang ini tampak mereka mengganti baju mereka dan setelah sudah selesai mereka bertiga pergi ke ruang TV untuk makan dan untuk minum apa yang tadi mereka sudah beli sembari mereka menonton TV yang ada juga.
"Btw Keenan, gua ada temen nih cantik banget orangnya terus juga baik. Lo mau gua kenalin ke dia apa ga?" tanya Ravi kepada Keenan tersebut. Keenan menatao kesal ke arah Ravi yang selalu aja ingin mengenalkan temannya atau saudaranya kepada Keenan padahal Keenan sudah bilang bahwa ia sama sekali tidak berminat.
"Apa sih Vi, Lo itu kayak gua ga laku aja. Gua tuh cuman belum mau pacaran aja Ravi. Belum ada yang cocok buat gua. Lagi pula kalo Lo punya kenalan kayak gitu ya udah buat Lo aja, atau buat Axel tuh. Lo berdua kan juga sama-sama jomblo kayak gua." ujar Keenan kepada mereka berdua itu.
"Gua belum mau pacaran sih." ujar Ravi menjawab Keenan tersebut.
“Nah kan ya udah kan jawaban kita kan sama jadinya ya udah lah. Ga usah bahas itu dulu deh ujar Keenan tersebut. Akhirnya mereka pun sekarnag ini mengakhiri pembicaraan mereka mengenai hal tersebut.
Sebenarnya Ravi mengatakan hal itu supaya Keenan memiliki pacar dan bisa saja kan jika Keenan memiliki pacar semuanya akan lebih baik daripada sekarang. Keenan akan lebih bahagia dalam kehidupannya yang akan datang.
Namun ya mau bagaimana lagi, sepertinya Keenan belum ada yang cocok. Karena memang untuk meyakinkan Keenan pada satu perempuan itu sangat susah. Harus Keenan sendiri yang yakin karena Keenan tidak mudah terprovokasi jadinya susah sekali untuk membuat Keenan jatuh cinta jika Keenan sendiri tidak merasakan hal itu. Kini pembicaraan mereka tentang hal itu sudah selesai dan sekarang ini tampak Keenan bersama dengan kedua temannya itu menikmati makanan yang ada sembari menonton film yang baru saja keluar. Mereka memang lebih senang nonton di rumah daripada bioskop.