Dewa masih ada di rumahnya, ini merupakan hari pertamanya mengikuti home schooling. Untuk kali ini ia akan menurut pada Papanya saja. Ia akan menurut karena memang Papanya menginginkan hal ini. Papanya ingin jika dirinya mengikuti home schooling sebelum ia pergi ke sekolah biasa.
Sebenarnya saat ditanya ingin pergi ke sekolah mana, tanpa Papanya bertanya sejak awal ia tidak akan merubah pikirannya sedari dulu. Ia tidak akan merubah pikirannya tentang dimana ia harus bersekolah karena pilihannya akan tetap sama. Ia akan kembali ke sekolah lamanya, SMA Garuda untuk bertemu dengan teman-temannya yang masih setia padanya.
Ah membicarakan tentang teman-temannya itu ia sedikit ingkar karena faktanya ini sudah seminggu ia di rumah dan ia sama sekali belum menemui mereka semua. Padahal waktu awal dulu ia berjanji jika ia keluar dari penjara ia akan langsung menghampiri mereka di basecamp. Namun ia ingkar.
Sebenarnya ia ingin langsung kesana tapi selama seminggu ini ia masih mencari informasi tentang temannya yang selama ini sudah membuatnya masuk ke jeruji besi. Temannya yang mengkhianati dirinya tersebut. Namun ia sama sekali sudah tidak menemukan informasi tentangnya, akhirnya Dewa berhenti mencari tahu karena ia akan bertanya pada temannya saja saat ia akan bertemu. Rencananya ia akan pergi mencari mereka pada hari ini. Tentunya ya setelah ia mengikuti home schooling yang akan dilaksanakan ini.
"Mas Dewa mau makan apa mas?" tanya Bibi yang mendatangi Dewa.
"Terserah bibi buat apa bi, nanti Dewa akan makan." ujar Dewa itu.
“Waduh apa ya mas? Beneran terserah Bibi ini?” tanya Bibi kepada Dewa lagi.
“Iya Bi, terserah Bibi aja, apapun yang bibi buat pokoknya Dewa makan. Lagi pula makanan Bibi juga ga pernah gagal, selalu pas di lidah Dewa.” ujar Dewa mengatakan hal tersebut kepada Bibi. Bibi tersenyum sangat senang.
"Baik Mas, Bibi buatin makanan kesukaannya Mas Dewa aja ya." ujar Bibi tersebut dan sekarang ini tampak Bibi turun ke dapur rumah Dewa itu.
Dewa pun duduk kembali sekarang, ia melihat potret dirinya sendiri. Usianya sudah tujuh belas tahun dan ia baru kelas satu SMA lagi. Ya, lagi karena memang Dewa akan mengulang kelas, sementara teman-temannya kini sudah berada di kelas sebelas. Ia mengulang kelas karena ia memang banyak sekali ketinggalan pelajaran, Lagi pula ia juga sudah dikeluarkan satu tahun yang lalu. Ia sebenarnya tak masalah dengan itu, tapi tetap saja ia merasa masih terkhianati oleh temannya sendiri. Bisa-bisanya dia menjerumuskan Dewa ke jeruji besi yang membuat Dewa harus hidup disana selama satu tahun lamanya. Bagi Dewa itu sangat lama karena dirinya harus benar-benar hidup bahkan tanpa dijenguk sama sekali oleh siapa pun. Papanya hanya datang sekali, itu pun setelah satu tahun lamanya ia menunggu disana.
Mungkin jika Papanya kemarin tak datang, ia masih mendekam di jeruji besi itu bersama dengan Alfa, Dimas dan Raka. Ah ia jadi memikirkan mereka bertiga, kasihan mereka. Mereka bertiga harus menjalani tindakan kriminalitas karena mereka yang terjebak dalam derita sosial. Alfa, Dimas dan Raka masuk bersamaan di rumah tahanan itu. Bahkan tindak kriminalitas yang mereka juga dilakukan secara bersamaan. Mereka harus mencuri dan melakukan pengancaman pada korban dengan senjata tajam hingga mereka harus mendekam di jeruji besi karena tindak kriminalitas itu ketahuan.
Meskipun memang mereka melakukan sebuah kesalahan dengan tindak kriminalitas yang tidak bisa termaafkan itu, ada yang lebih miris dari itu. Mereka bertiga melupakan anak jalanan yang dahulunya tinggal di suatu panti asuhan. Awalnya hidup mereka terjamin hingga mereka beranjak dewasa dan pihak yayasan terpaksa harus melepas mereka karena mereka sudah besar. Mereka pun keluar, awalnya mereka hidup berempat dengan adik perempuan mereka yang juga dipaksa harus keluar dari panti asuhan tersebut. Namanya Kirenina, adik cantik mereka yang saat itu berusia lima belas tahun.
Sedangkan mereka saat keluar dari panti asuhan berusia enam belas tahun dan sekarang usia mereka sudah tujuh belas tahun. Mereka merayakan tujuh belas tahun hidup mereka di dunia ini di dalam jeruji besi yang sangat dingin tanpa ucapan selamat ulang tahun, tanpa hadiah dan tanpa kue ulang tahun. Lagi pula juga sejak kecil diantara mereka bertiga tidak ada yang pernah merasakan hal tersebut.
Mereka sebenarnya tidak ingin membawa Kirenina bersama dengan mereka, tapi mereka harus membawanya karena mereka yakin pasti jika ia ditinggal setahun lamannya nantinya Kirenina tidak ada yang mengurus dan mereka khawatir dengan keadaan Kirenina. Kirenina sendiri juga yang meminta mereka untuk ia ikut karena yang ia kenal baik di dunia ini hanyalah mereka bertiga. Makanya mereka harus membawa Kirenina bersama dengan mereka untuk memastikan Kirenina selalu aman.
Mereka bertiga tidak mau Kirenina kenapa-kenapa karena Kirenina memiliki sebuah penyakit di dalam tubuhnya itu.
Kirenina mengidap penyakit gagal ginjal, ia membutuhkan banyak biaya tapi dengan dirinya yang hidup sebatang kara dan mereka juga tidak memiliki surat atau kartu tanda penduduk membuat mereka kehilangan semua hak mereka. Mereka hidup di jalanan, dari satu trotoar pindah ke trotoar lain. Makanan mereka dapat dari hasil mengamen, semua itu tampak masih cukup untuk mereka hingga penyakit Kirenina itu kambuh. Mereka tak berdaya.
Mereka tak memiliki apa-apa untuk membawa Kirenina ke rumah sakit karena semua rumah sakit yang mereka datangi harus melakukan administrasi terlebih dahulu. Mereka tak punya kartu identitas dan mereka tak punya uang. Itu lah yang membuat Dimas, Alfa dan Raka terpaksa harus mencarl uang lewat jalur haram yaitu melakukan perampasan dan pencurian.
Awalnya semua berjalan dengan lancar hingga mereka akhirnya ketahuan dan mereka tertangkap oleh warga. Babak belur mereka dibawa ke kantor polisi, mereka memohon kepada warga dan polisi disana untuk membebaskan salah satu diantara mereka. Namun tak ada kebebasan sebelum mereka menjalankan sanksi atas apa yang mereka lakukan. Padahal mereka sudah bilang jika mereka harus menjaga Kirenina yang masih sakit. Warga disana mengatakan bahwa Kirenina akan aman dan mereka jaga.
Namun semuanya hanya bualan semata, sebulan setelah mereka mendekam di penjara itu Kirenina meninggal. Kirenina menghembuskan nafasnya untuk yang terakhir kali di sebuah trotoar dan ia sangat kurus. Faktanya tidak ada yang bisa mengurus Kirenina lebih baik daripada mereka.
Sampai sekarang pun mereka bertiga masih merasa bersalah karena meskipun bukan mereka yang membuat Kirenina meninggal, tapi tetap saja jika mereka bertiga juga merupakan sumber dari meninggalnya Kirenina.
Dimas, Alfa dan Raka tidak akan pernah bisa melupakan Kirenina karena bagi mereka, Kirenina itu merupakan adik kecil mereka meskipun usia mereka hanya terpaut satu tahun saja. Mereka akan hidup dengan lebih baik lagi karena mereka tidak akan mengulangi kesalahan mereka yang pernah membuat mereka menyesal sampai sekarang ini.
Guru home schooling Dewa sudah datang, ia pun sudah mulai belajar hari ini. Meskipun hanya empat hari saja waktu belajarnya tapi ia juga tidak full empat hari itu belajar, karena dirinya hanya masuk dari pukul sembilan pagi hingga pukul dua siang. Karena itu lah Dewa nantinya bisa pergi menemui teman-temannya. Ia berharap teman-temannya belum lupa padanya.
Sementara itu Nayara sekarang sedang ada di kantin bersama dengan Bagas. Mereka berdua saat ini sedang makan bersama disana. Rangga bersama dengan teman-temannya baru saja datang ke kantin. Mereka berdua saling menatap sekarang ini. Namun tak lama kemudian Rangga memutus kontak matanya itu dengan Nayara. Ia pun kini melihat ke arah yang lain.
"Udah Nay ga perlu di lihat lagi. Fokus ke yang lainnya aja ya Nay. Masih banyak yang lebih baik daripada dia. Lo tahu sendiri." ujar Bagas tersebut.
"Fokus ke yang lain? Maksudnya gua cari yang lain gitu? Cari yang lain terus mereka ninggalin gua lagi karena gua sakit?" tanya Nayara tersebut. Nayara melihat ke arah Bagas dengan pandangan penuh tanya sekarang.
Bagi Nayara tidak ada yang benar-benar menyayangi dirinya. Mungkin hanya Bagas saja yang bisa menerima segala lebih dan kurang yang Nayara punya. Hanya Bagas saja yang mampu bertahan dengan Nayara dalam waktu yang lama. Banyak yang memutuskan untuk pergi dari hidup Nayara setelah mereka mengetahui bahwa Nayara itu memiliki penyakit mental. Padahal penyakit mental ini juga bukan dirinya yang menginginkan.
"Nayara jangan gitu, pasti bakalan ada lelaki yang nantinya bisa jaga lo dan nerima lo apa adanya kok. Beneran deh." ujar Bagas tersebut. Ia mencoba untuk memberi semangat kepada Nayara karena hanya ini yang bisa ia berikan kepada Nayara selain ia akan selalu berada di pihak Nayara dan selalu membantu Nayara samali kapanpun.
"Gua ga yakin Gas, buktinya semua orang ninggalin gua. Semuanya ninggalin gua pas gua padahal masih sayang sama dia. Mereka jahat banget sama gua Gas, hanya karena gua sakit aja." ujar Nayara kepada Bagas itu. Nayara memang sedang tidak baik-baik saja, apalagi ia juga baru saja diputuskan oleh Rangga. Kepalanya masih dipenuhi oleh hal-hal yang menyakitkan. Bahkan kepalanya juga dipenuhi dengan kata menyakiti diri.
Di dalam cardigan yang ia pakai itu terdapat banyak sekali luka sayatan yang Nayara lukis sendiri dengan silet yang selama ini ia simpan. Bagas yang selalu memeriksa luka itu karena mungkin hanya Bagas saja yang mengetahui bahwa dibalik cardigan yang sealu Nayara pakai itu terdapat banyak lukisan luka yang baru atau yang sudah lama dan membekas disana.
Bagas selalu merawatnya dan ia yang selalu memberi obat atau salep untuk luka yang disebabkan oleb Nayara itu sendiri. Bagas selalu miris ketika melihat Nayara dengan segala luka yang terus menerus menghantui dirinya baik dulu maupun sekarang.
"Nayara, apapun yang terjadi ingat, kalo gua selalu ada buat Lo. Gua akan selalu menemani Lo, gua akan menjaga Lo. Pokoknya gua akan selalu ada buat Lo. Inget ya Nay, kalo pun disaat yang lainnya lupa sama Lo, gua janji kalo gua ga akan lupa sama Lo Nay." ujar Bagas menenangkan Nayara itu.
Rangga melihat itu semua, Rangga melihat semua yang dilakukan oleh Rangga kepada Nayara. Jujur saja, sampai sekarang Rangga tidak rela jika Bagas yang melakukan itu kepada Nayara. Ia cemburu tapi ia juga tidak bisa jika harus bertahan dengan Nayara. Ia terlalu tidak sanggup untuk itu.
Gua tahu kalo apa yang gua lakukan ke Lo itu salah besar Nay, tapi maaf karena gua ada mimpi juga yang harus gua kejar. Gua ga bisa setiap detik ada buat Lo, gua ga bisa setiap detik bisa ada buat Lo. Makanya gua memilih buat mundur Nay. Kalo ditanya apa gua masih sayang sama Lo, tentu gua masih sangat sayang sama Lo. Tapi untuk menetap gua udah ga bisa. Batin Rangga.
Sementara Keenan sedang berada di rooftop bersama dengan Safa. Ravi dan Axel tidak tahu kemana Keenan karena tadi Keenan izin pergi ke toilet saat hampir istirahat dan ia belum kembali lagim makanya Ravi dan Axel saat ini kelimpungan mencari keberadaan dari Keenan. Ia sama sekali tidak tahu.
"Tuh kan bener harusnya tadi itu gua bilang kan antara gua sama Lo ada yang ngikutin Keenan. Dia ga bisa dibiarin sendiri gitu aja." ujar Ravi tersebut.
"Ya gua mana tahu, gua kira dia cuma mau ke toilet beneran terus abis itu langsung gas ke kantin. Kan biasanya gitu." ujar Axel kepada Ravi itu.
"Keenan kan kadang ga ketebak Xel, terus kalo gini kita cari dimana dong?" tanya Ravi kepada Axel dengan bingung. Mereka sekarang sudah ada di kantin tapi Keenan tidak ada disana makanya mereka sedang bingung.
Sementara yang mereka cari sekarang sudah ada di rooftop bersama dengan Safa. Mereka berdua malah terlihat bahagia, mereka terlihat mengobrol bersama dengan menikmati angin yang berhembus sangat indah.
"Keenan, kok Lo belum ada cewek sih? Kenapa?" tanya Safa tersebut.
"Ya elah Saf, Lo tuh ya sama aja kayak Ravi dan Axel. Mereka juga belum lama ini tanya gitu ke gua terus mereka katanya mau ngenalin gua ke temen-temen mereka. Ya gua ga mau dong Saf. Emang kenapa sih kalo gua belum punya cewek? Salah ya gua?" tanya Keenan kepada Safa tersebut saat ini.
"Hahaha ya ga aneh sih Nan, cuman ya aneh sih hehehe. Masa seorang Keenan yang jadi most wanted di SMA Garuda ini ga punya pacar sih. Kenapa deh emamgnya? Lo belum jawab pertanyaan gua loh." ujar Safa tersebut.
"Jawabannya simple banget sih, karena gua belum mau aja Safa. Belum ada yang cocok buat gua Saf." ujar Keenan kepada Safa mengatakan itu.
"Ah beneran nih? Ga karena gua kan? Nanti cewek Lo takut lagi cantiknya kalah sama gua hahaha." ujar Safa yang terlihat sangat pede.
"Apa sih Safa Lo pede banget sumpah deh." ujar Keenan menjawabnya.
"Nan, ternyata Lo disini." jawab Axel dan Ravi yang lega karena mereka akhirnya sudah menemukan Keenan disana, mereka sangat senang sekali.