Lebih Baik Mati

1496 Words

Aku melihat wajah Ibu yang kali ini berbeda dari biasanya. Beliau saat ini dingin padaku dan entahlah kenapa aku pun tidak tahu. Aku bersalaman namun aku tidak menuntut untuk mendapatkan balasan darinya. Aku ingin memeluknya pun sepertinya beliau enggan padaku. "Ibu apa kabar?" tanya ku pada beliau. Ibu menggeleng pelan. "Boleh ibu bicara dengan putra ibu saja?" ujarnya terdengar dingin dan sedikit menyentil hatiku. Tidak pernah beliau berkata seperti ini sebelumnya. Namun sepertinya hal ini penting sekali, dan aku tidak boleh mengganggu mereka. "Ibu mau bicara di sini atau di ruang atas?" tanya ku lagi. "Di sini saja." tegas sekali dan aku baru melihat bahasa tubuhnyan yang menghindari aku seolah ia jijik padaku. Aku sungguh ingin bertanya padanya kenapa sampai seperti itu, namun seka

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD