Nerakanya Furqon.
"Aku enggak mau menikah sama perempuan itu! dia berkerudung dan ortodok! di pasti jelek kalau dibuka kerudungnya!"
Furqon berkata nyaris berteriak pada ibunya. Pasalnya ia baru saja mendengar dari wanita yang telah melahirkannya tersebut, bahwa mereka ingin menjodohkan Furqon dengan Naya. Gadis yang baru saja bertemu dengan Maya, dua hari yang lalu. Naya menyelamatkan Maya dari pencopetan, bahkan sampai gadis itu terluka tangannya, karena terkena sabetan pisau.
"Dia gadis yang sangat baik, Furqon. Mamah berani bertaruh." ujar Maya dengan sabar.
"Dia gadis baik hanya untuk mamah saja. Tapi tidak untuku. Dan satu lagi, aku enggak suka gadis berkerudung. Mereka aneh dan dan sama sekali enggak seksi."
"Aduh, nak. Naya itu cantik. Masa kamu belum lihat? dia itu salah satu karyawan kamu di kantor. Inaya khairunnisa anak bagian andministrasi kalau enggak salah."
"Bodo amat, mah. Aku enggak peduli. Jangan paksa aku mah. Lagi pula, aku tuh udah punya pacar. Berlian itu pacarku. Dia sangat cantik dan seksi."
"Tapi Naya juga cantik, dia juga seksi kalau menurut mamah."
"seksi apanya? bajunya aja pada longgar. Masa ke kantor kaya mau ke pengajian, pake baju yang ... aduh mah, pokoknya aku enggak suka. Dia tuh enggak ada menarik menariknya."
"Kamu tuh, pokoknya mamah enggak mau tahu, kamu harus siapkan semuanya dan menikah dua minggu dari sekarang sama Naya. Titik!" Maya beranjak dan pergi meninggalkan ruangannya Fuqon. Membuat laki laki berkemeja putih itu menarik dasinya asal, dan mengacak rambutnya frustrasi.
"Ah, sialan tuh cewek. Apa sih maunya!" Furqon harus bertemu dengan perempuan itu dan menolaknya secara langsung. Bahwa ia sama sekali tidak tertarik dengannya.
Furqon datang ke rumah sakit, di mana gadis itu sedang di rawat. Ia akan melakukan perhitungan dengannya. Dan di sinilah laki laki tampan berjenggot tipis ala ala pangeran dubai itu berada.
"Pak Furqon?" Naya kaget melihat kedatangan bosnya ke sana.
Furqon berdeham pelan dan sama sekali enggak mau melihat wajah perempuan itu. Furqon sudah yakin kalau dia jelek, jadi ya ... buat apa Furqon harus mengorbankan kedua mata indahnya untuk melihat pemandangan si gadis buruk rupa itu.
"Langsung saja ke intinya!" ujar Furqon cepat dan ketus. "Saya tidak mau nikah sama kamu Naya. Saya enggak cinta sama kamu! dan lagi, saya sudah memiliki pacar." ujarnya lantang.
Naya menautkan kedua alisnya. "Nikah? saya sama bapak? maaf, sepertinya ada salah faham, saya sungguh enggak tahu apa apa pak? saya--"
"Jangan pura pura! kamu telah meracuni ibu saya kan?"
"meracuni?" ini apa lagi, sungguh tidak tahu apa apa tentang pernikahan itu. "Pak, saya sungguh enggak--"
"Kamu hanya punya dua pilihan. Kamu minta pada mamahnya saya untuk membatalkan pernikahan ini, atau kamu saya pec--"
"Apa! kamu mau mecat Naya? kamu enggak mikir, kalau bukan karena Naya, mamah itu enggak akan selamat Nak!" Maya tiba tiba datang dan membuat Furqon menghela napas dalam. Furqon memang sudah dewasa bahkan sangat sukses. Namun tetap saja, dia adalah seorang anak yang terlalu mencintai ibunya, sehingga ia mengalah ketika mamahnya langsung mencecarnya tanpa henti. "Dengerin mamah Furqon! kamu akan mamah keluarkan dari Media grup, kalau kamu sampai menolak Naya untuk menjadi istri kamu."
"Mah ..." Furqon tidak berdaya, baginya media grup adalah hidupnya. Dia sudah lima tahun memimpin perusahaan itu. Namun tiba tiba kehadiran seorang perempuan yang ortodok dan kampungan itu harus mengakhiri semuanya. Tentu saja Furqon tidak akan menerima itu.
"Baik lah, aku akan menikah dengan Naya. Mamah tenang dan jangan berpikir macam macam. Media itu membutukanku mah." ujar Furqon lelah.
Maya tersenyum dan mengusap pucuk kepala sang putra. "Pinter anak mamah. Segera menikah, karena mamah pengen banget kamu segera gendong cucu mamah." ungkap Maya membuat Fuqon terdiam dengan kedua rahang yang mengetat menatap Naya penuh ancaman.
***
Dua minggu kemudian.
"Baiklah, jadilah menantu yang baik, Naya. Tapi jangan harap kamu mendapatkan seorang suami! karena aku enggak cinta sama kamu!" Fuqon mendorong Naya ke lantai. Saat ini mereka berada di kamar hotel, baru saja selesai melakukan pernikahan.
"Pak, aku--"
"Selamat datang di neraka ku Naya!" Furqon menyuruh seorang perempuan cantik masuk ke sana, yang tidak lain adalah berlian, kekasihnya."
"Sini sayang ..." Furqon memeluk Berlian di depan Naya dan juga menciumnya panas. Membuat Naya mengalihkan tatapannya ke arah lain. Meski ia masih belum mencintai Furqon. Tapi rasa sakitnya sudah terasa.
Furqon itu suaminya, harusnya malam pertama ini di isi dengan hal hal manis seperti pasangan pengantin lainnya.
"Kamu lihat Naya!" Furqon menggandeng perempuan cantik bak boneka itu. "Dia berlian, dia kekasih saya. Dia sangat cantik bagaikan boneka. Jauh sekali dengan kamu yang pas pasan dan burik!" Furqon mendorong keningnya Naya. "Kamu sudah seperti pembantu saya! jelek dan burik!" Furqon terbahak dan sangat senang melihat gadis itu menunduk dengan air matanya yang menetes.
"Kamu keluar dari kamar saya! kamu tidak pantas berada di hotel ini burik!"
"Ta-tapi saya harus ke mana pak?" Sudah malam, Naya mana bisa keluar dengan keadaan memakai baju pengantin yang seribet itu.
"Terserah!" ujar Furqon masa bodo. "Malam ini aku dan Berlian mau tidur di sini!" ujarnya.
"Pak, bapak jangan ajak tidur berlian di sini?" tolak Naya.
"Kenapa?" Furqon menendang kakinya Naya. Hingg gadis itu meringis, kesakitan. "Kamu enggak ada hak! kamu hanya perempuan miskin dan burik. jangan ikut campur!" dia mencengkeram rahangnya Naya.
"Kalian belum menikah, kalian belum halal." ujar Naya pelan, karena kakinya terasa sakit .
"Jangan ceramah di sini! kami ini sepasang kekasih yang saling cinta. Dan kalau kamu enggak jadi racun buat ibuku. Maka kami mungkin akan menikah sebentar lagi."
"Tapi pak--"
"sudah sana pergi burik!" Furqon mendorong Naya keluar dari kamarnya.
Naya hanya bisa menyesali nasibnya. Ia meninggalkan kamar hotel itu dengan tanpa uang sepeser pun. Dan Naya tidak tahu harus ke mana.
"Aku harus ke mana?" gadis itu memang sudah tidak memiliki siapapun. Dia tinggal di panti asuhan dan sekolah dengan jakur beasiswa.
"Gusti Allah ... tolong saya." Naya berjongkok di taman hotel. Dia kedinginan dan perutnya juga lapar. "Naya kenapa harus begini gusti ..." gadis itu menangis dan menunduk menyeka air matanya.
Keesokan harinya Furqon menyuruhnya membersihkan kamar hotel yang bekas ia pakai dengan Berlian. Naya bisa melihat kalau mereka sepertinya telah melakukan hubungan suami istri. Naya hanya bisa menangis dengan dadanya yang terasa sesak.
"Kenapa nangis?" tanya Furqon yang melihat Naya tersengal dengan mengusap air matanya.
"Naya lapar pak, semalam enggak makan. Naya minta makan boleh pak?" mohon Naya dengan suara gemetar.
"Boleh, tapi kerja dulu! jadi pembantu harus tahu diri!" Furqon sangat jijik pada Naya. Ia keluar dari ruangan itu setelah mendorong gadis itu ke kasur bekas ia bercinta dengan Berlian tentu saja.
Furqon akan terus menghina dan menyiksa Naya, sampai perempuan itu tahu diri dan pergi darinya.