Bertemu

1036 Words
"Astaghfirullahhalladzim.." ucap Lyora dengan degup jantung yang begitu kencang. "Lain kali kalau jalan itu lihat-lihat. Hati-hati jangan terburu-buru," ucapnya dan kini kedua bola mata mereka pun saling bertemu. "Mas Leon," ucap Lyora. "Mau kemana kamu malam-malam begini?" tanya Leon dengan alis yang betkerut. "Pasien itu harusnya istirahat bukan keluyuran," lanjutnya lagi seraya membantu Lyora untuk berdiri. "Sssaya, mau ke kantin Mas. Mau beli minuman," jawab Lyora. "Memangnya gak bisa kalau kamu minta tolong sama keluarga kamu?" tanyanya lagi dengan sinis. "Saya gak punya keluarga Mas. Hanya tinggal Oma dan Oma gak menemani saya," jawab Lyora lagi dengan wajah yang murung. Entah mengapa. Setiap melihat ekspressi wajah itu. Selalu saja membuat Leonard Iba juga ingin menolonya. Padahal sebelum bertemu dengan Lyora, Leonard selalu saja bersikap dingin kepada perempuan. Juga selalu saja membencinya. Karena bagi Leonard setiap wanita itu sama. Sama-sama egois juga mementingkan dirinya dan kebahagiaannya sendiri. Tanpa memikirkan orang lain. Sama seperti sang Mama yang selalu saja bersikap seperti itu. "Mari saya antar, kaki kamu juga sepertinya sedikit pincang," tawar Leonard. "Gak usah Mas gak apa-apa. Nanti saya malah jadi merepotkan Mas Leon," jawab Lyora. "Manusia itu makhluk sosial. Saling menbutuhkan juga gak akan mampu melakukan segalanya sendirian. Jadi gak usah egois juga memikirkan kehendak kamu sendiri," ucap Leonard seraya meletakan lengan Lyora dilehernya. Sebenarnya Lyora sedang merasakan sakit dihatinya saat ini. Namun ia mencoba untuk tetap bersikap biasa saja juga memilih diam. Karena kakinya yang sedikit terkilir membuatnya sulit untuk berjalan sendiri dan memang membutuhkan bantuan Leonard. Ia tak mau jika perut laparnya tak terisi dan ia tak dapat segera sembuh. Jika saat ini Lyora tidak membutuhkan bantuan Leonard. Mungkin saat ini sudah ia maki Leonard tepat didepan wajahnya. 'Huh! Dasar laki-laki angkuh! Sinis! Coba aja gue lagi gak butuh banget bantuan dia! Gak sudi gue kalau cuma diam dan terima aja dibilang egois sama laki-laki sombong ini!' umpat Lyora dalam hatinya yang kini terasa panas juga sakit. Leonard mendudukan tubuh Lyora disebuah kursi dikantin dengan perlahan. "Mau dipesankan jus apa?" tanya Leonard dengan sinis. "Gak usah Mas. Biar saya pesan sendiri aja. Makasih ya sudah diantar," tolak Lyora seraya berusaha untuk tersenyum. "Kamu tau Bu Kinan itu kepengin kamu cepat sembuh? Jadi gak usah sok bisa dan sepelein penyakit kamu," ucap Leonard dengan pongahnya. "Bu Kinan? Dari mana Mas Leon mengenal Bu Kinan?" tanya Lyora. "Mau jus apa gak usah banyak tanya!" bentak Leonard yang sungguh menyebalkan bagi Lyora. "Alpukat," jawab Lyora singkat. Tak lama kemudian Leonard datang meletakan jus alpukatnya didepan Lyora. Dan kini ia mulai duduk disampingnya. "Minum sana. Terus istirahat," "Jawab dulu, gimana ceritanya Mas Leon bisa kenal sama Bu Kinan," pinta Lyora. "Saya Leonard Hadinata. Pelanggan tetap Kinan Florist. Karena asisten saya cuti dan orangtuanya dirawat disini, jadi saya sendiri yang membeli bunga itu ke toko Bu Kinan. Puas kamu!" jelas Leonard yang sontak membuat d**a Lyora menyesak seketika. Karena Leonard yang ia kenal adalah seorang Leonard yang terkenal kejam juga arrogant menurut cerita dari Vanya juga asistennya yang sering membeli bunga mawar. Sehingga bisa saja Leonard meminta Bu Kinan untuk memecatnya dan mengadukan hal yang tidak-tidak kepada Bu Kinan jika Lyora bersikap tak sopan kepadanya. "Oh, jadi Bapak ini, Pak Leonard Hadinata. Saya mohon maaf ya Pak. Saya benar-benar tidak tahu. Dan saya juga minta maaf karena sudah banyak merepotkan Bapak," ucap Lyora dengan kepala yang terus saja menunduk. Hal itu membuat Leonard hampir saja tertawa. Namun kini Leonard tengah menahan tawanya dan tetap bersikap angkuh juga sinis kepada Lyora. "Okkay saya maafkan. Tapi saya minta sama kamu untuk rangkaikan bunga mawar untuk saya ya. Dimobil sudah ada bunganya tapi rangkaiannya gak serapih rangkaian kamu," jelas Leonard dengan sinis. "Oh iya baik Pak, boleh," jawab Lyora dengan sigap. Kini Leonard mulai menghubungi Andy, asistennya untuk segera mengambilkan bunga itu. Tak lama kemudian Andy datang dan mulai menyapa Lyora yang memang sudah ia kenal cukup baik. "Mbak Yora," sapa Andy seraya mengangguk dan tersenyum. "Iya Mas Andy," jawab Lyora yang juga mengangguk seraya tersenyum. "Lho, Mbak Yora sakit?" tanya Andy yang mulai cemas. Dan entah mengapa basa basi itu membuat Leonard muak. Sebab memang ia paling tidak suka berbasa-basi. Apalagi dengan seorang wanita. "Cuma masuk angin kedelason saja kok Mas. Alhamdulillah sekarang sudah membaik," jawab Lyora seraya tersenyum. "Oh Alhamdulillah. Semoga lekas sembuh ya Mbak. Pak Leon, kalau begitu saya permisi," ucap Andy. "Oke silahkan," jawab Leonard. Setelah menghabiskan jusnya, kini Lyora mulai merangkai bunga mawar merah itu. Seperti biasa, begitu cekatan juga tertata dengan rapi, sehingga membuat Leonard selalu saja puas dengan setiap kinerja Lyora. "Ini Pak Leon bunganya," ucap Lyora seraya memberikan bunganya. "Oke thank you," jawab Leonard seraya mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku celananya. "Ini buat kamu Yora," lanjutnya lagi. "Oh gak usah Pak gak apa-apa. Bapak sudah terlalu banyak membantu saya. Jadi sudah tugas saya sekarang membantu Bapak," jawab Lyora. "Okkay. Kalau gitu sebagai gantinya saya akan antar kamu sampai kekamar. Karena saya gak mau ada hutang budi dengan kamu," ucap Leonard dan Lyora hanya menjawabnya dengan anggukan juga senyuman. Sebab ia tak ingin ada sebuah perdebatan diantara dirinya juga Leonard. Leonard mulai merangkul bahu Lyora seraya menuntunnya perlahan. Dan Lyora diminta untuk memegangi bunga mawar miliknya. Entah mengapa jantung Lyora selalu saja berdebar dengan begitu kencangnya setiap ia berada didekat Leonard. Selalu saja terpesona dengan ketampanan wajah Leonard yang memang begitu mudah membuat seorang wanita jatuh hati padanya. 'Ya Allah kenapa gue jadi deg-degan begini ya. Kenapa rasanya susah banget biasa aja setiap Pak Leon mulai dekat dan sentuh gue,' gumam Lyora dalam hati. Dengan segera Leonard membukakan pintu kamar Lyora seraya membantunya untuk menaiki ranjangnya. Meski saat ini, ia merasa begitu terpaksa jika harus menolong seorang wanita. "Saya harap kamu segera kembali bekerja. Karena jika kamu gak ada, saya akan kesulitan mendapatkan bunga dengan kualitas yang baik," ucap Leonard. "Iya Pak Aamiin. Terimakasih banyak ya Pak," jawab Lyora seraya tersenyum. "Okkay, saya pamit. Assalamu'alaikum," Pamit Leonard. "Oh iya Pak silahkan. hati-hati ya Pak," ucap Lyora. Dan Leonard hanya menjawabnya dengan anggukan juga senyuman. Senyuman Leonard selalu saja berhasil membuat Lyora semakin jatuh hati padanya. Namun ia sadar jika sudah pasti Leonard telah memiliki seorang kekasih hati. *** To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD