"Tolong, apa yang kamu inginkan dariku? Aku sudah bukan Tuan Putri lagi sekarang?" tanya Gisel.
"Syaratnya kamu harus putus hubungan dengan Bibi kamu dan kamu harus kembali ke Indonesia bersamaku. Ada lagi setelah prosesi pemakaman kedua orang tua kamu selesai maka kamu harus tinggal bersamaku," jawab Roger.
"Kamu pikir siapa? Kenapa kamu harus membuat aku dan keponakan sendiri putus hubungan?" sahut Bibi Gisel.
"Apa Anda lupa siapa aku? Aku yang membeli dia sebesar 20 miliar dan aku yang punya hak hidup juga matinya keponakan kamu." Roger saat itu dengan wajah dinginnya membuat sang bibi takut dengan pria kejam ini.
"Aku akan menuruti apapun syaratnya karena pemakaman kedua orang Gisella ditunda karena dia berada di sini. Baiklah! Mulai hari ini aku dan Gisella tidak memiliki hubungan apapun." sang Bibi langsung pamit pergi dan dia tidak bisa berbarengan dengan Gisella untuk pulang ke negara asal.
Gisella saat itu dia masih menangis di bawah lantai. Dia tidak tahu kenapa bisa Roger berubah secara drastis setelah 6 tahun ini.
"Kenapa kamu kejam? Orang tuaku sudah tiada, kenapa kamu malah menyuruhku memutuskan hubungan dengan Bibiku. Kenapa kamu jadi sejahat ini?" ungkapnya dengan suara tangisan.
"Kamu akan lebih menderita dari ini. Suatu saat kamu akan tahu kenapa aku sangat membenci kamu. Aku bersyukur kedua orang tua kamu yang pernah memukuli ibuku sudah menyusul ibuku ke akhirat." Roger merasa senang sakit hati yang dia rasakan selama 6 tahun ini sirna ketika dia bisa melampiaskannya pada Gisel.
"Setidaknya dulu kita sangat dekat. Kamu dan aku bukan seperti anak majikan juga pembantu, orang tuaku juga membiayai kuliah kamu karena aku yang memintanya. Dengan alasan kamu bisa jadi penjagaku saat teman sekelas membullyku?" Gisella mengingatkan masa lalu.
"Apa kamu lupa waktu itu kamu sombong dan angkuh kalau saat kita kuliah dulu kamu tak pernah menanggap aku teman malah hanya mengagap aku anak kacung. Lalu kamu menolak cintaku, orang tuamu begitu marah dan mencabut beasiswaku." pria ini
langsung marah dia mendorong gadis ini hingga kepalanya terbentur dinding yang ada di belakangnya.
Keningnya berdarah tapi dia tidak pingsan.
"Dasar lemah, siapkan baju kamu. Besok pagi kita akan terbang ke Indonesia. Aku pesan tiket sekarang juga VVIP. Ingat setelah acara pemakaman kamu selesai kamu harus ikut aku dan ini kartu namaku." Roger mengeluarkan kartu namanya di dompetnya lalu dia melemparkan ke wajah gadis ini.
"Roger, tega sekali. Sakit! Keningku berdarah?" Gisella saat itu mengusap keningnya dengan tangannya dan ternyata berdarah akibat terbentur dinding.
Malam itu Gisella tidur di sofa dan Roger tidur di tempat tidurnya. Malam gelap itu mereka lalui hingga berganti pagi hari yang indah. Kemarin Gisella sudah bersiap dan kemarin sang Bibi memberikan koper dan barang-barang pada Gisella. Sehingga pagi ini dia sarapan pagi bersama Roger lalu setelah itu dia pergi ke Bandara Internasional Thailand agar bisa cepat sampai di negaranya.
Mereka diantarkan oleh tourguide yang disewa oleh Roger hingga sampai di Bandara. Kemarin Bibi Gisella pulang lebih dulu setelah mengantarkan barang gadis ini. Lalu dia sepertinya lebih dulu smpai di Indonesia.
Beberapa jam telah berlalu, tak terasa mereka sudah naik pesawat lalu sekarang sudah sampai di Bandara Internasional Jakarta. Roger dan Gisella sudah sampai di Bandara, mereka turun dari pesawat dan sudah ada yang menjemput. Saat itu juga Gisella meminta tolong pada Roger agar diantarkan ke pemakaman karena sekarang pemakaman baru dimulai dan kemarin bibinya pulang lebih dulu untuk mengurus semua ini.
"Tolong antarkan aku ke pemakaman. Setelah pemakaman selesai aku akan ikut dengan kamu. Aku akan menuruti semuanya karena aku sudah menjual diriku ke kamu," kata Gisella.
"Menyedihkan! Tuan Putri kaya raya sekarang malah jatuh miskin dan nantinya akan jadi pemuas rajangku," cibir Roger.
Roger saat itu meminta supir pribadinya yang menjemput dirinya di Bandara menyuruhnya mengantarkan ke pemakaman keluarga Winata. Sang supir saat itu langsung segera mengantarkan ke pemakaman yang tak jauh dari Bandara. Hanya butuh waktu 25 menit mereka sudah sampai di pemakaman.
"Kenapa kamu menangis? Cepat ke sana, sepertinya pemakaman kedua orang tua kamu sudah selesai," ucap Roger.
Giselle langsung turun dari mobilnya dan segera ke pemakaman kedua orang tuanya. Dia terlambat menghadiri acara pemakaman kedua orang tuanya, dia menangis begitu kencang. Untungnya para reporter sudah pulang dan sang Bibi hanya bisa melihat tak menyapa keponakannya karena ada Roger yang mengikuti gadis ini.
"Mama, Papa, berbaringlah yang tenang. Maafkan aku! Aku tidak berhasil menyelamatkan kalian, aku tidak bisa menjadi anak yang berbakti." saat Gisella memeluk salah satu nisan kedua orang tuanya sambil menaburkan bunga yang tersisa Roger menarik tangannya.
"Stop! Jangan menangis, sekarang ikuti aku pulang. Kamu sekarang orangku jadi harus ikuti kemauanku. Walau kedua orang tua kamu meninggal mereka sudah di makamkan dengan layak, ayo cepat pergi dari sini." Roger saat itu menyeret paksa Gisella agar rasa sakit hatinya mulai berkurang.
"Aku baru saja berduka, tolong biarkan aku di sini sebentar. Kenapa kamu tega? Aku hanya ingin berduka dan mendoakan kedua orang tuaku saja."
Roger tidak peduli saat itu dia menyeret Gisella dengan paksa ke luar dari pemakaman lalu sampai ke tempat mobilnya berada. Dia menyuruh supirnya ke luar dari mobilnya dan dia mengemudikan mobilnya seorang diri. Tentunya dia mencari tempat yang sepi di bawah pohon besar yang jauh dari pemakaman, ada jalan sepi lalu dia memarkirkan mobilnya di tempat itu.
"Kenapa kamu berhenti di sini?" tanya Gisel yang ada di sampingnya.
"Aku ingin kamu melayani aku di mobil ini sekarang. Melihat kamu menangis tadi membuat gairahku semakin memuncak." saat itu Roger mencium paksa gadis cantik ini.
"Kamu memaksaku bercinta di mobil padahal kedua orang tuaku baru saja di makamkan? Apa kamu punya hati?" Gisel menolak tapi pria itu langsung membuka bajunya dengan paksa dan segera memainkan sebuah dua gunung besar milik gadis ini.
"Tutup mulut kamu! Sekarang waktunya." Roger saat itu mendudukkan Gisella di pangkuannya lalu mereka posisinya saling berhadapan.
"Bagaimana kalau ketahuan?"
Saat pusaka miliknya sudah masuk, Gisella tetap menangis karena baru kali itu dia merasa dilecehkan dan terhina. Dia dipaksa bercinta di mobil seorang pria dengan sangat kasar. Tentu Roger memberikan tanda banyak di tubuh gadis ini.
"Kenapa kamu seperti ini? Stop.. ah.. ah.. uh..hentikan," suara desahan Gisella dia mendesah sambil menangis dan menutupi mulutnya agar suaranya tidak terdengar siapapun.
"Sebentar lagi, aku akan.. " Roger sudah mengeluarkan sejumlah cairan cinta yang membuatnya puas.
Saat itu Roger langsung menaruh tubuh Gisella ke tempat duduknya di awal. Dia membenarkan celananya dan menyuruh Gisella juga.
"Cepat benarkan baju kamu." belum selesai Roger menyuruh Gisella membenarkan bajunya ternyata ada seorang yang lewat dan dia curiga kenapa tadi mobil mewah yang berhenti itu terus bergoyang.
Pria itu mengetuk pintu mobil Roger karena takut ada sesuatu yang terjadi.
"Permisi, bisa tolong di buka kaca mobilnya," kata sang pria membuat Roger dan Gisella kaget.