"Sakit! Tolong lepaskan tangan kamu sekarang." Gisella merintih kesakitan ketika Roger menarik tangannya karena gadis ini malah hanya diam tidak melakukan apa yang dia suruh.
"Kenapa aku harus memandikan kamu?" dia malu dan enggan memandikan tubuh pria karena baru kali ini dia disuruh melakukan hal gila seperti ini.
"Kamu mau aku paksa bercinta di sini lagi atau kamu mau menjadikan aku? Cepat pilih salah satu itu.
"Iya, aku akan memandikan kamu, aku tidak suka bercinta denganmu." Gisella mengambil sabun dan memasukkan tubuh pria itu.
Roger langsung melepaskan cengkraman tangannya ketika Gisella mengatakan ingin memandikannya.
"Lakukan yang terbaik. Kalau sampai badanku tergores maka kamu akan menerima hukumannya," ucapnya dengan nada yang kasar.
Mereka berdua mandi bersama, tentunya tanpa Roger tahu sebenarnya Gisella dulu sangat mencintai pria ini. Orang tuanya sangat membenci Roger makanya dia menolak cinta pria ini.
'Roger, kenapa kamu berubah? Aku mencari kamu selama 6 tahun tapi tak pernah bertemu kamu lagi sejak kejadian ibumu meninggal. Kamu cinta pertamaku tapi kenapa malah bertemu di saat aku begini?'
"Jangan pernah menangis di hadapanku. Cepat ke luar dari kamar mandi ini," ucapnya .
"Maafkan aku! Roger, tolong dengarkan aku, sejujur aku cinta kamu dulu. Ada alasan tertentu sehingga aku harus menolak cinta kamu," ungkapnya.
"Setelah aku bisa membeli kamu sebesar 20 miliar dan setelah semalam kita bercinta kamu bilang cinta? Dasar gadis j*Lang yang materialistis," jawabnya dengan sinis.
"Bukan seperti itu, tolong kamu percaya sama aku. Aku melakukan semua ini karena terpaksa."
"Pergi kamu dari pandanganku! Aku sangat benci kamu. Aku juga tidak suka gadis lemah dan bisanya hanya menangis seperti kamu." Roger mendorong gadis cantik sampai jatuh ke lantai kamar mandi.
Gisella saat itu memakai handuk yang diletakkan ditirai kaca kamar mandi, lalu dia langsung pergi ke luar dari kamar mandi. Dia sekarang hanya bisa memakai handuk kimono yang disediakan di hotel karena gaun merah yang dia kenakan dirobek oleh Roger. Dia memunguti gaun merah yang ada di atas lantai kamar hotel dan menatap sedih.
"Bagaimana aku pulang nanti? Madam pasti menungguku karena bibiku ada di tempat Madam? Gaunku robek jadi dua seperti ini."
Saat itu Roger ke luar dari kamar mandi dan melihat Gisella yang sedang membawa gaunnya. Hati yang tadi sangat membenci gadis ini, dia masih ada rasa iba.
"Aku akan menelepon Madam membelinan gaun baru untuk kamu. Tapi mulai sekarang kamu harus selalu ikut aku kemampuan aku pergi. Hidup dan mati kamu milikku sekarang," ucapnya saat dia mendekati Gisella.
"Terimah kasih, kapan kamu akan pulang ke Indonesia? Papa dan Mamaku menunggu aku. Aku minta tolong kamu cepatlah kembali ke Indonesia," pinta Gisella.
"Aku kembali ke Indonesia tiga hari lagi," jawabnya.
"Syukurlah! Sidang hukuman mati Papa masih akan dilakukan sebulan lagi. Mama juga masih ada waktu 1 bulan untuk melunasi biaya operasi gagal ginjal." dia berkata seperti itu.
"Apa yang kamu katakan? Papa dan Mama kamu kenapa bisa keadaannya seperti itu? Bukannya kamu orang terkaya di negara itu?" tanya Roger saat mendengar gadis ini mengatakan soal keadaan kedua orang tuanya.
"Aku tidak bisa menceritakan semuanya padamu. Aku butuh uang 20 miliar itu untuk menyelamatkan Papa dan Mama." Gisella hanya menjawab seperti ini.
Namun, rasa iba di hati Roger perlahan hilang ketika dia mendengar kedua orang tua Gisella yang kabarnya sangat buruk. Saat itu Roger menelepon Madam untuk membelikan baju baru untuk Gisella.
Roger berganti baju, lalu dia pergi ke luar dari kamar hotel. Dia bertemu Madam yang mengantarkan baju untuk Gisella, lalu dia menyuruh Madam menemani gadis itu di kamarnya karena Roger akan menelepon seseorang.
Madam melalukan perintah Roger karena tentunya dia dibayar. Saat dia di luar kamar hotel dia pergi ke tempat sepi dan dia menelepon seseorang. Seseorang itu orang kepercayaan yang ada di Indonesia.
"Hallo! Apa kamu sibuk sekarang?"
"Tuan, iya saya di kantor sekarang. Apa kabar Tuan? Kapan Anda kembali ke Indonesia?" tanya pria itu.
"Aku kembali tiga hari lagi. Aku ingin kamu hari ini juga pergi ke rumah tahanan pusat untuk kriminal yang akan di hukum mati. Kriminal itu bermarga Winata dan kamu cari istirnya juah di rawat di rumah sakit pusat. Aku ingin kamu membereskan dua orang itu saat ini juga," suruh Roger.
"Kenapa Anda ingin mereka berdua meninggal?" tanya asistennya.
"Mereka berdua adalah orang yang membunuh ibuku. Dengan sadisnya mereka memukul mati Ibuku saat dulu ibu masih menjadi pembantu di rumah mereka. Hanya karena aku mengungkap perasaan cintaku yang tulus pada putri mereka," jawab Roger dia memukul dinding di sekitarnya dan air mata jatuh mengingat masa lalu.
"Siap, Tuan. Saya akan lakukan apapun yang Anda minta seperti kata Tuan Besar," jawab asisten.
Asisten itu segera pergi mencari ke rumah tahanan pusat kota dan rumah sakit kota. Dia membereskan kedua orang tua Gisella. Esok harinya dua orang itu dikabarkan meninggal dunia.
Tentunya Tuan Winata Papa Gisella meninggal karena bunuh diri menegak cairan pembersih lantai. Mamanya meninggal karena sudah tak kuat lagi. Berita itu viral ke berbagai media karena kedua orang tua Gisella mantan konglomerat dan pengusaha kaya raya di negara itu.
Bibi Gisellaa saat itu mengetuk pintu kamar hotel Roger. Dia terpaksa menemui keponakannya dan mengabarkan kalau orang tuanya meninggal dunia. Roger membukakan pintu dan Bibi Gisella berteriak keras.
"Gisella, cepat kamu pulang. Uang 20 miliar itu sudah tidak ada artinya. Orang tua kamu sudah meninggal hari ini," teriak sang Bibi.
"Apa? Kenapa bisa? Bibi kenapa kedua orang tuaku bisa meninggal dunia?"
"Papa kamu yang bodoh itu bunuh diri. Mama kamu sudah tidak kuat dengan penyakit ginjalnya. Percuma aku membawa kamu ke sini untuk mengenalkan kamu ke Madam agar kesucian kamu berguna untuk kedua orang tua kamu tapi mereka sudah meninggal." Bibi Gisella yang membawa keponakannya ke Thailand untuk menjual kesucian gadis ini agar bisa menyelamatkan kedua orang tuanya tapi sekarang percuma saja karena mereka sudah meninggal.
Roger saat itu begitu kaget karena baru kemarin pagi dia menelepon asistennya untuk membereskan ke dua orang tua gadis ini. Malah pagi ini pagi ini dia mendengar berita kalau mereka berdua sudah meninggal dunia.
"Roger, aku mohon biarkan aku pulang ke Indonesia. Orang tuaku sudah meninggal dunia. Apakah kamu sudah bisa melepaskan aku? Setelah pemakaman kedua orang tuaku selesai aku akan kembali padamu?" Gisella saat itu berlutut di depan Roger untuk membiarkannya pulang ke Indonesia.
"Aku akan mengizinkan kamu pulang, tapi ada satu syarat?" jawab Roger.