Malam Pengantin

1041 Words
"Terus kenapa kamu memaksa aku menikah? Apa karena uang 20 miliar itu? Uang itu aku berikan pada bibiku untung melunasi hutang Papa. Aku tidak jual diri demi keuntunganku sendiri," ucap Gisella. "Aku tidak peduli walau kamu jual diri karena kamu murahan atau untuk orang lain aku Tidak peduli. Sekarang aku hanya ingin kamu menderita." Roger saat itu membuka pintu mobilnya dan mendorong Gisella agar masuk ke mobilnya. "Sakit, kenapa kamu selalu kasar?" "Wanita lemah seperti kamu yang hanya jual kecantikan saja, makanya tidak bisa menolong orang tuamu. Mereka meninggal karena kamu bodoh. Harusnya kamu pakai otak kamu itu untuk membuat orang tua kamu hidup dan dimaafkan." Roger mengeluarkan kata-kata kasar lagi sehingga membuat Gisella hanya diam menangis. 'Apa benar ini semua salahku? Dulu aku selalu dimanja seperti Tuan Putri, tapi ketika orang tuaku menderita seperti ini malah aku tidak bisa menolong mereka. Di hari pemakaman kedua orang tuaku aku tidak bisa melihat wajah mereka di dalam peti mati karena aku datang terlambat, maafkan aku' Perkataan Roger membuat Gisella semakin menyesali semuanya. Bagaimana seorang putri yang manja yang tidak pernah memasak atau ikut Papanya bisnis itu harus menyelamatkan orang tuanya yang dituduh korupsi dan ikut bisnis gelap narkotika. Saat Papanya ditetapkan mendapat hukuman mati dan semua hartanya disita polisi, Gisella hanya menangis saja. Ketika sang Mama menderita penyakit gagal ginjal sudah setahun lalu, dia hanya bisa mengunjunginya saja. Sang Papa terlalu sibuk dengan bisnisnya hingga dia tidak bisa mengajari putrimu sendiri tentang bisnis. Untungnya Gisella mendapatkan peringat tertinggi di kampus saat dia lulus benar tahu yang lalu tapi dia tidak suka berbisnis, dia hanya ada di rumah dan menghabiskan waktu untuk jalan-jalan keliling dunia. "Kenapa kamu diam?" tanya Roger saat melihat Gisella terdiam merenung. "Aku salah, aku manja dan cengeng Kareng aku orang tuaku meninggal. Dulu aku tidak suka bisnis makanya aku tak berguna sekali dan sekarang aku hanya anak dari konglomerat yang mati bunuh diri karena di hukum mati. Sudah puas kamu, aku memang bodoh dan tidak berguna," jawab Gisella. Roger melajukan mobilnya menuju villa pribadinya. Gisella sekarang mencoba untuk tidak menangis lagi karena dia tidak mau Roger menghinanya lagi. Beberapa menit kemudian, mobil Jonathan kini sudah sampai di depan pintu gerbang villa pribadinya. Pintu gerbang terbuka otomatis karena security sudah melihat dari pengawas CCTV di posnya. "Turun kamu! Cepatlah kamu masak hari ini untuk makan malam. Aku tahu kamu bisa masak meskipun kamu anak manja. Ingat! Aku tidak mau ada maid yang membantu kamu." Roger ke luar dari mobilnya lebih dulu lalu dia menarik tangan Gisel agar segera ke luar dari mobilnya. "Sakit! Kenapa harus masak? Kenapa harus aku?" dia tidak habis pikir dia itu katanya hanya wanita pemuas nafsunya tapi kenapa harus masak juga. "Mau kamu aku suruh ngemis di jalan raya untuk melunasi uang 20 miliar itu, kamu bisa apa? Mau protes silahkan saja. Cepat masak, lalu siapkan air mandi dan segera pakai baju riasan yang cantik malam ini malam pengantin kita," suruhnya. "Apa? Kenapa selalu diancam seperti ini." Gisel saat itu menuju kamarnya dia berhenti baju santai dan dia mulai memasak. Setelah masakannya jadi dia mandi lalu ganti baju. Dia berganti baju dengan baju dress merah karena dia selalu suka baju warna merah, gadis ini turun dan menyiapkan makan malam. Roger saat itu datang dan dia melemparkan sesuatu ke wajahnya. "Malam ini pakailah lingerie itu. Bukan aku yang membelinya tapi asisten pribadiku," pria ini melempar sebuah tas yang plastik kecil yang berisikan lingerie. "Kenapa melemparnya di wajahku? Untung tidak tumpah masakannya. Ya, aku akan memakainya." Gisella sekarang dia semakin takut karena pria yang dia kenalnya sekarang sangat berbeda. Saat itu Roger makan malam dan harus makan malam bersama Gisel. Gisella hanya makan sedikit karena dia memikirkan kenapa pria yang ada di hadapannya selalu menatap dengan tatapan benci dan seperti seolah ingin menerkamnya hidup-hidup. Sekarang mereka sudah makan malam, lalu Roger menyuruh Gisella menuju kamarnya dan berhenti baju lingerie. "Cepat ganti lingerie itu! Aku ingin kamu menungguku di atas ranjang. Senyum cantik dan jangan pernah menangis." "Ya, baik." Gisella sudah memakai baju lingerie yang di berikan oleh Roger. Dia begitu malu karena lingerie itu menonjolkan semua bentuk tubuhnya bahkan celana dalamnya seperti itu. "Kenapa Roger menyuruhku memakai baju ini? Bukankah kita hanya menikah palsu, apa perlu melakukan malam pengantin?" gumamnya. Gisella tidak menyadari kalau Roger sekarang sudah ada di sampingnya dan mendengar semua perkataannya. "Sexsy baby, malam pengantin tapi kamu hanya wanira penghangat ranjangku. Jadi malam ini buka saja semuanya jangan memakai lingerie apapun, lepaskan lingerie itu di hadapanku. Lalu kamu kemarilah! Merangkak seperti anjing dan baik ke ranjangku lalu jilati milikku," ungkapnya. "Apa? Aku tidak mau." "Kalau kamu tidak ingin sekarang juga aku akan buat kamu masih penjara karena tak sanggup mengembalikan uang 20 miliar." "Baik, kenapa tega padaku?" Gisella saat itu turun dari atasa ranjang, lalu dia melepaskan lingerienya. Dia merangkak seperti anjing dan naik ke atas tempat tidur Roger. "Kenapa bengong? Cepat sekarang sentuh dan jilat sepeti ice cream." pria ini sambil menunjuk bagian bawah miliknya. "Apa itu muat? Itu cukup besar?" Gisella menangis karena sekarang dia seperti bukan manusia. Gisella juga malu karena dia tidak punya pengalaman s3ks sama sekali. Roger saat itu langsung mengarahkan mulut wanita ini ke miliknya. Gadis ini hampir muntah tapi dia dipaksa memainkan benda itu sampai klimaks. Setelah itu giliran Roger ingin memaksanya menikmati malam pengantin. Roger menyentuh paha dan berhenti ke bagian area sensitifnya lalu Gisella mendesah tapi matanya tertutup sambil ada isak tangis. "Akhirnya masuk juga." Roger saat itu langsung menggeraknya pinggulnya dengan semangat sampai ruangan itu terdengar desahan dan suara tangisan Gisella. Tidak hanya itu, Roger juga mengambil sebuah tali dan penutup mata. Gisella duduk di pangkuannya dan dipaksa bercinta lagi sampai tiga ronde. "Roger, aku capek. Sakit semuanya kenapa aku seolah bukan manusia?" "Tutup mulut kamu." Jonathan sudah menuntaskan hasratnya. Gisella saat itu pingsan meksipun mereka sudah melakukan malam pertama. "Hei, kenapa malah pingsan? Ah... dasar gadis lemah." Roger saat itu membiarkan Gisella pinsan. Di dalam kamarnya ada foto ibunya dan dia menatap foto ibunya dari tempat tidur. Foto Ibunya dicetak besar tergantung di dinding kamarnya karena dia akan terus mengingat kematian ibunya akibat kedua orang tua Gisella. "Ibu lihatlah putri dari kedua majikan yang telah membunuh Ibu, aku sudah mendapatkannya. Demi membalaskan kematianmu Bu, aku akan buat gadis ini menderita sampai mati," kata Roger.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD